Senin, 19 Oktober 2009

Belajar Sukses


Kalau kita menelaah kualitas produk lembaga pendidikan kita tentu sungguh memprihatinkan. Coba bayangkan, dalam praktek proses pembelajaran di kelas terlihat persentasi anak yang menguasai materi pembelajaran sangat kecil sekali. Apalagi, kalau SDM gurunya sangat rendah, bagaimana pula output yang dihasilkannya?

Tentu kehadiran bapak-ibu di sini punya keinginan yang kuat untuk memperoleh teknik atau cara praktis meningkatkan kualitas putra-putri bapak-ibu, bukan?

Sebenarnya, untuk menjadi manusia pembelajar itu sederhana. Namun, kadangkala kita sendiri yang membuat rumit atau ruwet. Sebab, kita harus berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang benar. Inti untuk menjadi manusia pembelajar itu tak lain adalah sadar metode. Apapun yang akan kita perbuat akan terasa mudah dilakukan, jika kita mempergunakan metode. Coba bayangkan, kita melihat jaringan komponen computer yang menghasilkan data-data yang sungguh menabjubkan, tentu bagi yang awam terlihat ruwet dan memusingkan kepala. Tapi bagi yang ahli computer, dia memandangnya biasa saja. Karena dia mengetahui rangkaian operasional jaringan computer tersebut.

Nah, sebenarnya untuk memahami apa yang dipelajari, kita tidak boleh dalam keadaan pikiran pasif dan pikiran kosong dengan menampung mentah-mentah apa yang diberikan atau disajikan. Sebab, jika pikiran kita pasif, maka kita mudah kehilangan konsentrasi. Sebab, pikiran mudah bercabang atau menerawang pada ingatan atau pikiran lain yang tidak ada hubungannya dengan apa yang kita pelajari. Parahnya, kita pun mudah terjebak belajar menghafal. Ingat, belajar menghafal membuat pengetahuan yang kita peroleh sangat rendah atau tataran yang terbangun hanya pada tingkatan ingatan belaka atau sekedar mengingat saja. Makanya, .agar materi yang diberikan dapat kita mengerti atau pahami, maka kita perlu membangun atau mempersiapkan simpul-simpul syarat otak kita terkoneksi dengan informasi yang diberikan. Atau dengan kata lain, kita membangun asosiasi atau hubungan intelektual antara stimulus dan respon otak kita. Caranya kita itu harus membiasakan diri bersikap dan berpikir aktif, yaitu merangsang daya nalar untuk menghubungkan daya tangkap dengan informasi baru yang dibahas. Kita belajar berpikir abstrak. Kita berusaha merangkai, menyusun, menggiring atau menyusun asosiasi jalan pikiran secara terfokus. Caranya, buka pikiran dan giring (arahkan) pikiran secara taktis dan terfokus pada pokok masalah dengan mempertanyakan objek yang kita pelajari. Misalnya, apa yang mau dikatakannya, apa maksudnya, bagaimana rangkaiannya, bagaimana kelanjutannya, darimana memulainya, apa saja unsur yang membentuk atau membangunnya, bagaimana bentuk rangkaiannya, siapa pencetusnya, dan sebagainya, hingga tuntas.

Proses berpikir demikian yang dinamakan berpikir taktis. Berpikir taktis ini maksudnya adalah mengandung arti upaya mengarahkan proses berpikir, bertindak cepat dan efektif secara terukur dan terarah langsung menuju objek sasaran usaha. Taktis ini menunjukkan kecekatan dan keterampilan mengelola pemikiran untuk bertindak cepat dan tepat dalam memproses suatu rangsangan yang dihadapi.

Pendek kata, untuk melatih pengetahuan taktis ini subjek belajar harus membiasakan diri belajar mengamati atau melakukan observasi segala sesuatu secara detail.

Kelanjutan berpikir taktis, yaitu berpikir metodis. Berpikir Metodis mengandung arti kemampuan menyusun kerangka berpikir secara step by step atau menyusun prosedur kerja bagaimana cara menggerakkan proses penalaran dan tindakan efektif dalam memproses pokok masalah, sehingga dapat mengurai, menyusun, menimbang dan memecahkan pokok masalah dalam bentuk pola tindakan atau prakarsa.

Untuk melatih pengetahuan metodis, membiasakan diri dengan cara analisis (mengurai unsur), sintesis (menyusun) dan evaluasis (menilai). Cara efektif untuk melatih pengetahuan metodis dapat dilakukan dengan membiasakan diri menyontoh langsung dalam penyelesaian suatu soal (masalah) atau pekerjaan atau melibatkan diri langsung dalam pemecahan masalah. Atau mengembangkan pemikiran berdasarkan tujuan, sebab-akibat, pernyesuaian dan sebagainya.

Kemudian, Berpikir Imajinatif-Kreatif. Ini mengandung arti cara berpikir kreatif dalam menelaah/memecahkan pokok masalah dengan memperhitungkan kemungkinan yang mungkin dapat dimunculkan mengatasi pokok masalah.

Untuk mudah berpikir kreatif dalam mengobservasi adalah dengan cara membayangkan gambaran bentuk objek masalah dan pikirkan unsur-unsur penting yang membentuk gambaran (sesuatu) yang dapat mempengaruhi gambaran tersebut melalui proses analisis, sintetis dan evaluasis.

Subjek Belajar tak boleh ragu mengembangkan pikiran kreatif untuk mengkaji berbagai kemungkinan dari banyak sisi dalam mencari kunci jawaban masalah yang dihadapi (Kalau begini bagaimana ya? Atau kalau begitu bagaimana ya jadinya? Kalau dibuat seperti ini, bagaimana jadinya dan bagaimana mengantisipasi kemungkinan lain yang terjadi ya? Kalau mereka tidak setuju dengan usul saya ini, alternatif lain bagaimana yang bagus saya kemukakan pada mereka ya? Dari banyak alternatif ini, mana yang terbaik dan pantas dikemukakan?).

Untuk membangkitkan atau motivasi penggunaan metode belajar, maka dilakukan dengan cara merangsang daya nalar untuk mengorganisir pola pikir dengan memokuskan perhatian pada:

  1. Apa yang akan dipelajari,
  2. Untuk apa mempelajari materi pelajaran tersebut,
  3. Apa hubungan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari (manfaat mempelajari dan apa yang dapat kita lakukan dengan pengetahuan tersebut),
  4. Bagaimana cara mempelajarinya,
  5. Kemudian, bangkitkan faktor intelektual-emosional dengan mengembangkan dan membiasakan “berimajinasi dalam berpikir”. Maksudnya, subjek belajar membiasakan untuk menjelajah dengan berusaha membayangkan gambaran bentuk yang dipelajari. Kemudian pikirkan unsur-unsur penting yang membentuk gambaran tersebut. Dengan demikian subjek belajar akan digiring pada pola belajar aktif dan kreatif. By Hendra Surya (Penulis buku: Menjadi Manusia Pembelajar)

UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN NASIONAL

Kalau kita merujuk atau mengikuti reportasi pendidikan media cetak sungguh membuat hati menjadi miris dan menyesakkan dada. Bayangkan berita tersebut selalu menyudutkan, mutu pendidikan Indonesia sangat rendah. Dari hasil laporan penelitian International Education Achieviement (IEA), menyatakan kemampuan membaca untuk tingkat SD saja Indonesia terpuruk dalam urutan 38 dari 39 peserta studi. Sedangkan kemampuan daya serap matematika siswa SLTP kita masuk urutan ke 39 dari 42 negara peserta. Begitu juga untuk kemampuan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Indonesia masuk ke dalam urutan 40 dari 42 negara peserta. Laporan ini mengindikasikan secara umum kemampuan daya serap siswa kita sangat lemah.

Apalagi, kalau kita mau melongok praktek pembelajaran di kelas sungguh memprihatinkan. Coba bayangkan, dalam praktek proses pembelajaran di kelas terlihat persentasi anak yang menguasai materi pembelajaran sangat kecil sekali. Kalau boleh dibilang anak mampu melakukan proses pembelajaran dengan benar hanya 10-20 % saja. Itu pun siswa yang dikategorikan anak pintar atau anak cerdas saja. Apalagi, kalau SDM gurunya sangat rendah, bagaimana pula output yang dihasilkannya?

Secara umum, jika kita telaah lebih lanjut masalah rendahnya kemampuan daya serap siswa, ternyata sebahagian besar bersumber dari masalah internal dari siswa itu sendiri. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan R.L. Mooney dan Mary Alice Price di Amerika, menyatakan ada 2 kesukaran yang paling menonjol atau paling banyak dialami pelajar, yaitu:

1. Tidak tahu bagaimana cara belajar yang efektif (don’t know how to study efektively)

2. Tidak dapat memusatkan perhatian dengan baik (unable to concentrate will).

Selama ini, dalam praktek pengajaran selalu saja timbul kegamangan dan dilematis. Kesalahan atau ketidakefektifan pemilihan metoda pengajaran oleh guru tentu berdampak signifikan terhadap pola belajar siswa kita. Metoda pengajaran yang tidak memberi peluang partisipasi aktif siswa secara optimal tentu memberi out put yang rendah dan tidak berkualitas pula. Kondisi belajar seperti ini menyebabkan siswa kita terperangkap pada metoda belajar klasik dalam menjalankan aktivitas belajarnya, yaitu terpaku pada metoda belajar menghafal. Padahal, metoda klasik tersebut hanya membuat siswa hanya pintar membeo dan tataran pengetahuan yang diperolehpun sangat dangkal, yaitu ingatan belaka. Pada anak mudah sekali kehilangan gairah belajar. Apalagi anak dihadapkan pada beban materi pelajaran yang didrillkan itu terlalu sarat. Hal ini membuat anak terbelenggu dan kehilangan kebebasan untuk belajar. Anak senantiasa mudah sekali dihinggapi oleh rasa jemu dan rasa bosan dalam belajar. Kemampuan konsentrasi belajar anak pun hanya mampu bertahan antara 10-20 menit saja setiap mengikuti satu mata pelajaran.

Ketidak mampuan anak membangun intensitas konsentrasi belajar ini, sehingga bagaimana mungkin anak mampu menguasai materi pelajaran secara utuh. Dengan demikian bagaimana anak mampu mengoperasionalkan ilmu pengetahuan yang dihadapkan padanya. Hal seperti ini membuat wajar, jika mutu produk pendidikan kita sangat rendah. Harapan untuk membentuk kompetensi siswa pun seperti panggang jauh dari api.

Faktor kesulitan yang terbesar yang dihadapi setiap guru di negeri ini adalah bagaimana menyiapkan siswa untuk melakukan proses pembelajarannya dalam arti belajar dengan benar dan sungguh-sungguh. Mengingat jumlah siswa yang dihadapi cukup besar, alokasi waktu pembelajaran terbatas dan sarana/prasarana pun cukup terbatas. Sehingga sangat sulit menciptakan partisipasi siswa secara aktif seluruh siswa untuk melakukan pembelajaran. Secara ideal proses belajar itu dapat dikatakan terjadi, apabila ada proses penggalangan aktivitas keterlibatan intelektual-emosional seluruh siswa dalam belajar. Guru diharapkan mampu mendesain materi pelajaran, sehingga mempunyai daya tarik atau daya magis yang menggairahkan dan menimbulkan antusias siswa untuk mempelajari pelajaran lebih lanjut, misalnya menyiapkan alat peraga yang menarik.

Oleh karena itu, sebagai konstribusi yang perlu diperhitungkan dan harus ada adalah sebuah panduan metodologi belajar bagi siswa. Selama ini dirasakan belum adanya panduan yang riil untuk membantu siswa mengetahui bagaimana belajar itu harus dilakukan. Bagaimana cara-cara merespon stimulus yang dihadapkan padanya, merencanakan belajar dan sistematis belajar, baik belajar dalam bimbingan guru maupun belajar mandiri. Bagaimana anak membangun proses penalaran, sikapnya dan psikomotornya.

Kalau kita merujuk pada visi pendidikan yang dirumuskan UNESCO dapat diketahui, bahwa pendidikan adalah mendidik anak untuk belajar berpikir, belajar hidup, belajar menjadi diri sendiri, belajar untuk belajar hidup. Hal ini menunjukkan subjek didik menyadari proses pendidikan berarti belajar mengendalikan, mengarahkan, menggerakkan dan menyetir pikiran, sikap maupun psycho motornya untuk mencapai tujuan tertentu atau menjadi tertentu. Anak belajar tidak hanya mengetahui sebuah informasi saja, namun mengetahui makna mengapanya dan bagaimananya sesuatu yang dipelajari, sehingga kompetensi anakpun terbangun sebagaimana yang dikehendaki.

Untuk dapat mengorganisir jalan pikiran, mengendalikan pikiran, mengarahkan pikiran, sikap dan psikomotor dengan baik dalam belajar, siswa mutlak membutuhkan metodologi belajar yang efektif. Metodologi belajar tersebut menjadi “alat” atau “kail” yang mengatur dan mengorganisir step by step jalan pikiran yang digunakan untuk menangkap, mengamati, mencerna, menginterpretasikan, menafsirkan, merangkai dan menyimpulkan ilmu pengetahuan dengan baik. Dengan kata lain, anak dengan alat tersebut dapat mengerti apa yang dipelajarinya, mengetahui bagaimana mempelajarinya dan mampu mengoperasionalkan ilmu yang diperolehnya.

Tentu kita semua mengharapkan siswa memiliki metode belajar yang efektif sebagai panduan pengarahan fokus pemikiran, sikap dan psycho motornya dalam belajar untuk mengurai dan menjelaskan atas objek yang dipelajari. Dengan alat tersebut siswa mampu menangkap dan memahami bentuk bentuk operasional yang menghubungkan antarunsur atau bagian yang dipelajari secara menyeluruh membentuk sebuah pengertian atau maksud. Dengan metode tersebut membantu menjembatani komunikasi timbal-balik antara siswa dengan pemberi stimulus belajar (guru). Pada diri siswa pun terus terpacu untuk membangun jalan pikirannya untuk menjadi atau menguasai sesuatu hingga tuntas. Dan yang lebih essensial lagi pada siswa sadar akan dirinya yang belajar, sehingga belajar dilakukan dengan penuh larutan kegembiraan untuk belajar.

Demikianlah sumbang-saran ini disampaikan dengan maksud sebagai bahan masukan pemikiran begitu “urgen”nya sebuah panduan metodologi belajar bagi siswa dalam meningkatkan prestasi dan mutu pendidikan di Indonesia. Semoga, MENDIKNAS yang baru mau memikirkan, menyusun dan menggerakkan pengembangan metodologi belajar bagi siswa sekolah di Indonesia. Untuk memperkenalkan dan melatih metodologi belajar yang efektif ini pada siswa dapat dilakukan secara intensif dan terprogram oleh guru bimbingan dan konseling di sekolah. Hendra Surya (Penulis buku: Menjadi Manusia Pembelajar)

Alamat : Jl. Al Abbasiyah 69B, Utan Jaya RT5/4, Kel. Pondok Jaya, Kec. Pancoranmas, Depok 16431

Telepon: 085281085906 - 02187982716

E-mail: hendra.surya@ymail.com, hendrasuryaw@gmail.com,Website: http://hendrasurya.blogspot.com

Rahasia Sang Maestro Cilik


Al kisah Hendi Bakti (11 tahun) seorang anak yatim dan miskin. Hendi ini sejak kecil menderita gagap. Karena gagapnya itu ia selalu jadi bahan olok-olokan temannya di sekolah maupun teman satu lingkungannya yang dikomando oleh Hartono dan Tommy (11 tahun). Pendek kata, tidak ada seorang pun yang mau bersahabat dengan dirinya. Kemana pun ia pergi selalu mendapat cecaran hinaan. Dia selalu dikucilkan dan dijauhi.

Ibunyapun (37 tahun) yang sudah terlalu letih mencari sesuap nasi tak luput dari cecaran hinaan karena Hendi itu, hingga ibunya menangis batin melihat anak sulungnya itu selalu mendapat hinaan, bahkan pukulan. Akhirnya ia melarang Hendi pergi bermain-main sepulang sekolah.

Untuk melepas kerinduan bermain, Hendi membuat rumah pohon di atas pohon jambu monyet di belakang rumahnya. Di dalam pertapaan rumah pohonnya itu, petuah Ibu Guru Erika (35 tahun) semakin matang dengan timbulnya ide untuk mengisi waktu luangnya dengan membuat lukisan tempurung kelapa. Ternyata idenya itu didukung oleh Kakek Hendi (60 tahun).

Lukisan tempurung kelapa yang dibuat Hendi itu ternyata mampu menyihir dan menarik minat Ibu Sulastri (40 tahun), seorang Pembina Dewan Kerajinan Nasional. Beliau menganjurkan pada Hendi untuk mengembangkan dan memproduksi lukisan itu untuk dipasarkan di Manca Negara. Beliau pun jadi managernya Hendi.

Kemahiran Hendi itu membawa cahaya yang mampu menarik perhatian banyak pihak dan Walikota (50 tahun) dan membuat para musuhnya bertekuk lutut. Hendi pun menakhlukkan kebencian dan sikap permusuhan dengan ilmu cinta kasih. Hendi yang dibenci dan dikucilkan itu mendadak berubah dikagumi dan diidolakan. Kedekatannya dengan Wanty Ati (11 tahun) memberi jalan bagi Hendi untuk mencari cara mengatasi gagapnya.

Bukan itu saja, Hendi sang maestro cilik ini mampu memberdayakan anak-anak putus sekolah dan pengangguran di kelurahannya. Hendi pun dengan lukisannya mampu memberikan hasil tambahan bagi banyak keluarga.

Perilaku inovatif dan kreatif Hendi mengantarkan dirinya memperoleh predikat siswa mandiri dan swakarya. Hendi pun mampu mengantarkan kelurahannya memperoleh penghargaan Kelurahan Teladan. Dirinyapun mendapat mustika prestasinya dengan penghargaan Upakarti. Ternyata, cacat atau kekurangannya bukan akhir dari segala-galanya…

Selasa, 21 Juli 2009

SEKOLAH PANIK MENGHADAPI UN?


