Senin, 19 Oktober 2009

Rahasia Sang Maestro Cilik


Al kisah Hendi Bakti (11 tahun) seorang anak yatim dan miskin. Hendi ini sejak kecil menderita gagap. Karena gagapnya itu ia selalu jadi bahan olok-olokan temannya di sekolah maupun teman satu lingkungannya yang dikomando oleh Hartono dan Tommy (11 tahun). Pendek kata, tidak ada seorang pun yang mau bersahabat dengan dirinya. Kemana pun ia pergi selalu mendapat cecaran hinaan. Dia selalu dikucilkan dan dijauhi.

Ibunyapun (37 tahun) yang sudah terlalu letih mencari sesuap nasi tak luput dari cecaran hinaan karena Hendi itu, hingga ibunya menangis batin melihat anak sulungnya itu selalu mendapat hinaan, bahkan pukulan. Akhirnya ia melarang Hendi pergi bermain-main sepulang sekolah.

Untuk melepas kerinduan bermain, Hendi membuat rumah pohon di atas pohon jambu monyet di belakang rumahnya. Di dalam pertapaan rumah pohonnya itu, petuah Ibu Guru Erika (35 tahun) semakin matang dengan timbulnya ide untuk mengisi waktu luangnya dengan membuat lukisan tempurung kelapa. Ternyata idenya itu didukung oleh Kakek Hendi (60 tahun).

Lukisan tempurung kelapa yang dibuat Hendi itu ternyata mampu menyihir dan menarik minat Ibu Sulastri (40 tahun), seorang Pembina Dewan Kerajinan Nasional. Beliau menganjurkan pada Hendi untuk mengembangkan dan memproduksi lukisan itu untuk dipasarkan di Manca Negara. Beliau pun jadi managernya Hendi.

Kemahiran Hendi itu membawa cahaya yang mampu menarik perhatian banyak pihak dan Walikota (50 tahun) dan membuat para musuhnya bertekuk lutut. Hendi pun menakhlukkan kebencian dan sikap permusuhan dengan ilmu cinta kasih. Hendi yang dibenci dan dikucilkan itu mendadak berubah dikagumi dan diidolakan. Kedekatannya dengan Wanty Ati (11 tahun) memberi jalan bagi Hendi untuk mencari cara mengatasi gagapnya.

Bukan itu saja, Hendi sang maestro cilik ini mampu memberdayakan anak-anak putus sekolah dan pengangguran di kelurahannya. Hendi pun dengan lukisannya mampu memberikan hasil tambahan bagi banyak keluarga.

Perilaku inovatif dan kreatif Hendi mengantarkan dirinya memperoleh predikat siswa mandiri dan swakarya. Hendi pun mampu mengantarkan kelurahannya memperoleh penghargaan Kelurahan Teladan. Dirinyapun mendapat mustika prestasinya dengan penghargaan Upakarti. Ternyata, cacat atau kekurangannya bukan akhir dari segala-galanya…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar