Rabu, 25 Februari 2009

Resensi Buku


Judul Buku : Cinta Sang Idola

Penulis : Hendra Surya

Penerbit : Pustaka Obor Populer

Tebal Buku : vii + 257 halaman

Ukuran Buku : 13,5 x 20 Cm


Novel Cinta Sang Idola sungguh menarik dan layak dibaca oleh anak remaja. Di mana tehnik penyajian novel ini ringan sangat cocok dengan selera anak remaja dan gaya yang ditampilkan pun cukup unik dengan mengusung gaya pop bertutur orang Melayu Deli. Sementara, sipenutur orang yang baru ngetop dan bergaya orang Jakarta. Kisah yang diangkat sangat dekat dengan kejadian yang kerapkali melanda kaum remaja. Jalinan ceritanya sangat mengesankan, seperti kisah nyata. Harubiru lika-liku jalinan asmara, bagai Romeo dan Juliet. Tapi Uniknya lagi, jalinan cerita novel ini dapat memberi berbagai inspirasi bagi pembaca mensiasati alam pikir dan kreativitas mengembangkan diri untuk menunjukkan Ini Gue lho!!!

Sebagai remaja yang baru tumbuh, merasakan cinta yang baru bersemi, tentu indahnya bukan main. Begitu juga yang dirasakan Ikhzan dan Tiara, kedua anak melayu ini. Mereka berdua ini kan lagi asyik dilanda gelombang cinta. Cinta yang bersemi pun menembus batas perbedaan yang menyolok di antara mereka berdua.

Tapi betapa hancur hati keduanya, ketika cinta mereka dipisahkan secara paksa oleh ayahnya Tiara. Perbedaan derajat bagai langit dan bumi jadi alasan Wan Hamzah memisahkan hubungan Tiara dengan Ikhzan. Apalagi, Wan Hamzah telah menjodohkan Tiara dengan Saiful. Makanya, Tiara dengan paksa dipindahkan sekolahnya ke Medan. Di Medan Tiara dipertemukan dengan Saiful, calon insinyur pertanian dari USU. Saiful pun lantas berusaha keras untuk menghapus memori Ikhzan dari benak pikiran Tiara. Sebagai putri melayu yang patuh memangku adat, Tiara terpaksa menjalani fitrahnya… Tapi hati kecilnya masih menyimpan rindu untuk menemukan kembali bunga cintanya…

Sementara, Ikhzan berusaha bangkit dari keterpurukan jiwanya dan tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan. Apalagi, support temannya, seperti Mirza, Dody, Fachri dan Rina sangat membantu dirinya. Rasa terhina Ikhzan membuat semangatnya membaja untuk merubah nasib. Setelah menamatkan SMA, dia merantau. Di Medan Ikhzan merintis karier menjadi penyanyi restoran.

Luka hati Ikhzan dan Tiara ternyata terbuka kembali, ketika mereka secara tak sengaja saling menyaksikan. Tiara lihat Ikhzan sudah jadi seorang penyanyi restoran dan mulai mendapat banyak penggemar. Sedang Ikhzan saksikan Tiara berdampingan dengan tunangannya. Mereka ingin saling meluruk dalam dekapan, melepas jejak rindu, tapi tak sampai. Betapa pedih hati mereka rasanya…

Ketika ada audisi Idol di Medan, Ikhzan pun tidak menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Ternyata atas kegigihan dan Mukjizat Tuhan, Ikhzan temukan jalan untuk membentuk talentanya. Diapun jadi bintang yang ngetop dan beken setelah menjadi pemenang Grand Final Indonesian Idol.

Di sini Ikhzan buktikan kekurangan bukan jadi halangan untuk maju. Kemampuan mensiasati alam pikir dan kreativitas untuk mengenali dan mengembangkan bakat tersembunyi mengantarkan dirinya temukan talenta yang brilian. Ikhzan mampu meniti dan mengembangkan talenta pada jalur yang benar, makanya jadi orang top dan beken.

Di samping itu, Ikhzan membuktikan untuk membuka mata, bukan harus dengan kekerasan, tapi dengan talenta yang mengagumkan dan membuat orang bangga pada dirinya. Bagaimana sikap Wan Hamzah melihat Ikhzan menjadi bintang top dan selebriti? Bagaimana sikap Ikhzan sendiri terhadap Wan Hamzah dan Tiara setelah dia menjadi orang beken? Keberhasilan Ikhzan ini, apakah juga membawa kebahagiaannya kembali dan menemukan cintanya kembali? Atau Ikhzan menemukan bunga cintanya yang lain…

Cinta itu tidak bisa dipaksakan. Tapi siapa yang percaya akan kekuatan cinta, maka dia akan meraih kebahagiaan…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar