Kamis, 19 Februari 2009

Gemar Bertanya

Kita kadangkala kewalahan dan pusing mendapat berondongan pertanyaan si kecil yang gemar bertanya. Adakalanya, pertanyaan yang diajukan cukup sederhana, namun sulit untuk menjawabnya. Misalnya, “Darimana adik lahir, Ma…?” Kita sampai tidak tahu, bagaimana cara menjawab pertanyaan yang diajukan anak tersebut. Kita sulit menentukan kata yang cocok untuk menjawab pertanyaan anak itu. Kita merasa tabu untuk mengatakan jawaban yang sebenarnya pada anak seusia balita (2-5 tahun). Kita sulit melukiskan alat produksi atau alat vital perempuan pada anak. Sedangkan anak membutuhkan jawaban yang memuaskan dirinya. Kalau kita menjawab sekenanya, takut dapat menyesatkan anak dan jawaban itu menjadi masalah di kemudian hari. Sampai-sampai kita tidak dapat menemukan kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan anak. Pendek kata, kita sering dihinggapi kebuntuan kata setiap menghadapi teror pertanyaan anak. Kita pun menjadi tidak sampai hati melihat anak menjadi muram dan cemberut karena tidak mendapat jawaban yang memuaskan rasa ingin tahunya.

Di lain hal, kita kadangkala tidak siap untuk menerima berondongan pertanyaan si kecil. Misalnya, di saat kita lelah sehabis bekerja, sedang sibuk mengerjakan sesuatu, sedang menerima tamu dan sedang ada masalah. Karena ketidaksiapan kita tersebut dan tidak ingin direpotkan oleh anak, acapkali kita berlaku kasar pada anak. Pertanyaan anak, malah kita tanggapi dengan bentakan atau tidak dipedulikan, sehingga anak terdiam atau menangis. Anak pun menjadi kecewa berat.

Adakalanya kita tidak sabar mendengar berbagai pertanyaan anak dan malas untuk menjawab, sehingga kita terangsang untuk mematahkan atau mengalihkan pertanyaan anak. Pertanyaan anak itu sangat merepotkan dan memusingkan kepala, karena dianggap sudah sangat mengganggu orang tua.

Namun apa yang telah kita lakukan terhadap anak yang gemar bertanya, apalagi pertanyaan berantai tak putus-putus tersebut dengan sikap kasar, mematahkan, tak peduli atau mengalihkan pertanyaan anak, maka kita sesungguhnya telah mematikan dan menghambat pertumbuhan dan perkembangan tunas-tunas intelektual anak. Padahal, kegemaran anak bertanya menunjukkan anak yang kreatif. Kreativitas berpikir sangat dibutuhkan dalam pengembangan dorongan berprestasi pada anak.

Nah, sebelum terlambat, maka kita perlu mencari cara menghadapi anak yang gemar bertanya, agar dapat kita arahkan dengan benar dan bermanfaat dalam proses belajar anak. Untuk itu, kita perlu lebih dalam mengetahui mengapa anak suka bertanya dan bagaimana cara yang tepat menghadapi pertanyaan anak, agar bermanfaat bagi anak.

Mengapa anak gemar bertanya?

Pertanyaan anak kecil mungkin kita anggap sebagai hal yang sangat merepotkan karena kita kesulitan untuk mencari jawaban yang tepat dan praktis serta dapat dipahami (dimengerti) oleh daya nalar anak. Namun kita yang merasa terganggu dengan pertanyaan-pertanyaan anak, sebaiknya kita mau melihat lebih jauh ke depan. Pertanyaan anak ini, jika dikelola, diarahkan dengan benar akan sangat bermanfaat dalam proses belajar anak.

Timbulnya pertanyaan-pertanyaan anak memberi petunjuk atau pertanda pertumbuhan fungsi nalar anak berkembang sangat baik. Potensi kecerdasan anak pun kelihatan cukup menonjol. Di mana kepekaan anak terhadap rangsangan sangat tinggi, sehingga anak selalu tertantang mengeksplorasi “rasa ingin tahu”-nya. Anak selalu mencari informasi pengetahuan, pengertian dari apa saja yang menarik perhatiannya dengan “metoda bertanya”.

Tumbuh-kembangnya metoda bertanya anak ini, sangat tergantung pada sejauh mana kepuasan yang diperoleh anak atas jawaban pertanyaan yang diajukannya. Semakin terbuka nara sumber memberi pencerahan atas rasa ingin tahu anak, maka anak semakin terangsang mengeksplorasi rasa ingin tahunya. Semakin berlanjut metoda bertanya anak, maka semakin berkembang fungsi-fungsi nalar anak dan semakin cerdas kemampuan berlogika anak.

Bagaimana cara menghadapi anak gemar bertanya?

Berbahagialah kita, jika mempunyai anak yang gemar bertanya. Anak yang gemar bertanya berarti anak menunjukkan kecerdasan yang menonjol dan semangat untuk maju. Anak termotivasi untuk mencari informasi pengetahuan sebanyak-banyaknya. Metoda bertanya yang selalu dipergunakan anak dapat merangsang tumbuhnya imajinasi dan kreativitas berpikir anak, jika mendapat dukungan dan pengarahan yang baik.

Untuk mendukung rasa ingin tahu anak yang sedemikian besar ini, maka langkah-langkah yang dapat kita lakukan, antara lain:

Pertama, Jangan mematikan semangat bertanya anak.

Kita mungkin tidak menyadari hal ini, namun jika kita sering melarang anak bertanya dan malas menjawab pertanyaan yang diajukan anak, sebenarnya kita telang menghambat berkembangnya kemampuan fungsi nalar dan kemampuan berlogika anak serta mematikan imajinasi dan kreativitas berpikir anak.

Kedua, Biarkan anak bertanya.

Jika anak bertanya, maka kita harus bersedia meluangkan waktu dan memberi dukungan emosional pada anak (seperti memeluk, memegang bahu anak, menatap langsung mata anak dan memberi senyuman manis untuk menyatakan rasa senang atas pertanyaan anak) serta memberi penguatan/pujian atas pertanyaan anak. Kemudian usahakan untuk memberikan jawaban yang benar, ringkas dan mudah dipahami anak. Jika tidak dapat dijawab langsung, gunakan perumpamaan atau ilustrasi untuk memudahkan.

Ketiga, Beri kebebasan bertanya pada anak.

Untuk mengembangkan kreativitas berpikir anak, maka kita harus memberi kebebasan anak untuk bertanya apa saja yang menarik perhatian dan minatnya. Kita pun harus siap meluangkan waktu dan melayani keingin tahuan anak.

Keempat, Mengembangkan rasa ingin tahu anak.

Untuk mengarahkan dan mengembangkan rasa ingin tahu anak, maka sering-seringlah mengajak anak untuk mengamati langsung berbagai hal. Kita bisa mengajak anak ke tempat-tempat yang merangsang rasa ingin tahu anak. Misalnya, ke kebun binatang, Planetarium, Sea World, pantai, gunung dan sebagainya.

Kelima, Ajak anak untuk mendengarkan cerita yang menarik perhatian dan minat anak.

Untuk merangsang rasa ingin tahu, imajinasi dan kreativitas berpikir anak, kita dapat mengajak anak menonton cerita (film/TV) bersama atau kita dapat bercerita secara interaktif dengan anak. Kita dapat melibatkan anak secara emosional dalam mengamati isi cerita. Kita dapat merangsang anak berpikir dengan cara memberi komentar atau bertanya.

Keenam, Sediakan fasilitas bermain anak yang merangsang imajinasinya.

Untuk mengembangkan rasa ingin tahu anak dan kreativitas anak, maka kita dapat menyediakan mainan yang merangsang daya imajinasi anak. Seperti mainan building block (balok susun), Puzzle, mewarnai gambar dan lain-lain. Namun sebaiknya jangan mainan yang sudah jadi.

Demikianlah langkah-langkah yang dapat kita kembangkan untuk menghadapi dan mengarahkan anak yang gemar bertanya. Jangan merasa terbebani untuk melayani anak. Namun ingatlah, bahwa hasilnya sebanding dengan pengorbanan yang kita lakukan. Anak akan tumbuh dan berkembang menjadi anak yang cerdas. Kemampuan berlogika anak pun akan terus berkembang dan sangat bermanfaat untuk kehidupan anak setelah dewasa nanti. Mana tahu anak menjadi seorang pemikir dan penemu yang dapat mengukir sejarah peradaban manusia di kehidupan mendatang.

Guru Menyebalkan


Tidak sedikit di antara pelajar bermasalah dengan guru. Entah itu karena penampilan guru, cara mengajar, sikap guru maupun tindakan guru yang pernah menyinggung perasaan pelajar. Akibatnya pelajar menjadi antipati terhadap kehadiran guru di depan kelas. Alhasil, minat dan semangat belajar untuk mengikuti pelajaran menjadi drop atau hilang. Rasa tidak suka terhadap guru menyebabkan pelajar pun membenci pelajaran yang diberikan guru. Secara ekstrem, ada kecenderungan pelajar untuk menghindari atau tidak ingin mengikuti pelajaran yang diberikan guru tersebut.