Mengapa Ujian Nasional selalu menjadi momok yang menakutkan di negeri ini? Masalah UN selalu saja menjadi perdebatan pro-kontra yang tak habis-habisnya. Apalagi dewasa ini, untuk meningkatkan kualitas Pendidikan Nasional, pemerintah terus berupaya menaikkan angka standar kelulusan UN. Saat ini, angka standar kelulusan UN adalah 4,25. Reaksinya, kita dapat melihat kekuatiran yang langsung terjadi di kalangan orang tua yang anaknya akan menghadapi UN. Sementara, siswa dicekam ketakutan, sehingga mempengaruhi kemampuannya belajar. Namun ironinya, sekolah sebagai ujung tombak penyelenggara pendidikan yang diharapkan mampu mempersiapkan siswa-siswanya menghadapi UN juga panik. Sekolah takut banyak peserta didiknya tidak lulus UN.
Kepanikan sekolah menghadapi UN, tentu disikapi oleh kalangan yang kontra diselenggarakannya sistem UN di Indonesia dengan alasan beragam. Ada yang beralasan sistem UN tak layak diberlakukan di Indonesia karena tidak sesuai dengan kemampuan dan kataristik masing-masing daerah atau sekolah, sehingga tak layak untuk diberlakukan sama-rata satu sama lain. Ada yang menganggap kebijakan ini telah merampas hak guru sebagai pelaksana ujian, bukan pemerintah sebagaimana yang diamanatkan UU Sisdiknas. Ada yang melihat pertama, kualitas manejemen sekolah yang tidak menerapkan budaya mutu. Kedua, di mana etos belajar siswa yang rendah sebagai dampak pemberlakukan ebtanas yang lalu dan memungkinkan sekolah meluluskan seluruh peserta didik (100%). Ketiga, orang tua yang cuci tangan terhadap pendidikan anaknya, karena merasa telah membayar seluruh biaya pendidikan. Padahal, pendidikan dalam keluarga merupakan basis utama dalam melahirkan dan membentuk anak yang cerdas.
Hal lain, UN tidak sejalan dengan pengimplementasian manajemen berbasis sekolah (MBS) atau manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS). Sebab, inti penilai hasil belajar siswa juga tidak dapat dipisahkan dari pengelolaan kurikulum dan belajar-mengajar di sekolah. Padahal, dalam kerangka MPMPS ini terdapat Sembilan aspek yang dapat digarap oleh sekolah. Kesembilan aspek itu adalah (1) perencanaan dan evaluasi program sekolah, (2) pengelolaan kurikulum, (3) pengelolaan proses belajar-mengajar, (4) pengelolaan ketenagaan, (5) pengelolaan peralatan dan perlengkapan, (6) pengelolaan keuangan, (7) pelayanan siswa, (8) hubungan sekolah dan masyarakat, (9) pengelolaan iklim sekolah.
Sementara, kepanikan sekolah dapat dilihat, ada kepala sekolah mengambil kebijakan dengan mengintensifkan seluruh waktu belajar di sekolah untuk mata pelajaran yang di-UN-kan saja pada semester 6 dengan menghilangkan pembelajaran mata pelajaran yang tidak di-UN-kan. Di samping itu, kepanikan sekolah ada yang mendatangkan pelatih bimbingan belajar dari luar sekolah. Hal ini, tentu dinilai sangat melecehkan kemampuan guru sekolah yang bersangkutan. “Masalahnya anak didik dipaksa belajar keras dalam waktu singkat hanya dalam rangka lulus UN.” Bimbel juga menambah beban orang tua siswa karena ada pungutan tambahan. Sementara, siswa miskin semakin termarginalkan.
Terlepas pro-kontra pelaksanaan UN oleh pemerintah, namun suatu hal yang mutlak harus dilakukan adalah upaya meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan pendidikan di sekolah. Untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan pendidikan di sekolah, maka setiap sekolah harus memiliki tim pengembangan dan kaji mutu di bawah bidang kurikulum sekolah. Juga, perlu diberdayakan etos belajar siswa secara intensif.
Tim pengembangan dan kaji mutu ini harus berisikan tenaga yang memiliki integritas, visi dan misi sebagai agen perubahan meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan pendidikan di sekolah. Sebab, tak dapat dipungkiri ada kecenderungan di kalangan guru di setiap sekolah yang anti perubahan dengan alasan beragam. Sebab, seperti yang pernah diucapkan Prof. Suyanto PH.D, sebenarnya semua orang termasuk guru pada hakekatnya tidak suka berubah tanpa ada upaya yang nyata dari para inovator untuk mengubahnya. Keadaan umum ini juga pernah diingatkan oleh Jack Welch, seorang Chief Executive Officer perusahaan raksasa kelas dunia General Electric yang digambarkan dalam kalimat: “Change has no constituency. People like status quo. The like the way it was.” Oleh karena itu, untuk suksesnya peningkatan mutu dan pelayanan pendidikan di sekolah perlu agen perubahan yang mampu mengajak para guru untuk berubah, mau mengadopsi inovasi ke dalam praktik pembelajaran yang menjadi tanggung-jawabnya.
Tugas-tugas tim pengembangan dan kaji mutu di sekolah meliputi di antaranya: (1) Menyusun program pengembangan kurikulum. Guru tidak boleh terpaku pada kurikulum dan harus mau mencari inovasi dalam meramu materi dan menciptakan metoda pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan. Sebab, dalam proses pendidikan yang penting metoda dan materi pembelajaran. Kurikulum itu jangan dijadikan sesuatu yang mutlak. Guru harus menafsirkan dengan sesuatu yang baru dan kreatif. (2) Mengkaji dan mempersiapkan model pembelajaran baru. Tim harus mampu mempersiapkan dan mengadakan pelatihan yang dirancang bersama, seperti: pembuatan satuan pelajaran, evaluasi, alat bantu dan pola interaksi pembelajaran yang efektif dengan siswa. Bila perlu mendatangkan para trainer professional untuk melatih para guru atau mengajukan usulan pada Dinas Pendidikan untuk mengadakan pelatihan.
Hal yang tak kalah penting, yaitu menciptakan etos belajar siswa yang efektif. Sebab, selama ini etos belajar siswa terabaikan dan tidak menjadi fokus perhatian. Sebahagian besar siswa terjebak dalam pola belajar menghafal. Padahal, metoda menghafal hanya membuat siswa hanya pintar membeo dan pengetahuan yang diperolehnya sangat dangkal, yaitu ingatan belaka. Pada siswa terlihat mudah sekali kehilangan gairah belajar. Apalagi, siswa dihadapkan pada beban materi pelajaran yang didrillkan itu terlalu sarat. Hal ini membuat siswa kehilangan kebebasan untuk belajar, mudah sekali dihinggapi oleh rasa jemu dan bosan dalam belajar. Kemampuan konsentrasi siswa pun hanya mampu bertahan antara 10-15 menit saja setiap mengikuti satu mata pelajaran.
Ketidakmampuan siswa membangun intensitas konsentrasi belajar ini, sehingga bagaimana mungkin siswa mampu menguasai materi pelajaran secara utuh dan bagaimana siswa mampu mengoperasionalkan keilmuannya. Hal seperti ini wajar, jika mutu produk pendidikan sangat rendah. Harapan untuk membentuk kompetensi siswapun seperti panggang jauh dari api.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan etos belajar siswa mutlak dibutuhkan sadar metode belajar. Kalau kita merujuk pada visi pendidikan yang dirumuskan UNESCO dapat diketahui, bahwa pendidikan adalah mendidik anak untuk belajar berpikir, belajar hidup, belajar menjadi diri sendiri, belajar untuk belajar hidup. Hal ini menunjukkan subjek didik menyadari proses pendidikan berarti belajar mengendalikan, mengarahkan, menggerakkan dan menyetir pikiran, sikap maupun psycho motornya untuk mencapai tujuan tertentu atau menjadi tertentu. Anak belajar tidak hanya mengetahui sebuah informasi saja, namun mengetahui makna mengapanya dan bagaimananya sesuatu yang dipelajari, sehingga kompetensi anakpun terbangun sebagaimana yang dikehendaki.
Tentu kita semua mengharapkan siswa memiliki metode belajar yang efektif sebagai panduan pengarahan fokus pemikiran, sikap dan psycho motornya dalam belajar untuk mengurai dan menjelaskan atas objek yang dipelajari. Dengan alat tersebut siswa mampu menangkap dan memahami bentuk bentuk operasional yang menghubungkan antarunsur atau bagian yang dipelajari secara menyeluruh membentuk sebuah pengertian atau maksud. Dengan metode tersebut membantu menjembatani komunikasi timbal-balik antara siswa dengan pemberi stimulus belajar (guru). Pada diri siswa pun terus terpacu untuk membangun jalan pikirannya untuk menjadi atau menguasai sesuatu hingga tuntas. Dan yang lebih essensial lagi pada siswa sadar akan dirinya yang belajar, sehingga belajar dilakukan dengan penuh larutan kegembiraan untuk belajar.
Untuk memperkenalkan dan melatih metode belajar yang efektif ini pada siswa dapat dilakukan secara intensif dan terprogram oleh guru bimbingan dan konseling di sekolah atau para orang tua yang peduli terhadap perkembangan pendidikan anaknya di rumah. Oleh: Hendra Surya.

Sabtu, 18 Juli 2009

BIMBEL MEMBUAT CERDAS ATAU PEMBODOHAN?

Benarkah kredibilitas sekolah di Indonesia sudah merosot tajam dan tak mampu mencetak siswa berkualitas? Sebaliknya, bimbingan belajar (bimbel) menjamur dan begitu populer, bak seperti tumbuhnya cendawan di musim hujan. Momen Ujian Nasional pun menjadi tolak ukur dan ajang persaingan antara bimbel dan sekolah dalam mencetak siswa berprestasi. Apalagi, setiap tahun ajaran baru atau bagi rapor merupakan momen yang memiriskan hati, sebab bimbingan belajar begitu menonjol bersaing memikat hati para wali siswa dan siswa. Di depan gerbang sekolah kita dapat menemukan begitu gencarnya agen bimbingan belajar menyebarkan brosur yang memikat dan menjanjikan kualitas pembelajaran dan output berprestasi. Bahkan ironinya, tidak sedikit para oknum di sekolah bekerja sama dan menjadi agen bimbingan belajar.

