Tampilkan postingan dengan label Motivasi Diri. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Motivasi Diri. Tampilkan semua postingan

Minggu, 16 September 2012

MENDIDIK ANAK HIPERAKTIF


Sebagai orang tua, tentu Anda sangat kewalahan menghadapi anak yang sangat bandel dan tidak bisa diam, bahkan sangat susah diatur. Jika ditinggal sebentar saja, anak sudah membuat berantakan seisi rumah. Kadangkala dada Anda pun dibuat berdebar-debar kencang, saat anak bermain-main dengan barang-barang yang mudah pecah dan membahayakan dirinya, seperti bermain gelas, piring dan botol yang terbuat dari kaca. Bahkan, kadangkala anak suka berlompat-lompatan di atas kursi, tempat tidur dan berlari-larian.
Hal yang membuat Anda jengkel, di kala teriakan dan emolen, bahkan cubitan orang tua tidak lagi dihiraukan anak. Anak terus asyik bermain-main, seperti tak mengenal rasa takut dan rasa lelah. Anda sendiri yang dibuat capek dan ketakutan terus mengawasi anak. Anda merasa lega dan tenang, di saat anak sedang tidur saja.
Perilaku anak yang bandel dan tidak bisa diam ini oleh sebahagian orang tua, ada yang menganggap lumrah dan remeh. Sebab, mereka menganggap masalah itu hal biasa terjadi pada masa anak-anak dan akan menghilang seiring dengan perkembangan usia anak. Padahal, tidak jarang perilaku anak tersebut, sebenarnya mencerminkan atau memberi gambaran tentang gejala gangguan emosi dan perilaku pada anak yang seharusnya sedini mungkin mendapat perhatian dan penanganan yang serius.
Anak yang bandel dan tidak bisa diam ini, jika Anda biarkan dalam jangka panjang, maka gangguan tersebut dapat saja menjadi faktor penghambat bagi terbentuknya kepribadian yang matang pada usia dewasa anak. Begitu juga, anak yang bandel dan tidak bisa diam ini dapat mengalami kesulitan untuk melakukan proses belajarnya. Hal ini bisa terjadi karena anak akan mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian dan konsentrasi belajarnya. Alhasil, prestasi belajar anak pun dapat menjadi sangat rendah. Hal ini, tentunya tidak Anda kehendaki, bukan?
Untuk menangani anak yang bandel dan tak bisa diam ini, Anda tidak mesti harus langsung ke psikiater atau psikolog. Jika gejala anak bandel dan tidak bisa diam ini, masih ringan, maka Anda pun masih dapat mengantisipasi masalah ini sendiri, agar tidak berkembang menjadi lebih jauh.
Anak menjadi bandel dan tidak bisa diam, ini menunjukkan adanya gejala gangguan pada emosi dan perilaku anak. Terutama ini terjadi pada anak-anak usia balita (2-5 tahun). Kalau Anda amati, anak terus bergerak dan tidak bisa diam mengikuti perhatiannya yang terhablur pada banyak keinginan-keinginan. Di mana keinginan-keinginan anak itu muncul dari dorongan emosional anak atas apresiasi rangsangan dari lingkungan di mana anak berada.
Anak menjadi bandel dan tidak bisa diam, ini menggambarkan bagaimana anak bereaksi terhadap lingkungan di mana anak berada. Reaksi atau perilaku anak itu dipengaruhi oleh sikap emosi anak dalam merespon rangsangan dari lingkungannya. Sedangkan yang mendorong ledakan-ledakan emosi dari dalam diri anak itu sendiri adalah perkembangan neurobiologis anak yang terganggu. Sebagaimana yang Anda ketahui, kelenjar endocrine, andrenalin dan suprarenal gland sangat mempengaruhi kegiatan emosi anak (seseorang). Oleh sebab itu, perbedaan yang terdapat dalam kelenjar tersebut, tentu mempengaruhi perkembangan emosi anak (seseorang). Di samping itu, perubahan physiologi atau aktivitas kelenjar-kelenjar tersebut juga sangat dipengaruhi oleh rangsangan atau pengalaman-pengalaman emosional anak dari lingkungan di mana ia berada.
Dengan demikian, di samping perkembangan fisik dan mentalnya yang menentukan kematangan emosi anak, juga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan sosial yang memberi latihan atau pengalaman-pengalaman batin pada anak. Interaksi secara fisik dan mental dari sifat anak dengan pengaruh lingkungannya mempunyai peranan yang cukup berarti dalam perkembangan tingkah laku emosi dan sikap anak. Dengan perkataan lain, kematangan emosi anak sangat dibutuhkan sebagai dasar atau pendorong tingkah laku atau perilaku anak yang berkualitas. Terganggunya emosi anak, maka berpengaruh terhadap perilaku anak. Anak yang emosinya stabil, maka akan lebih mudah berkonsentrasi dan berpikir logis, mampu memotivasi dirinya untuk tetap fokus pada aktivitas yang membangun dan mampu membina hubungan yang harmonis dengan lingkungan di mana ia berada.
Pada anak yang bandel dan tidak bisa diam ini, sensitivitas emosi anak sangatlah tinggi, sehingga anak mudah terpengaruh oleh beberapa rangsangan yang muncul di hadapannya. Sensitivitas emosi anak ini membuat anak sulit untuk memfokuskan atau memprioritaskan perhatiannya pada satu fokus, sehingga anak begitu mudah beralih-alih perhatian.