Mencari kompensasi untuk mengalihkan rasa tak senang dengan membolos, membuat kegaduhan, menentang guru, mengobrol, mencoret-coret buku, dan mengabaikan penjelasan guru di dalam kelas ternyata tidak bijaksana dan bukan jalan keluar yang baik. Secara jujur yang merugi tentu pelajar sendiri. Pelajar menjadi ketinggalan pelajaran atau gagal menguasai mata pelajaran yang diasuh guru yang tidak pelajar senangi itu.

Lebih bijaksana, jika pelajar mampu mengubah rasa tak senang dan benci pada guru itu menjadi sumber kekuatan bagi pelajar untuk belajar. Untuk itu, yang harus pelajar lakukan adalah:

µ Pelajar harus melenyapkan rasa benci pada guru dari dasar lubuk hati.

Walau sangat sulit, namun tidak ada jalan lain, pelajar “harus” melakukan, kalau mau berhasil dalam belajar. Pelajar harus mengembangkan pikiran positif. Guru adalah manusia biasa yang tak luput dari kekurangan, sehingga dia juga dapat mengalami kesulitan dalam mempersiapkan diri karena beberapa faktor yang menghimpitnya. Untuk itu, tugas pelajar yang menjembatani jalan pikiran pelajar dengan maksud baik guru tersebut. Kata memaafkan akan membuka jalan pikiran ke arah kemajuan dan keterbukaan. Semua masalah akan terselesaikan, jika pelajar mau memaafkan dan terbuka. Ingat memupuk rasa kebencian, tentunya bukan perbuatan orang-orang yang bernalar dan hanya merugikan diri sendiri saja.

µ Pelajar harus merubah cara pandang terhadap hukuman guru.

Jika dihukum guru, maka pelajar harus melihat hukuman yang diberikan pada pelajar secara positif. Hukuman tersebut diberikan dalam upaya (proses) penyadaran dan tantangan bagi pelajar untuk lebih giat belajar. Dalam belajar pelajar harus mengenyampingkan rasa malu, amarah, dan rasa sakit hati untuk memperoleh hasil belajar sebagaimana pelajar kehendaki. Hukuman merupakan cambuk dan tantangan untuk mengembangkan cara ingin tahu dan bagaimana cara menguasai bahan pelajaran. Bagaimana pun sulitnya suatu pelajaran, pelajar harus mampu mencari cara penyelesaian yang baik dengan mengembangkan cara-cara belajar yang baik dan efektif.

Jika pelajar mendapat hukuman, padahal pelajar merasa tak bersalah, maka berusahalah berjiwa besar untuk tidak membenci guru. Pelajar harus mampu mengenyampingkan apa yang diperbuat guru dengan menunjukkan kualitas diri untuk meraih simpati dan kesadaran guru untuk mengoreksi penilaiannya yang salah.

µ Pelajar harus mengubah pola belajar.

Kalau pelajar selama ini belajar bersifat pasif, serba menerima dan menunggu begitu saja apa yang diberikan guru, maka harus pelajar ubah menjadi pola belajar aktif. Pelajar harus berani mengungkapkan ketidaktahuan pada guru dengan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan bahan yang diajarkannya. Biasakan dengan pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana”, tergantung apa yang hendak pelajar tanyakan. Pola belajar aktif akan membangun kedekatan pelajar dengan guru dan membuat guru merasa senang dan lebih mengoptimalkan pemberian ilmu yang dikuasainya. Suasana belajarpun tentunya berubah yang tadinya terasa “membosankan” menjadi lebih bergairah dan merangsang motivasi belajar. Hal penting yang harus pelajar ingat adalah buanglah jauh-jauh rasa “sungkan” dan “malu” untuk mengeluarkan pendapat atau pertanyaan dalam mengembangkan rasa ingin tahu pelajar itu.

µ Ketika pelajar hendak belajar di sekolah tidak dengan pikiran kosong.

Sudah suatu keharusan sebelum pelajaran yang hendak dipelajari di sekolah, terlebih dahulu dipelajari di rumah. Bagian yang belum dipahami di rumah dapat pelajar tanyakan secara langsung pada guru saat pelajaran berlangsung. Begitu juga, pemahaman yang berbeda yang pelajar peroleh di rumah dan apa yang diterangkan guru dapat pelajar tanyakan dimana letak kekeliruannya. Sehingga peran aktif pelajar dalam belajar akan menciptakan pola interaksi yang aktif antara pelajar dengan guru dan teman. Gurupun akan lebih banyak memberikan perhatian dan ilmu pengetahuannya.

µ Pelajar harus memiliki teknik belajar yang baik.