Namun, bukankah menjamurnya bimbel ini merupakan tamparan keras bagi pemerintah dan sekolah yang tak mampu memberikan jaminan pelayanan pendidikan yang berkualitas? Atau, memang kehadiran bimbel sangat dibutuhkan untuk mengalihkan tanggungjawab dan meringankan tugas yang seharusnya diemban pemerintah dan sekolah?! Tapi sebaliknya yang perlu jadi pemikiran, apa kehadiran bimbel tidak mendorong proses pembodohan?!

Kalau kita melihat daya tarik bimbel melalui brosur yang disodorkan agen bimbel tentunya sungguh memikat hati. Coba bayangkan, bimbel mampu memberikan janji pelayanan dengan metoda pembelajaran yang up to date. Di mana metoda pembelajaran yang diberikan lebih menjanjikan bagaimana siswa dapat belajar efektif, smart dan penerapan strategi belajar cepat. Bukan itu saja, ada paket pendamping belajar siswa dengan memberi pelayanan konseling dan pemecahan masalah siswa. Di samping itu, pembelajaran didukung dengan fasilitas lengkap yang merangsang siswa belajar asyik. Terbayang, siswa masuk bimbel sudah terarah pada target belajar yang jelas hendak didapat siswa.

Yang membuat tumbuh suburnya bimbel adalah adanya kegalauan para wali siswa maupun siswa terhadap pelayanan sekolah. Sekolah dianggap tidak mampu memberi bekal secara teknis keilmuan maupun kesiapan mental siswa menghadapi UN maupun ujian masuk PT.

Para siswa merasa bimbel merupakan pilihan alternatif yang dianggap mampu memberi bahan praktis up to date khusus untuk menghadapi UN atau Ujian Masuk PT. Mereka mendapat informasi dan bahan tentang soal-soal yang pernah keluar, tehnik praktis mengerjakan soal serta diberi materi yang dianalisis bakal keluar. Yang lebih menggiurkan bimbel dapat menyajikan data kakak kelas siswa yang berhasil masuk PT favorit. Pendek kata, siswa melalui bimbel mendapat bekal mental, materi, teknik dan keterampilan fisik untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Kegalauan siswa ini, membuat mereka berani mengeluarkan biaya berapapun agar dapat pelatihan dan informasi yang bermutu. Bagi wali siswa mengeluarkan biaya tinggi untuk bimbel dianggap sebagai sebuah investasi untuk keberhasilan anak menjadi mahasiswa di PT terfavorit.

Kegalauan para wali siswa maupun siswa ini disambut oleh para penyelenggara bimbingan belajar (bimbel) sebagai suatu peluang emas. Penyelenggara, ada yang tergerak mendirikan bimbel dengan alasan konseptual, yaitu merasa tergerak untuk terlibat dalam menyelesaikan persoalan peningkatan kualitas Pendidikan Nasional. Ada yang beranggapan ingin menjembatani antara SMTA dengan PT. Namun kalau diperhatikan lebih banyak dengan alasan realitis pragmatis, bahwa mereka butuh mata pencaharian untuk mendapatkan uang dan perlu menciptakan lapangan kerja bagi yang mempunyai kemampuan mengajar.

Kalau kita melongok bagaimana praktik pendidikan di sekolah, ternyata sebahagian besar masih terlihat kurang mengembangkan kompetensi siswa. Kecuali, hanya menghafalkan pengetahuan yang sudah jadi. Guru sangat terpaku pada kurikulum tanpa mau mencari inovasi-inovasi dalam meramu materi dan menciptakan metoda pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan. Padahal, Dalam proses pendidikan yang penting metoda dan materi pembelajaran. Kurikulum itu jangan dijadikan sesuatu yang mutlak. Guru harus menafsirkan dengan sesuatu yang baru dan kreatif.

Seorang guru itu hendaknya kreatif menciptakan berbagai model pembelajaran yang diyakini memiliki dampak positif terhadap hasil belajar siswa. Misalnya: menciptakan alat pembelajaran yang sangat efektif bagi terciptanya pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan. Namun, realita pola pendidikan yang diterapkan tidak melahirkan unjuk kerja siswa secara bermakna. Siswa banyak tahu informasi, tetapi siswa tidak mampu mengoperasionalkan tahunya tersebut.

Perbedaan antara harapan dan realita di atas, maka tak heran kemampuan sekolah sangat diragukan dalam memberi pelayanan yang berkualitas, sehingga bimbel menjadi pilihan alternatif untuk memenuhi harapan wali siswa maupun siswa.

Namun yang perlu dikaji lebih mendalam, apakah bimbel tidak menyebabkan proses pembodohan?

Hal yang perlu menjadi pemikiran, siswa bukan robot yang mempunyai kemampuan prima untuk belajar sepanjang waktu. Siswa itu manusia biasa yang mempunyai keterbatasan fisik dan mental. Coba bayangkan, siswa mengikuti proses pembelajaran di sekolah antara pukul 7 sampai pukul 15 siang. Belum lagi diperhitungkan waktu tempuh pergi dan pulang sekolah. Tentunya, siswa mengalami keletihan secara fisik dan mental setelah menjalani proses pembelajaran dan plus waktu tempuh pergi/pulang sekolah + 8-10 jam sehari. Kemudian, siswa diharuskan mengikuti bimbel antara 2-4 jam, mengerjakan PR sekolah dan persiapan belajar untuk ke esok harinya.

Tentu kita memahami, seseorang yang sedang mengalami keletihan fisik dan mental, maka kemampuan bernalar dan tenaga pun menjadi drop. Dengan demikian, bagaimana siswa mampu menguasai materi pelajaran secara maksimal. Bisa jadi, siswa terjebak dan kewalahan mengatur waktu dan jadwal belajarnya. Alhasil, siswa mengalami kesulitan belajar di sekolah dan tak mampu menyerap materi pembelajaran di bimbel.

Hal lain yang kerapkali muncul, siswa mengalami kebingungan menentukan prioritas belajar, sehingga tidak sedikit siswa yang masuk bimbel menjadi menyepelekan pelajaran sekolah maupun gurunya di sekolah.

Dan yang juga perlu dikaji, sistem pembelajaran bimbel yang lebih menekankan pen-drill-an penyelesaian soal dalam menghadapi ujian itu apa sudah menjamin siswa memiliki kemampuan standar keilmuan dalam mengoperasionalkan keilmuannya. Kalau ditelaah siswa yang berhasil mengikuti bimbel, ternyata siswa tersebut di sekolah juga termasuk siswa yang punya kemampuan menonjol dan berprestasi. Siswa yang di sekolah termasuk siswa yang menonjol, maka setelah mengikuti bimbel tentunya menjadi lebih pintar.

Pengkajian dampak negatif bimbel perlu menjadi pemikiran kita bersama dan pembuat kebijakan pendidikan untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan di sekolah. Pemerintah berkewajiban untuk mengajak para guru untuk berubah mau mengadopsi inovasi ke dalam praktik pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

Konsekwensinya, guru harus dilatih bagaimana mempersiapkan semua model pendekatan baru dalam implemetasi praktik pembelajaran. Seperti: pembuatan satuan pembelajaran, evaluasi, alat bantu, perubahan filosofi, pergeseran paradigma interaksi pembelajaran dengan siswa dan sebagainya. Tanpa ada perubahan yang baik dilihat dari aspek profesionalisme guru, sulit dibayangkan akan terjadinya keberhasilan praktik pembelajaran. Begitu juga, leadership kepala sekolah juga perlu memberi dukungan terhadap perubahan di sekolah.

Minggu, 05 Juli 2009

Gaya Bookish Jatuh Cinta


-->
Bagi Ridho meraih prestasi hal biasa, tapi mengalami jatuh cinta merupakan hal luar biasa. Bookish satu ini gitu terkesima pada Wulan. Dia berangan, Wulan ini jadi kekasihnya. Masalahnya, untuk pedekate aja, bookish satu ini kayak mau Ujian Nasional aja. Dia sibuk amat mempersiapkan jurus-jurus asmaranya dari buku pintar.
Tapi Ridho ketemu batunya, ternyata cewek yang didekatinya itu sudah malang melintang di dunia percowokan. Makanya, ketika cowok lugu ini masang aksi, dia pun ingin mempermainkan Ridho.
Lebih serunya, usaha Ridho mendekati Wulan mendapat tentangan habis temannya sendiri, yaitu: Dina, Ellin, Magda, Heru, Rambe dan Toro. Mereka merasa tak rela kalau Ridho jatuh ke dalam pelukan cewek yang mereka anggap nggak bener. Berbagai cara mereka lakukan untuk menggagalkan usaha Ridho. Ridho jadi kalang-kabut dan reputasinya pun dipertaruhkannya di Kampus.
Masalahnya tambah rumit karena Ello, pacarnya Wulan terdahulu gak rela melepaskan Wulan. Makanya, dia dan ganknya berusaha keras menjauhkan Wulan dari Ridho. Ridho pun nggak mau tinggal diam. Lagi-lagi dia mempersiapkan jurus pamungkasnya dari buku pintar.
Berhasilkah Ridho mengatasi rintangannya? Dan bagaimana sikap Ridho setelah mengetahui siapa sebenarnya Wulan? Nah, jawabannya jangan anda lewatkan membaca novel ini. Kocak dan seru banget deh!!!