Maka yang perlu Anda sadari dan pahami, faktor-faktor penyebab atau pencetus mengapa anak menjadi bandel dan tidak bisa diam ini. Nah, kalau Anda telaah lebih lanjut, ternyata anak menjadi bandel dan tidak bisa diam ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
Faktor perkembangan neurobiologis anak yang terganggu.
Di mana fungsi-fungsi saraf sebagai menerima rangsang dari luar diri yang tidak stabil atau hipersensitif, sehingga anak mudah terangsang pada banyak perhatian atau beralih-alih perhatian dan kesadaran yang menyertai perhatian tersebut sangatlah rendah.
Faktor lingkungan  
Di samping anak mengalami kesulitan atau hambatan untuk memusatkan atau mengintensifkan perhatian karena adanya gangguan neurobiologisnya, juga faktor lingkungan berperan besar dalam memberi banyak rangsangan emosional anak. Perhatian anak menjadi terpencar terhadap segenap aspek rangsangan yang muncul dari lingkungan anak berada. Banyak aspek yang menggoda dan menarik perhatian anak, sehingga dirinya terangsang menjelajah ke segenap aspek yang merangsang perhatiannya. Di mana perhatian anak itu sangat sulit bertahan pada satu aspek perhatian dan dirinya begitu mudah beralih-alih perhatian.
Rangsangan yang beraneka macam itu mempengaruhi sensitivitas emosi anak. Sensitivitas emosi ini menimbulkan kegoncangan emosi dan meningkatkan aktivitas andrenalin anak, sehingga menghasilkan dorongan energi fisik yang luar biasa pada anak. Hal ini yang menyebabkan anak tidak bisa diam dan terangsang untuk selalu bergerak mengikuti objek perhatian yang berubah-ubah. Perhatian yang terpencar inilah yang mempengaruhi emosi anak untuk menjelajah ke segenap aspek perhatian anak tanpa mengenal rasa lelah.
Keracunan makanan.
Keracunan makanan ini dapat terjadi, terutama bagi anak penderita autis, sehingga salah makan tersebut dapat menyebabkan dirinya seperti tidak sadar dan tidak bisa diam (hiperaktif). Makanan yang mempunyai dampak buruk pada anak autis tersebut, yaitu makanan yang mengandung protein susu sapi (kasein) dan protein tepung terigu (gluten). Nah, kedua unsur ini tidak dapat dicerna sistem pencernaan mereka. Akibatnya terjadi proses akumulasi apioid atau substansi sejenis morfin yang dikenal sebagai dermophin di dalam tubuh. Akumulasi substansi ini menyebabkan anak menjadi seperti tidak sadar dan suka mengamuk atau hiperaktif.
Kemungkinan-kemungkinan terburuk, jika anak bandel, tidak bisa diam dan susah diatur ini dibiarkan begitu saja, antara lain:
Bagaimana cara mengatasi anak yang bandel dan tidak bisa diam?
Mensikapi anak yang bandel, tidak bisa diam dan susah diatur ini dengan sikap keras dan galak tidak akan membantu menyelesaikan akar permasalahan yang dihadapi anak. Melainkan, perlu melakukan pendekatan khusus.
Untuk mengatasi gangguan neurobiologis atau gangguan emosi ini dibutuhkan kesabaran dan upaya melakukan pemberian pelatihan pengembangan dan pengendalian emosi anak secara intensif. Pelatihan tersebut dimaksudkan untuk menarik minat dan perhatian anak, agar dirinya terbiasa dapat mengendalikan perhatiannya pada satu aspek pengalaman secara intensif dan mengendalikan atau pengarahan energi emosional anak yang berlebihan pada satu aspek pengalaman yang konstruktif. Begitu juga, pelatihan ini diharapkan untuk dapat meningkatkan kematangan emosi anak sebagai dasar pembentukan perilakunya dalam merefleksikan (merespon) rangsangan yang ada dihadapannya atau bagaimana dirinya mampu membina hubungan yang harmonis dengan lingkungan di mana ia berada.
Pelatihan-pelatihan yang dapat Anda berikan untuk mengatasi anak yang bandel, tidak bisa diam dan susah diatur ini, sebagai berikut:
  • Menggiring/menarik perhatian anak secara terarah. Anda dapat mengajak anak untuk selalu melakukan kegiatan atau bermain bersama yang disesuaikan dengan keinginan anak. Kegiatan atau permainan itu, tentunya sesuai dengan taraf usianya. Kegiatan yang Anda siapkan tersebut harus benar-benar kegiatan yang dapat menarik perhatian dan minat anak. Begitu juga, kegiatan yang dipilih tersebut adalah kegiatan yang bisa menyalurkan energi emosional anak yang selalu berlebihan itu.
  • Melatih respon terarah atau memberi tanggapan. Anak perlu dilatih bagaimana dirinya harus memberi respon atau tanggapan terhadap rangsangan yang diberikan padanya. Misalnya:
- Anak diminta untuk menangkap bola.
- Anak diminta meletakkan sesuatu pada tempatnya.
- Anak diminta menendang bola.
- Anak diminta untuk mewarnai sesuai dengan contoh.