Jumat, 01 Mei 2009

Miskin Bukan Berarti Tak Bisa


Novel Cinta Sang Idola sungguh menarik dan layak dibaca. Di mana tehnik penyajian novel ini ringan sangat cocok dengan selera anak remaja dan gaya yang ditampilkan pun cukup unik dengan mengusung gaya pop bertutur orang Melayu Deli. Sementara, si penutur orang yang baru ngetop dan bergaya orang Jakarta. Kisah yang diangkat sangat dekat dengan kejadian yang kerapkali melanda kaum remaja. Jalinan ceritanya sangat mengesankan, seperti kisah nyata. Harubiru lika-liku jalinan asmara, bagai Romeo dan Juliet. Tapi Uniknya lagi, jalinan cerita novel ini dapat memberi berbagai inspirasi bagi pembaca mensiasati alam pikir dan kreativitas mengembangkan diri untuk menunjukkan Ini Gue lho!!! Miskin bukan berarti Gue tak mampu…

Sebagai remaja yang baru tumbuh, merasakan cinta yang baru bersemi, tentu indahnya bukan main. Begitu juga yang dirasakan Ikhzan dan Tiara, kedua anak melayu ini. Mereka berdua ini kan lagi asyik dilanda gelombang cinta. Cinta yang bersemi pun menembus batas perbedaan yang menyolok di antara mereka berdua.

Tapi betapa hancur hati keduanya, ketika cinta mereka dipisahkan secara paksa oleh ayahnya Tiara. Perbedaan derajat bagai langit dan bumi jadi alasan Wan Hamzah memisahkan hubungan Tiara dengan Ikhzan. Apalagi, Wan Hamzah telah menjodohkan Tiara dengan Saiful. Makanya, Tiara dengan paksa dipindahkan sekolahnya ke Medan. Di Medan Tiara dipertemukan dengan Saiful, calon insinyur... Saiful pun lantas berusaha keras untuk menghapus memori Ikhzan dari benak pikiran Tiara. Sebagai putri melayu yang patuh memangku adat, Tiara terpaksa menjalani fitrahnya… Tapi hati kecilnya masih menyimpan rindu untuk menemukan kembali bunga cintanya…

Sementara, Ikhzan berusaha bangkit dari keterpurukan jiwanya dan tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan. Apalagi, support temannya, seperti Mirza, Dody, Fachri dan Rina sangat membantu dirinya. Rasa terhina Ikhzan membuat semangatnya membaja untuk merubah nasib. Dia boleh miskin, tapi siapa bilang dia tidak bisa Miskin bukan berarti hampa segala-galanya... Makanya, setelah menamatkan SMA, dia merantau. Di Medan Ikhzan berjuang merintis karier jadi penyanyi restoran.

Luka hati Ikhzan dan Tiara ternyata terbuka kembali, ketika mereka secara tak sengaja saling menyaksikan. Tiara lihat Ikhzan sudah jadi seorang penyanyi restoran dan mulai dapat banyak penggemar. Sedang Ikhzan saksikan Tiara berdampingan dengan tunangannya. Mereka ingin saling meluruk dalam dekapan, melepas jejak rindu, tapi tak sampai. Betapa pedih hati mereka rasanya…

Ketika ada audisi Idol di Medan, Ikhzan pun tidak menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Ternyata atas kegigihan Ikhzan temukan jalan untuk membentuk talentanya. Diapun jadi bintang yang ngetop dan beken setelah menjadi pemenang Grand Final Indonesian Idol.

Di sini Ikhzan buktikan kekurangan bukan jadi halangan untuk maju. Kemampuan mensiasati alam pikir dan kreativitas untuk mengenali dan mengembangkan bakat tersembunyi mengantarkan dirinya temukan talenta yang brilian. Ikhzan mampu meniti dan mengembangkan talentanya, makanya jadi orang top dan beken.

Di samping itu, Ikhzan membuktikan untuk membuka mata dan meningkatkan harga dirinya bukan harus dengan kekerasan, tapi dengan talenta yang mengagumkan dan membuat orang bangga pada dirinya. Bagaimana sikap Wan Hamzah melihat Ikhzan menjadi bintang top dan selebriti? Bagaimana sikap Ikhzan sendiri terhadap Wan Hamzah dan Tiara setelah dia menjadi orang beken? Keberhasilan Ikhzan ini, apakah juga membawa kebahagiaannya kembali dan menemukan cintanya kembali? Atau Ikhzan menemukan bunga cintanya yang lain…

Cinta itu tidak bisa dipaksakan. Tapi siapa yang percaya akan kekuatan cinta, maka dia akan meraih kebahagiaan…

Jika Anda berminat untuk memiliki novel ini, maka segera pesan melalui :

  1. hendrasuryaw@gmail.com atau hendra.surya@ymail.com dengan mencantumkan nama/ alamat/nomor hp atau telepon/judul pesanan/ jumlah pesanan.
  2. Harga Novel Cinta Sang Idola adalah Rp. 43.000 dan tambah ongkos pengiriman Rp. 7000,-
  3. Segera transfer pembelian anda melalui no-rekening: 053801001739502 BRI Cabang Depok, a/n Drs. Hendra Surya.
  4. Setelah transfer uang pembelian, segera konfirmasi melalui SMS ke 085281085906 dengan format SMS: Pembelian/jumlah transfer + tiga nomor akhir Hp Anda/Nama bank Anda/ jam transfer/ Tanggal transfer/Nama Anda/Alamat Anda.
  5. Sertakan nomor unik Hp Anda dengan cara cantumkan tiga angka terakhir nomor Hp Anda pada jumlah transfer, misalnya: nomor Hp Anda : 081380689120 dan jumlah pembelian + ongkos kirim: Rp. 50.000, maka cantumkan dengan cara: Rp. 50.120,-

Wasalam Penulis,

Hendra Surya

http://hendrasurya.blogspot.com , hendra.surya@ymail.com

hp: 085281085906

Kamis, 05 Maret 2009

Pasangan Selingkuh?!


Siapa yang tidak cemburu, kalau mendengar pasangan suka jalan bareng dengan orang lain, yang notabene berlainan jenis kelamin? Apalagi, kabar angin tersebut mengemukakan, pasangan kerapkali mengunjungi tempat-tempat khusus di sela-sela jam kerjanya bersama pasangan barunya tersebut, seperti restoran, hotel dan cottage. Tentu, di benak pikiran kita langsung berkembang imajinasi yang macam-macam, membayangkan perbuatan pasangan. Dibayangkan pasangan telah membangun relasi intim dengan pasangan barunya. Bahkan, bayangan relasi seksual pun mungkin terlintas di alam pikiran. Seolah-olah apa yang dibayangkan itu benar-benar terjadi. Di dalam hati kita pun berkecamuk perasaan tak karuan. Perasaan cemas, sakit hati dan marah bercampur aduk. Kita pun menjadi tidak tenang, nervous, kesal dan pembawaannya pun mau marah terus dan bercampur sedih. Akhirnya selera makan pun hilang dan timbul gejala-gejala gangguan fisik, seperti sakit kepala, pusing, sesak di dada, mual, sakit perut dan sebagainya menyertai sikap emosional kita. (klik http://pengembangandiri.cjb.net )

Hal lain, kita merasa terus diteror, merasa tidak nyaman, kesal dan sangat terganggu oleh kecemburuan pasangan. Kita menjadi pusing menghadapi sikap pasangan yang terus menerus mencurigai seluruh aktivitas kita di luar, terutama aktivitas yang berhubungan dengan rekan bisnis atau rekan kerja yang kebetulan berbeda jenis kelamin dengan kita. Hal ini menyebabkan sebahagian besar relasi dengan pasangan selalu diwarnai dengan konflik yang seharusnya tidak perlu.

Begitu juga, kerapkali kita sepulang kerja langsung diinterogasi, seperti terdakwa. Sebenarnya, sesampainya kita di rumah setelah letih dan lelah sehabis kerja seharian tentu ingin mendapatkan suasana yang rileks, nyaman dan mendapatkan sambutan yang hangat dan menyenangkan. Bukan malah sebaliknya, suasana yang tidak nyaman dan panas yang membuat gerah hati kita. Begitu juga, rasa cemburu ini kadangkala membuat kita tidak nyaman di saat kita sedang keluar rumah bersama pasangan. Adakalanya kita bertemu teman atau bertatap mata dengan orang lain yang berbeda jenis kelamin dengan kita. Hal ini membuat pasangan menjadi cemburu dan marah besar. Alhasil, maksud hati keluar rumah bersama pasangan untuk mencari suasana yang menyegarkan, malah berubah menjadi berantakan karena relasi dengan pasangan menjadi memanas.

Dari kejadian-kejadian di atas, ternyata rasa cemburu ini memberikan pengalaman yang paling tidak menyenangkan dalam relasi antar pasangan. Di mana orang yang dilanda rasa cemburu mengalami pengalaman batin yang paling tidak mengenakkan dan membuat perasaan tertekan. Begitu juga, orang yang dicemburui menjadi tidak nyaman, kesal dan merasa sangat terganggu sekali. Alhasil, relasi yang terbangun pun menjadi memanas, bahkan dapat menjadi berantakan.

Di sini tentu kita akan bertanya-tanya, mengapa rasa cemburu dapat terjadi, bukan? Mengapa rasa cemburu selalu membuat suasana menjadi tidak nyaman dan hati terbakar? Lantas, bagaimana cara melepaskan diri dari rasa cemburu ini, bukan?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menggelitik tersebut, maka kita harus menganalisis faktor pemicu timbulnya rasa cemburu itu. Begitu juga, usaha-usaha yang bagaimana yang dapat mengantisipasi dan mengatasi rasa cemburu tersebut, agar relasi yang terbangun antarpasangan menjadi harmonis tanpa mengalami gangguan.


Mengapa rasa cemburu dapat terjadi ?


Kalau kita perhatikan rasa cemburu ini pada umumnya muncul sebagai reaksi emosional dari pengalaman batin yang tidak menyenangkan, yang kerapkali muncul pada saat kita sedang atau sudah menjalin dan membina hubungan yang intim dengan seseorang atau pasangan. Misalnya, pada saat pacaran dan masa perkawinan. Terjadinya rasa cemburu pada seseorang, sebagai reaksi emosional dari proses penghayatan rasa kuatir yang teramat sangat akan kemungkinan kehilangan relasi yang sudah terbangun dan sangat berarti dengan seseorang atau pasangan karena munculnya orang ketiga yang dianggap sebagai pesaing yang nyata maupun pesaing imajiner atau yang dibayangkan ada.

Perasaan orang dilanda cemburu ini, ternyata sangat kompleks dan penuh larutan emosional. Di mana perasaan cemburu ini diikuti oleh berbagai perasaan yang tidak mengenakkan atau perasaan terluka. Perasaan yang terluka atau perasaan yang tidak enak yang menyertai rasa cemburu ini, di antaranya perasaan sedih, perasaan marah, perasaan terabaikan dan perasaan kesal karena kehilangan kebanggaan pada diri sendiri seperti rasa dicintai dan rasa didambakan oleh seseorang yang sangat berarti dan bermakna pada saat itu.

Namun, menurut Sawitri Supardi-Sadarjoen menyatakan, “terdapat tiga perasaan yang merupakan perasaan inti yang membuat definisi cemburu semakin jelas, yaitu sakit hati, kemarahan yang amat sangat yang sering sekaligus diikuti rasa cemas bahkan ketakutan” (Kompas, Cemburu, Kolom Konsultasi Psikologi, 10 Oktober 2004.)


Sakit hati

Orang yang dilanda rasa cemburu, tentu mengalami perasaan yang terluka dan merasa sakit hati pada pasangannya. Sakit hati itu terjadi atas hasil interpretasi pengamatan sikap dan perilaku pasangan yang dianggap telah gagal untuk menjaga kepercayaan yang dilimpahkan padanya. Di mana pasangan dianggap tidak mau lagi menghormati dan telah mengkhianati komitmennya terhadap bangun relasi yang telah terbina.


Kemarahan

Rasa sakit hati atas rasa dikhianati, dilecehkan, tidak dihargai dan diabaikan serta merasa tidak diperhitungkan lagi, tentu dirasakan sangat menyakitkan, sehingga membangkitkan reaksi emosional yang termanifestasi dalam wujud kemarahan. Nah kalau begitu, jangan heran kalau orang yang cemburu pembawaannya mau marah-marah terus. Bahkan, kemarahan orang yang dilanda cemburu dapat menjadi penyebab perilaku menyerang.

Secara ekstrem yang patut kita waspadai adalah kemarahan orang yang dilanda cemburu berat dapat melakukan tindakan apa saja yang sangat destruktif, tanpa mau memperhitungkannya secara rasional lagi. Misalnya, melakukan fitnah, penganiayaan dan bahkan, dapat melakukan pembunuhan pesaing atau pasangannya.


Rasa cemas dan ketakutan

Rasa cemas dan ketakutan pada orang yang dilanda cemburu ini didorong oleh timbulnya perasaan terancam akan sirnanya keberlangsungan hubungan intimnya yang telah terbina atau merasa akan kehilangan/putusnya ikatan emosional yang berarti dengan pasangan akibat hadirnya pesaing yang nyata maupun pesaing imajiner.

Rasa cemas dan ketakutan pada orang yang dilanda cemburu ini akan berkembang menjadi rasa curiga terus terhadap sikap, perilaku maupun perubahan perilaku pasangannya, sehingga membuat dirinya merasa tertekan. Begitu juga, rasa cemas dan ketakutan ini juga, yang mendorong dirinya suka membayangkan hal yang tidak-tidak atau mereka-reka apa yang diperbuat pasangan di luar rumah secara imajiner. Bahkan, bisa saja orang yang cemburu ini menghidupkan sendiri keberadaan pesaing romantisnya sebagai teman kencan pasangannya, sehingga dirinya menjadi panik dan dapat bertingkah laku yang tidak wajar lagi. Seperti memuncaknya kemarahannya dan termanifestasi dalam bentuk berbuatan negatif. Kalau sudah sampai demikian kecurigaan akibat cemburu yang berat ini, maka perilaku dirinya sudah menjadi bersifat patologis (penyakit psikis) karena ekspresi keadaannya menunjukkan perilaku paranoid.

Ketiga inti perasaan ini, secara terpadu mempengaruhi perubahan tingkat emosional, sikap dan perilaku orang yang sedang dilanda cemburu. Perkembangan rasa cemburu atau tingkat perubahan sikap dan perilaku sangat tergantung pada unsur perasaan yang dominan, namun unsur lain turut juga mempengaruhi perubahan tersebut.


Mengapa orang mudah cemburu?


Pertanyaan ini tentu sangat menggelitik kita, mengapa orang mudah cemburu? Kalau kita amati pada orang yang mudah dilanda rasa cemburu ini, kelihatan menggambarkan adanya suatu kelemahan atau kekurangan pada orang tersebut. Perilaku cemburu yang ditunjukkannya, mengindikasikan ketidakmampuannya membina ikatan emosional yang kokoh antarpasangan, sehingga muncul perasaan ketidakamanan terhadap bangun relasi yang dibinanya. Sedangkan, faktor yang menyebabkan perasaan ketidakamanan terhadap bangun relasi yang dibinanya dengan pasangan, sehingga muncul rasa cemburu, antara lain:


- Kurang komunikasi

Salah satu faktor yang menyebabkan orang mudah cemburu pada pasangannya karena adanya kurang komunikasi antarkeduanya, sehingga ada keraguan pada pasangan untuk dapat mempertahankan atau menjaga komitmen yang telah terjalin. Kurang komunikasi ini juga menyebabkan kita kurang mampu memahami pasangan kita, sehingga kita meragukan kemampuan pasangan untuk “tetap setia” pada kita.

Hal lain, kurang komunikasi ini membuat kita tidak tahu cara membangun relasi yang dapat membuat pasangan benar-benar mempunyai perasaan yang kuat untuk mempertahankan ikatan emosional dengan kita, agar dirinya tidak mudah beralih atau tertarik pada orang lain. Kita tidak mengetahui seberapa jauh kedekatan pasangan dengan kita dan pada posisi yang bagaimana kita ditempatkan di relung hatinya. Ketidaktahuan ini membuat kita kurang yakin, kurang percaya dan meragukan pasangan, sehingga membuat kita mudah menjadi cemburu, bila dia dekat dengan orang lain.


- Memiliki sikap tertutup

Orang yang bersifat tertutup ini berarti self centered atau terlalu sibuk dengan pikiran-pikirannya sendiri. Jika kita terlalu sibuk dengan pikiran-pikiran sendiri, bagaimana kita mampu membuat diri kita lebih disukai, disayangi dan dipahami oleh pasangan? Hal yang wajar, kita tidak mengetahui seberapa jauh pasangan menyukai, menyayangi dan setia pada kita. Bagaimana kita mengetahui pemahaman pasangan tentang diri kita dan kedalaman atau keintiman relasi pasangan dengan kita? Bagaimana pula kita bisa percaya pada pasangan, jika kita kurang atau tidak mampu memahami pasangan?

Jika kita mempertahankan sikap tertutup berarti kita tidak dapat menerima diri kita sendiri secara utuh. Kita tidak dapat menerima kelebihan dan kekurangan pada diri kita sendiri, sehingga kita menjadi cenderung negative thinking pada diri sendiri. Jika kita tidak mampu memahami diri sendiri, bagaimana kita mampu memahami diri orang lain. Alhasil, kita pun merasa tertekan karena tidak mengetahui kedalaman dan keintiman perasaan pasangan pada kita, sehingga kita selalu curiga, bahwa pasangan tidak tulus menerima kita apa adanya.


- Tidak memahami watak, sifat, sikap dan perilaku pasangan.

Jika kita kurang memahami watak, sifat, sikap dan perilaku pasangan, kerapkali kita salah menafsirkan atau menterjemaahkan sikap maupun perilaku pasangan kita, terutama sikap dan perilaku pasangan dalam pergaulannya. Salah tafsir ini yang dapat menimbulkan berbagai anasir-anasir yang belum tentu benar adanya.

Contohnya, kalau kita lihat pasangan terlihat sangat dekat dan begitu akrab dengan teman lawan jenisnya, belum tentu mengindikasikan mereka memiliki hubungan yang spesial. Mungkin pasangan mempunyai sifat yang supel dan mudah bergaul, sehingga dirinya sangat disenangi teman-temannya dan mereka begitu akrab. Pasangan kita itu punya kelebihan, seperti mudah sekali diajak ngobrol, sangat penuh perhatian, sangat penuh empati dan sangat menyenangkan, sehingga selalu menjadi tempat “curhat” teman-temannya. Bukankah sifat supel dan mudah bergaul serta memiliki empati yang dalam memang sangat dibutuhkan dalam pergaulan? Atau memang tuntutan suatu pekerjaan, mengharuskan pasangan dekat dan sangat kompak dalam suatu tim kerjasama untuk menyelesaikan tugas pekerjaannya. Nah, kalau kita tidak memahami watak, sifat maupun karakter pasangan, maka dengan mudah kita dilanda api cemburu buta. Apalagi, kita kurang memahami atau tidak mempunyai wawasan yang luas tentang tuntutan pekerjaan pasangan.