      - Anak diminta untuk meneruskan atau melempat bola yang disodorkan padanya.
  • Anak dilatih belajar mengamati (mempertajam pengamatan). Untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mengendalikan emosi, membangun pemusatan perhatian dan meningkatkan kemampuan konsentrasi anak dalam kegiatan yang konstruktif, maka Anda dapat melatih anak belajar mengamati. Untuk itu, Anda perlu menciptakan kondisi yang merangsang anak untuk mau belajar mengamati. Untuk dapat menciptakan kondisi yang merangsang aktivitas pengamatan anak, maka Anda harus aktif ikut terlibat dalam kegiatan atau permainan bersama anak. Modal dasar aktivitas pengamatan adalah fungsi-fungsi alat panca indera, yaitu penglihatan, pendengaran, rabaan, pembauan (penciuman) dan pencecapan. Nah, Anda dapat mengarahkan alat dria anak tersebut untuk mengamati, mempertajam perhatian dan tindakan dengan menggiring anak untuk memfokuskan perhatian pada satu sisi kegiatan atau permainan. Begitu juga, Anda dapat merangsang daya pikir (konsentrasi anak) dengan selalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang daya tarik dan daya nalar anak, Seperti:
  • ­ Meminta anak untuk menendang bola ke gawang atau tertuju pada kiper
  • ­ Meminta anak membuat gerakan melompat-lompat di antara susunan ban-ban atau lingkaran
  • ­ Meminta anak melempar bola ke dalam keranjang
  • ­ Meminta anak menghitung benda tertentu dari sekolompok benda-benda yang berbeda
  • ­ Meminta anak mencicipi rasa beberapa makanan dan tanyakan rasa masing-masing makanan tersebut
  • ­ Bagaimana menyusun balok-balok ini, agar menjadi bentuk rumah, Aldi?
  • ­ Ada berapa burung di pohon itu,
  • ­ dan sebagainya. 
  • Melatih kecerdasan kinestetik jasmani anak. Anak yang bandel, tidak bisa diam dan susah diatur ini memiliki energi fisik yang luar biasa. Anak sangat aktif bergerak mengikuti impuls-impuls emosinya. Untuk dapat mengarahkan dan menyalurkan energi yang berlebihan tersebut, maka anak membutuhkan latihan dengan menitik beratkan pada penetralisiran atau penyaluran energi yang luar biasa tersebut pada kegiatan yang konstruktif, seperti melatih kecerdasan kinestetik jasmani anak. Kecerdasan kinestetik jasmani ini adalah gabungan kemampuan berpikir dan ketangkasan atau kepiawaian dalam melakukan suatu gerakan seluruh anggota tubuh. Untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik anak ini memerlukan kegiatan belajar yang bersifat kinestetik, dinamik dan berkesinambungan. Anda dapat memotivasi anak sesuai dengan minatnya, seperti bermain seni peran, improvisasi dramatis, gerakan kreatif dan semua jenis kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik (olah raga). Anda dapat mengajak anak ke lapangan bermain, lapangan rintangan, kolam renang dan ruang olah raga. Begitu juga, Anda dapat memberi kesempatan pada anak untuk membuat model berbagai mainan, terlibat dalam kegiatan seni kerajinan tangan, misalnya mengukir kayu, menggambar/melukis atau membentuk tanah liat. Anda pun dapat mengajak anak mengunjungi kegiatan atau pertandingan olah raga. Begitu juga tak kalah pentingnya, anak dapat diajak berkemah dan melibatkan diri dalam berbagai kegiatan di luar, seperti menjelajah alam. Kegiatan-kegiatan ini dapat menyalurkan aktivitas fisik anak dan relaksasi anak. Melatih kecerdasan kinestetik jasmani ini juga bermanfaat bagi anak untuk lebih mampu mengendalikan emosinya, membantu cara untuk mengarahkan dan memfokuskan perhatian serta meningkatkan kemampuan untuk berkonsentrasi dalam melakukan berbagai kegiatan.
Di samping itu, Anda perlu menyelusuri kemungkinan pengaruh keracunan makanan yang menyebabkan atau sebagai faktor pencetus perilaku hiperaktif pada anak ini. Jika dari hasil pengamatan Anda ditemukan adanya indikasi pengaruh dari makanan yang dimakan oleh anak terhadap pola-pola perilaku agresif (hiperaktif) tersebut, maka Anda perlu menghindarkan anak mengkonsumsi makanan yang menjadi faktor pencetus tersebut.
Demikianlah cara yang dapat dipergunakan untuk mengatasi anak yang bandel, tidak bisa diam dan susah diatur. Kunci keberhasilan Anda dalam menghadapi penyimpangan perilaku anak tersebut terletak pada kesabaran dan kesedian Anda membantu memberi pelatihan-pelatihan yang efektif pada anak. Keberhasilan anak dalam mengatasi berbagai hambatannya dalam mengontrol emosi dan membina perilaku yang baik adalah suatu kemenangan dan kebahagiaan Anda. (Sumber: Hendra Surya, 1. Rahasia Membuat Anak Cerdas dan Manusia Unggul, Elex Media Komputindo, 2010. 2. Kiat Mengatasi Penyimpangan Perilaku Anak 2, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2005)



Rabu, 04 Agustus 2010

FROGGY

(Sindo, 5 Agustus 2010, Prof. Rhenald Kasali Ph.D)
Kalau tak ada perubahan, akhir 2011, masyarakat Indonesia dapat menyaksikan sebuah floatingcastle yang berdiri megah di salah satu sudut Kota BSD,Tangerang. Kastil itu menakjubkan, indah seperti yang sering kita lihat di negeri impian. Sebuah impian yang terus mengikuti seorang anak hingga dia tumbuh menjadi dewasa, membantu orang tuanya dalam bisnis, sampai dia menjadi pengusaha dan melakukan pembaruan. Fernando Iskandar, 29 tahun, menamakan kastil indah itu sebagai Froggy. Di situ dia menanamkan impiannya yang berawal dari cerita-cerita yang dibaca dari buku-buku bergambar bacaan anak-anak.

Sebuah gambar kastil yang dia sukai digunting, ditempel di lemari pakaian,di pintu kamar, dan dibawanya hingga ke kamar mandi. Namun lebih dari sekadar impian, dia pun bertindak. Seluruh uang tabungannya dari usaha-usaha yang dia rintis sebelumnya, dia tanam di Froggy. Dia mendekati Kak Seto dan menemui saya. Dia mencari tanah yang cocok dan menemukan arsitek kelas satu yang bisa menerjemahkan isi kepalanya.