- Tidak percaya diri.

Ketidakyakinan terhadap kemampuan pasangan untuk tetap menjaga dan mempertahankan relasi yang telah terbina, salah satu faktornya adalah karena terdorong oleh perasaan tidak percaya diri kita sendiri. Kita ragukan kedalaman cinta dan kesetiaan pasangan pada kita, karena kita takut cinta pasangan tidak sedalam yang kita harapkan. Kita beranggapan, kita tidak cukup pantas untuk mendampingi pasangan. Kita merasa kurang pas atau kurang sepadan dengan pasangan. Pendek kata, pikiran-pikiran negatif tentang penilaian diri kita sendiri kerapkali menghantui perasaan kita. Kita selalu memandang rendah diri kita sendiri dalam berbagai hal. Alhasil, kita merasa cemas dan kuatir pada pasangan mendapatkan orang yang jauh lebih baik dari kita dan dirinya akan beralih pada orang lain tersebut. Perasaan cemas dan kuatir ini, yang menyebabkan kita mudah sekali dilanda rasa cemburu pada pasangan. Kita pun menjadi selalu curiga terhadap setiap gerak-gerik dan perubahan sikap dan perilaku pasangan.


- Mudah terpengaruh.

Kerapkali hati kita merasa sangat tersiksa dan cemas memikirkan akan kelanjutan relasi yang telah terbangun dengan pasangan, hanya karena gara-gara telinga kita terlalu sensitif. Hati kita menjadi galau dan sibuk mendengarkan hal-hal yang tidak mengenakkan masalah perilaku pasangan di luar. Kita menjadi dihantui bayangan, bahwa pasangan telah menjalin relasi yang intim dengan orang lain, tanpa sepengetahuan kita. Kita begitu yakin dengan kabar burung tersebut. Apalagi, pembawa kabar burung itu adalah orang yang sangat kita kenal dan sangat dekat dengan kita. Kita tanpa pikir mempercayai omongan orang tersebut. Alhasil, kita mudah terpancing emosi. Perasaan sakit hati, perasaan marah dan perasaan takut kehilangan bercampur aduk tak karuan, sehingga membangkitkan perasaan cemburu kita.

Demikianlah beberapa faktor yang merusak pikiran kita dan membuat kita tersiksa. Pikiran tidak enak yang membayang-bayangi atas perilaku pasangan terus menggerogoti hati kita, di mana pikiran jelek terus memenuhi dan melintas di benak kepala kita.


Bagaimana cara mengatasi rasa cemburu?


Setelah kita mengamati dan menelaah faktor-faktor yang menyebabkan orang mudah dijangkiti perasaan cemburu dengan cermat, maka kita dapat menentukan langkah-langkah untuk mengatasi dan mensikapi rasa cemburu ini, sebagai berikut:


§ Membangun komunikasi dengan baik.


Untuk mengatasi kesenjangan perasaan dan membentuk rasa saling pengertian serta mengeratkan ikatan emosional antarpasangan, maka kita mutlak harus mampu mengembangkan cara berkomunikasi yang baik dan intensif antarpasangan. Kita harus dapat menumbuhkan rasa cinta, rasa sayang, rasa saling percaya dan rasa terikat satu sama lain. Untuk itu, kita harus saling memahami perasaan, sikap, perilaku dan harapan masing-masing.

Nah, untuk menumbuhkan perasaan yang dalam dan kedekatan pasangan pada kita. Begitu juga, untuk mengetahui kedalaman perasaan pasangan terhadap kita, maka hal-hal yang perlu kita perhatikan dan perbuat dalam rangka membangun komunikasi yang baik antarpasangan, yaitu:


Pertama, Peka terhadap kepentingan maupun perasaan pasangan.

Setiap saat kita harus senantiasa menunjukkan kepekaan dan perhatian terhadap kepentingan atau masalah-masalah yang dihadapi pasangan maupun perasaan pasangan. Kita harus cepat tanggap terhadap perubahan ekspresi wajah, sikap dan perilaku pasangan. Namun perlu diingat, apa pun yang kita lakukan jangan sampai menyinggung perasaan pasangan. Untuk menunjukkan kepekaan, perhatian dan kepedulian kita dapat kita lakukan dengan cara:

- Mintalah pasangan untuk mengemukakan beban masalahnya.

Misalnya: - Di saat pasangan setelah pulang dari kantornya, kita dapat mengemukakan pendapat, “Aduh, kamu kelihatan letih sekali, sayang!” Kemudian dapat kita lanjutkan, “Apakah pekerjaan hari ini amat melelahkanmu, sayang?

- Wah, kamu kelihatan baru mendapat pengalaman yang tidak mengenakkan, sayang? Dapatkah kamu ceritakan pengalaman yang tidak mengenakkan itu…?

- Menunjukkan perhatian pada minat pasangan dengan melontarkan pujian untuk menyampaikan rasa tertarik atau rasa senang kita.

Misalnya: - Bagus sekali gaun yang kamu kenakan itu, sayang! Warna dan coraknya sungguh pas dengan bentuk tubuhmu… Dari mana kamu beli gaun itu?

- Kelihatannya pekerjaanmu lancar dan sukses hari ini, sayang. Coba ceritakan keberhasilanmu, tentu sangat menyenangkan!

Dengan cara memberi perhatian khusus pada hal-hal yang amat menarik perhatian pasangan atau pada hal-hal yang terasa sangat memberatkan dirinya atau problema yang dihadapinya, berarti telah berusaha untuk mendapat tempat khusus di hati pasangan. Kita harus menempatkan diri sebagai “pendengar” yang penuh perhatian dan tanggap terhadap kepentingan pasangan. Dengan demikian, kita telah memperlihatkan rasa tertarik dan peka terhadap masalah-masalah pasangan dan membuat pasangan merasa senang, merasa diperhatikan, merasa sangat spesial dan merasa sangat dekat.


Kedua, Bagaimana membuat pasangan merasa senang untuk berbicara.

Selama kita mau menjadi pendengar yang baik, ketika pasangan berbicara, maka komunikasi akan berjalan dengan lancar. Adakalanya di saat pasangan bicara, dirinya tidak menghendaki komentar sedikitpun dari kita. Ia hanya menginginkan kita mendengar dengan simpatik, agar beban di dadanya bisa tuntas dicurahkan. Untuk itu, kita harus dapat “mengendalikan diri untuk tidak berkomentar.” Namun, kita harus bersikap tenang, bijaksana dan cukup mendengar dengan penuh perhatian, terutama tunjukkan rasa simpatik dengan kontak mata langsung dan memberi senyum kesejukan penuh arti. Dukungan emosional ini sangat berarti sekali bagi pasangan.

Untuk menghindari terjadinya kevakuman, selain kita mendengarkan dengan penuh perasaan, kita dapat memberi tanggapan yang bersifat objektif, bukan komentar yang menggurui. Namun dapat memperlihatkan rasa simpati kita pada pasangan yang sedang bicara, misalnya:

- Ya, aku mengerti apa yang kamu maksud.”

- “Tentunya sangat menyenangkan sekali, coba kamu ceritakan lebih banyak padaku…”

- “Aku dapat memahami perasaanmu.”

- “Tentunya kamu sulit mengambil keputusan itu.”

Begitu juga, kita dapat mengajukan pertanyaan yang memperlihatkan rasa tertarik kita, tanpa bermaksud untuk mempengaruhinya, Misalnya:

- Kemudian apa yang terjadi selanjutnya?”

- “Bagaimana perasaanmu pada saat itu?”

- “Apa keinginanmu selanjutnya?”

- “Apa yang ingin kamu lakukan?”

Rasa simpati yang kita perlihatkan, tentu akan membuat pasangan merasa sangat diperhatikan, sehingga dapat menimbulkan hubungan yang sangat intim dan membangun kedekatan yang sangat berarti sekali.


Ketiga, Jangan suka mencela.

Kita harus membuang atau menghilangkan kebiasaan suka mencela, mengkritik, mendebat, menggurui maupun sikap melecehkan pasangan. Terutama di saat dia sedang berbicara. Namun, jika kita diminta untuk memberi pendapat, maka nyatakanlah secara jelas, hati-hati, tulus dan objektif secara singkat, agar tidak terkesan menggurui. Yang perlu diingat, kemukakan pendapat hanya pada saat diminta.

Ketiga hal tersebut di atas, merupakan unsur-unsur penting untuk membina cara- cara mengembangkan komunikasi yang baik, yang dapat kita terapkan dalam membangun relasi yang intim dengan pasangan. Cara ini juga, akan menumbuhkan kedekatan ikatan emosional antarpasangan. Di mana dengan memahami perasaan dan kepentingan pasangan akan mengajarkan pada pasangan, bagaimana cara memahami perasaan kita juga. Tentu dirinya akan melakukan hal yang sama dengan apa yang kita lakukan. Apa yang telah kita perbuat menjadi sangat spesial bagi pasangan. Dengan demikian, kita pun begitu sangat berarti bagi pasangan.


§ Mengembangkan sikap terbuka.


Untuk menciptakan bangun relasi yang memiliki unsur untuk saling mempercayai, saling memperhatikan, membangun komitmen, memahami diri dan mengembangkan diri, maka kita harus dapat mengembangkan sikap terbuka. Keterbukaan diri ini sangat penting karena kita secara sadar mau menerima diri kita sendiri secara utuh, baik terhadap segala bentuk kelebihan maupun kekurangan yang kita miliki. Penerimaan diri ini sebagai modal bagi kesediaan kita untuk menerima kehadiran orang lain apa adanya.

Untuk dapat mengembangkan sikap terbuka, maka kita dituntut harus bisa mengembangkan pikiran positif dalam memandang berbagai hal. Ini termasuk untuk mengenali diri, memahami diri dan mengembangkan diri dengan kesediaan untuk mau belajar dari orang lain tentang hal-hal yang tidak diketahui oleh diri sendiri, melainkan dari pendapat, penilaian maupun usaha orang yang mengandung nilai-nilai positif. Dengan berpikiran positif kita dapat memaknai perbedaan pendapat, kritikan maupun reaksi terhadap sikap dan perilaku kita yang berbeda dari yang kita harapkan, jangan diartikan sebagai sikap merendahkan. Begitu juga, kita tidak mudah terpengaruh atau memaknai negatif sikap dan perilaku pasangan di tengah-tengah pergaulannya, atau jangan diartikan sebagai sikap menduakan, melecehkan atau merendahkan kita.

Dengan sikap terbuka kita dapat berbagi ide, pengalaman, pengamatan, perasaan dan sikap dengan cara berkomunikasi dengan baik dan menyenangkan serta saling menghargai satu sama lain. Begitu juga, kita dapat mengelola konflik yang terjadi dengan cara konstruktif. Dengan demikian, kita dapat mempertahankan dan merawat relasi yang telah terbangun.


§ Kenali watak, sifat, sikap dan perilaku pasangan


Sudah seharusnya, kita mengenali dan memahami watak, sifat, sikap dan perilaku pasangan. Dengan mengenali watak, sifat, sikap dan perilaku pasangan memudahkan kita untuk menentukan bagaimana cara berkomunikasi yang efektif dengan pasangan. Begitu juga, kita dapat menilai bagaimana sikap dan perilaku pasangan di lingkungan pergaulannya.

Cara mengenali watak, sifat, sikap dan perilaku pasangan dapat kita lakukan dengan menjalin interaksi secara intensif. Saat interaksi dengan pasangan, kita pun dapat melakukan observasi atau pengamatan tingkah laku pasangan yang konsisten. Agar kita dapat melakukan pengamatan dengan baik, maka kita pun dituntut harus dapat mengembangkan cara berkomunikasi yang baik dan mampu mengembangkan sikap terbuka.

Dengan mempelajari watak, sifat, sikap dan perilaku pasangan, maka kita dapat mengetahui kelebihan, kekurangan dan kebiasaan-kebiasaan pasangan. Dengan mengetahui kelebihan, kekurangan atau kelemahan dan kebiasaan-kebiasaan pasangan, maka memudahkan kita untuk menemukan cara berinteraksi dan berkomunikasi secara baik dengan pasangan. Jika kita jeli dalam mengamati watak, sifat, sikap dan perilaku pasangan dalam tingkah lakunya sehari-hari, maka kita pun dapat mengetahui titik lemah atau titik peka dari pasangan.

Dengan memperhatikan kelebihan, kebiasaan, kekurangan, titik lemah dan titik peka pasangan, maka kita dapat memanfaatkan peluang untuk dapat lebih mendekatkan diri pasangan dengan kita. Pendek kata, pemahaman diri pasangan ini memudahkan kita untuk menentukan cara berinteraksi dengan tepat, berkomunikasi dengan baik, membangun keintiman dan membangun kesetiaan pasangan.

Sebagai catatan: Untuk mendapatkan pemahaman pengetahuan tingkah laku dan kelemahan pasangan, maka kita dituntut untuk mencari berbagai cara yang jitu dan efektif untuk melakukan pendekatan padanya, agar dirinya benar-benar merasa sayang, cinta dan setia pada kita.


§ Mengembangkan rasa percaya diri kita


Kita harus dapat menghilangkan kebiasaan memandang rendah diri sendiri, kebiasaan suka membanding-bandingkan diri dengan orang lain, kebiasaan suka menangisi atau mengeluhkan kekurangan-kekurangan yang kita miliki dan mengkuatirkan atau mencemaskan hadirnya atau munculnya pesaing yang dianggap lebih baik dari kita. Borok-borok yang menjadi penyakit hati dan menggerogoti jiwa kita ini harus segera dilenyapkan dari benak pikiran kita. Itu pun kalau kita mau tampil tegar dan penuh percaya diri.

Kita tidak boleh terpuruk pada situasi yang menekan, sikap mempertahankan atau membiarkan diri terombang-ambing oleh suasana hati yang negatif. Kita harus berani menyadari dan membuka diri dari cengkraman keburukan sikap mental kita. Kekurangan yang kita miliki bukan akhir dari segala-galanya, karena kita masih mempunyai potensi diri atau kelebihan yang tak boleh dipandang remeh. Untuk itu, kita harus lebih rasional dalam memandang berbagai permasalahan dan kita tidak boleh terjebak pada ekses emosional yang menyertai dari setiap masalah yang kita hadapi.

Kita harus mampu menghargai diri kita sendiri dengan selalu mengembangkan pikiran positif (positive thinking). Dengan mengembangkan pikiran positif, kita dapat menganalisis kekurangan-kekurangan yang ada pada diri sendiri untuk tidak dijadikan masalah. Kita harus punya keyakinan dan semangat yang tinggi untuk dapat mencari jalan keluar dengan strategi pemecahan masalah yang efektif untuk mengatasi setiap permasalahan yang timbul, terutama kesediaan untuk mencari akar permasalahan yang dihadapi. Dengan ditemukan penyebab masalah yang dihadapi, maka jalan keluar yang diperoleh akan lebih efektif.

Setelah kita mampu menyadari dan mengatasi kekurangan atau kelemahan untuk tidak dijadikan masalah, maka hal utama yang harus kita perhitungkan adalah memberdayakan potensi positif atau kelebihan yang kita miliki. Perlu kita ingat, bahwa setiap orang itu mempunyai potensi diri masing-masing dan berbeda-beda. Hanya orang yang bijak yang menyadarinya dan memberdayakannya menjadi kekuatan diri yang menonjol dan orang bodoh yang tidak mau mengakui dan menyadari potensi diri yang tersembunyi yang ada pada dirinya.

Oleh karena itu, bangun pesona dan citra diri kita dengan pikiran positif dan perbuatan nyata secara positif. Jika citra diri dan pesona kita telah terbentuk dan terpelihara, mengapa kita harus terjebak oleh kekuatiran akan munculnya pesaing.

Untuk membangun rasa percaya diri kita, maka hal-hal yang perlu diperhatikan dan dikembangkan, antara lain:

- yakin akan kekuatan diri sendiri.

- Selalu mengutamakan berpikir dan berbuat nyata secara positif.

- Berkemauan keras untuk berubah dalam rangka mengembangkan diri.

- Berusaha menciptakan peluang membangun pesona diri dan citra diri.

- Memiliki kontrol pribadi yang handal dalam menghadapi tantangan dan masalah dengan positive thinking.

§ Jangan mudah terpengaruh oleh bisikan atau suara miring

Kita harus memelihara suasana hati kita, waktu kita, pikiran kita, semangat hidup kita dan relasi kita dengan pasangan dengan selalu berpikiran positif. Jangan mudah terpengaruh atau terkecoh oleh kabar burung yang bersifat tendensius. Walau pun pembawa kabar burung tersebut orang yang sangat dekat dengan kita sekalipun.

Kita harus hati-hati, jika menanggapi kabar burung dan hendaknya terlebih dahulu harus mempertanyakan atau perhatikan, apa maksud pembawa berita burung tersebut menyampaikan hal-hal negatif tentang pasangan kita. Bisa jadi, ini karena terdorong oleh rasa iri hati dirinya saja atau dirinya mempunyai kepentingan yang tersembunyi. Oleh karena itu, jangan cepat panik atau emosional setiap ada berita burung yang datang. Kalau hati tetap merasa penasaran, lebih baik teliti dan selidiki terlebih dahulu kebenaran berita burung tersebut, agar jangan sampai kita menimbulkan perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri serta merusak relasi yang telah terbina dengan baik dengan pasangan. Kita tidak boleh mengambil tindakan atau keputusan berdasarkan emosional dan alasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Jangan korbankan relasi yang terbangun dengan susah payah, hanya karena bisikan yang belum jelas atau belum tentu benar. Jika bisikan itu benar adanya, maka berusahalah untuk mengintrospeksi diri dan mencari akar permasalahannya, mengapa hal tersebut dapat terjadi. Setelah menemukan akar permasalahan, maka berusahalah untuk mencari jalan keluarnya. Pertimbangkanlah dan berusahalah untuk memelihara dan mempertahankan relasi yang telah terbangun dengan menyingkirkan krikil-krikil yang mengganggu kehidupan bersama dalam ikatan emosional kita dengan pasangan.


Demikianlah langkah-langkah pendekatan yang dapat kita pergunakan untuk mengatasi rasa cemburu. Jika kita mampu mempraktikkan petunjuk-petunjuk di atas, kita pun dapat membebaskan diri dari belenggu kecemasan, ketakutan dan perasaan tertekan. Begitu juga, kita dapat mengendalikan sikap emosional kita.

Hal yang menggembirakan, jika kita mampu dan mahir mempergunakan petunjuk-petunjuk di atas, maka kita pun dapat membina relasi yang intim, harmonis, saling percaya dan bahagia dengan pasangan.