Menelusuri Bakat

Adalah Jimmy Iskandar, orang tua yang hari itu penuh bahagia.Senin, 2 Agustus 2010, dia baru saja mengerti apa yang dilakukan putranya. Sejak era 1970-an Jimmy dikenal sebagai orang yang sangat ulet membangun usaha fotografi. Berkat ketekunannya itu dia berhasil memperkenalkan foto di atas kanvas yang amat diminati tokoh-tokoh masyarakat. Setiap kali saya mendatangi studionya,saya selalu menemukan foto-foto keluarga terkenal yang memilih difoto oleh Jimmy dan fotografer-fotografer andalannya di Tarzan Foto Studio. Bahkan Tarzan Foto pula yang dipercaya Istana Negara untuk memotret kepala-kepala negara yang berkunjung ke Indonesia. Mereka harus memotret secara sempurna dalam batasan waktu yang sangat terbatas. Tentu saja Fernando
dibesarkan dalam lingkungan fotografi yang sangat kental. Bedanya dia kini hidup di dunia digital yang serba cepat dan kaya bakat. Saat krisis menimpa Indonesia, dia pun tersadarkan, dia mencari mentor ke sana kemari sampai dia bertemu dengan pengusaha perempuan yang progresif,Dewi Motik.
Dia pun nyantrik (berguru), mengikuti Ibu Dewi Motik ke mana-mana,melihat bagaimana keputusan bisnis diambil. Dia menemukan sebuah dunia baru.“Di rumah saya yang lama, saya begitu besar sehingga dunia saya tampak kecil. Di luar, saya melihat dunia itu begitu besar sehingga diri saya tampak begitu kecil,”ujarnya. Bak katak yang hidup keenakan di dalam tempurungnya dia pun keluar dari zona nyaman itu. Dia meronta. Dia pun berkenalan dengan dimensi-dimensi yang lebih luas. Dari Kak Seto, dia belajar hal baru lagi, yaitu soal talenta anak-anak Indonesia yang terkurung dalam ambisi orang lain. Dia pun menemukan faktafakta yang mengejutkan dari teman-teman di sekitarnya. Banyak orang tersesat di rimba belantara antara bakat, sekolah, dan pekerjaan. Bakatnya A, sekolahnya C, dan kerjanya E.Semuanya tidak saling berhubungan. Maka sia-sialah sekolah. Tak pernahkah Anda melihat seorang anak berbakat melukis bersusah payah kuliah menjadi akuntan,dan saat bekerja dia lebih senang menjadi orang kreatif di biro iklan, namun istrinya mendesak agar menekuni profesinya sebagai akuntan. Tak banyak orang yang menyadari bahwa untuk berhasil seseorang harus memilih apa yang terbaik dari hidupnya. Bukankah lebih baik menjadi pelukis yang luar biasa daripada menjadi dokter atau akuntan yang biasa-biasa saja? Apakah kita menyadari hal ini?

Di era materialisme seperti saat ini orang lebih berani mengikuti arus daripada keluar dengan kekuatan dirinya. Semua ingin cepat-cepat menghasilkan ketimbang melakukan investasi pada bakatnya.Di sisi lain,kita menemukan orang-orang sukses abad ini ternyata terdiri atas orang-orang yang berani menantang arus besar itu, hidup sebagai outlier yang keluar dari kotaknya. Kak Seto menyambung. ”Apa jadinya bila seorang Albert Einstein yang senang matematika, sedari kecil dipaksa orang tuanya mengikuti American Idol? Atau apa jadinya kalau Picasso yang suka melukis dianggap bodoh karena tak senang matematika? Demikian juga dengan Michael Angelo yang senang membuat patung namun dipaksa orang tuanya menjadi dokter?” Dari kajian-kajian yang ada mengenai talenta, sekarang jelaslah bahwa pendidikan yang menyamaratakan dapat mematikan telenta.

Seperti rumput yang dipangkas sama tingginya, anak-anak yang dilahirkan dengan talenta yang berbeda berteriak. Mereka hidup tertekan, tidak bisa berbicara lain selain ikut maunya orang-orang dewasa.Mereka hidup dalam pasungan dan terkungkung dalam kesulitan. Dapat dibayangkan hari tua anak-anak yang dibesarkan dalam kurungan bakat yang demikian adalah hari tua yang kering, melakukan apa yang tidak diinginkan. Hari-hari tidak bahagia, tanpa senyum,penuh keluhan.

Edutography

Lantas apa hubungannya antara kastil Froggy dengan bakat tadi? Inilah yang disambung Froggy dalam konsep ”edutography”, yang memadukan kombinasi education, entertainment, dan photography. Berbeda dengan Tarzan Photo yang memotret foto kenangan, Froggy justru memotret masa depan. Froggy menggali bakat anak-anak dengan pendekatan multidimensi sampai ditemukan apa yang sesungguhnya menjadi lentera jiwa mereka. Pekerjaan ini menjadi tanggung jawab Kak Seto. Lebih dari itu, bakat-bakat itu perlu digerakkan, saya sendiri termasuk orang yang sangat berhatihati dalam memandang bakat. Maklum saja generasi saya adalah generasi yang terkurung, sulit meletupkan energi-energi yang terpancar dari bakat yang merupakan pemberian Tuhan. Bagi orang segenerasi saya, bakat hanyalah sekadar potensi belaka.

Jadi apalah artinya mengenal bakat kita kalau potensi itu gagal “menemukan pintunya?” Tetapi bagi anak-anak saya, sejalan dengan kemajuan dalam temuan-temuan baru dan teknologi digital, saya pun mendukung eksplorasi yang tiada henti terhadap talenta-talenta hebat yang terpendam di hati paling dalam anakanak Indonesia.Lebih dari sekadar mengeksplorasi, anak-anak itu harus ditumbuhkan myelin-nya agar mereka tidak diam di tempat, melainkan terus bergerak mencari dan menemukan pintunya.

Mereka harus menyentuh, bahkan mendobrak pintu-pintu itu. Temuan-temuan terbaru di dunia digital, dibantu para pendidik terdepan,mestinya bisa membantu anak-anak itu mengembangkan mimpi-mimpinya. Pada Froggy saya menaruh harapan agar anakanak kita mampu menemukan potensi dan menggapai pintu masa depan dengan bahagia.

RHENALD KASALI
Ketua Program MM UI

http://www.seputar- indonesia. com/edisicetak/ content/view/ 342610/38/

Senin, 19 Oktober 2009

Rahasia Sang Maestro Cilik


Al kisah Hendi Bakti (11 tahun) seorang anak yatim dan miskin. Hendi ini sejak kecil menderita gagap. Karena gagapnya itu ia selalu jadi bahan olok-olokan temannya di sekolah maupun teman satu lingkungannya yang dikomando oleh Hartono dan Tommy (11 tahun). Pendek kata, tidak ada seorang pun yang mau bersahabat dengan dirinya. Kemana pun ia pergi selalu mendapat cecaran hinaan. Dia selalu dikucilkan dan dijauhi.

Ibunyapun (37 tahun) yang sudah terlalu letih mencari sesuap nasi tak luput dari cecaran hinaan karena Hendi itu, hingga ibunya menangis batin melihat anak sulungnya itu selalu mendapat hinaan, bahkan pukulan. Akhirnya ia melarang Hendi pergi bermain-main sepulang sekolah.

Untuk melepas kerinduan bermain, Hendi membuat rumah pohon di atas pohon jambu monyet di belakang rumahnya. Di dalam pertapaan rumah pohonnya itu, petuah Ibu Guru Erika (35 tahun) semakin matang dengan timbulnya ide untuk mengisi waktu luangnya dengan membuat lukisan tempurung kelapa. Ternyata idenya itu didukung oleh Kakek Hendi (60 tahun).

Lukisan tempurung kelapa yang dibuat Hendi itu ternyata mampu menyihir dan menarik minat Ibu Sulastri (40 tahun), seorang Pembina Dewan Kerajinan Nasional. Beliau menganjurkan pada Hendi untuk mengembangkan dan memproduksi lukisan itu untuk dipasarkan di Manca Negara. Beliau pun jadi managernya Hendi.

Kemahiran Hendi itu membawa cahaya yang mampu menarik perhatian banyak pihak dan Walikota (50 tahun) dan membuat para musuhnya bertekuk lutut. Hendi pun menakhlukkan kebencian dan sikap permusuhan dengan ilmu cinta kasih. Hendi yang dibenci dan dikucilkan itu mendadak berubah dikagumi dan diidolakan. Kedekatannya dengan Wanty Ati (11 tahun) memberi jalan bagi Hendi untuk mencari cara mengatasi gagapnya.

Bukan itu saja, Hendi sang maestro cilik ini mampu memberdayakan anak-anak putus sekolah dan pengangguran di kelurahannya. Hendi pun dengan lukisannya mampu memberikan hasil tambahan bagi banyak keluarga.

Perilaku inovatif dan kreatif Hendi mengantarkan dirinya memperoleh predikat siswa mandiri dan swakarya. Hendi pun mampu mengantarkan kelurahannya memperoleh penghargaan Kelurahan Teladan. Dirinyapun mendapat mustika prestasinya dengan penghargaan Upakarti. Ternyata, cacat atau kekurangannya bukan akhir dari segala-galanya…