Dengan memiliki teknik belajar yang baik akan membantu pelajar mengoperasikan cara bernalar, berbuat dan bagaimana mengaktifkan simpul-simpul rasa ingin tahu pelajar. Biasakan diri belajar taktis, metodis dan imajinatif. Belajar taktis berarti berusaha mengarahkan proses berpikir, bertindak cepat dan efektif secara terarah langsung menuju objek yang dipelajari. Untuk melatih pengetahuan taktis ini dengan membiasakan diri mengamati segala sesuatu secara detail. Metodis berarti menyusun prosedur proses penalaran (tindakan) efektif dalam memproses pokok masalah sehingga dapat mengurai, menyusun, menimbang atau memecahkan pokok masalah. Imajinatif berarti cara berpikir kreatif dalam menelaah masalah. Untuk memudahkan berpikir kreatif dalam mengobservasi adalah dengan cara membayangkan gambaran bentuk objek masalah dan pikirkan unsur-unsur penting yang membentuk gambaran atau sesuatu yang dapat mempengaruhi gambaran tersebut melalui proses analisis, sintesis dan evaluasis. Pendek kata, pelajar akan dipandu untuk menyusun kerangka berpikir step by step (tahap demi tahap) untuk memecahkan masalah (pelajaran).

µ Pelajar harus mampu menunjukkan nilai plus diri pelajar.

Menjadi orang yang tidak diperhitungkan dan diremehkan adalah suatu yang sangat menyesakkan dada. Oleh karena itu, pelajar harus menggali kelebihan diri pelajar dan mengasahnya. Ingat setiap manusia itu punya potensi dan kelebihan masing-masing, hanya orang yang bijak yang menyadari potensi dirinya itu. Perilaku aktif pelajar pun perlu mendapat perhitungan, jangan anggap remeh diri pelajar sendiri. Semua orang punya kesempatan dan peluang yang sama, hanya tergantung siapa yang jeli memanfaatkan moment dengan aktivitas konstruktif dan kreatif.

µ Pelajar harus membiasakan diri dengan berpikir kritis.

Berpikir kritis di sini bukan membiasakan diri untuk melakukan perdebatan, namun untuk menggali suatu pemahaman yang utuh. Berpikir kritis diartikan aktif mempertanyakan segala hal yang berhubungan dengan yang dipelajari. Pertanyaan yang dikembangkan itu untuk mengetahui manfaat, proses terbentuknya, hubungannya dengan lain hal, cara mengerjakan (mengaplikasikan) dan lain-lain. Semakin aktif pelajar bertanya, semakin banyak tahu pelajar dan guru pun bersemangat untuk menjelaskan materi pelajaran secara menyeluruh. Antusias yang pelajar tunjukkan untuk mengetahui secara mendalam dari materi pelajaran, sehingga akan membuat guru pun menjadi senang hati. Senang hati dikarenakan kehadirannya di depan kelas benar-benar merasa dibutuhkan. Orang yang merasa senang hati, tentu tidak akan segan memberikan segala sesuatu yang diketahuinya. Guru pun akan menunjukkan kredibilitasnya, bahwa dirinya benar-benar menguasai materi pelajaran tersebut (paling tidak merangsang guru untuk memperdalam pengetahuannya), sehingga pelajar akan merasa puas mendapat pemahaman pelajaran sampai tuntas.

Cara Konsentrasi Belajar


Siapa yang tidak ingin menjadi anak pintar, anak yang selalu disanjung, diidolakan karena prestasi yang menonjol? Menjadi anak pecundang atau tidak menonjol tentu paling tidak mengenakkan dan kadangkala tidak dianggap orang (kata orang sini dikacangi). Padahal, setiap anak mempunyai kesempatan dan peluang yang sama baik untuk menjadi anak yang berprestasi. Janganlah kita mengacu, menjadi anak yang berprestasi harus memiliki IQ (Intellegence Quetient) tinggi. Itu sudah basi!!!

Menurut Thomas Alva Edison, peranan IQ itu hanya 1% saja menunjang keberhasilan seseorang, namun yang 99% adalah kemauan dan kerja keras.

Jika harapan tersebut dapat diwujudkan, tentu akan membuat hati merasa senang sekali. Begitu juga, orang tua, adik, abang, kakak dan sebagainya tentu merasa bangga. Prestasi dan kemampuan yang kita miliki dapat dijadikan symbol, kebanggaan dan kebahagiaan keluarga. Kelebihan yang kita miliki menjadi bahan cerita dan bahan untuk membanggakan keluarga yang tak habis-habisnya.

Tentu kita berharap dapat melakukan belajar dengan perasaan gembira. Kalau guru menerangkan pelajaran, maka kitapun “langsung nyambung” dan mudah memahami apa yang dijabarkan. Kitapun betah berlama-lama memusatkan perhatian pada pelajaran. Persoalannya, bagaimana mewujudkan harapan-harapan tersebut menjadi suatu kenyataan?

Padahal, saat kita mengikuti pelajaran di sekolah tidak jarang dihinggapi oleh perasaan jemu, bosan dan malas. Bahkan rasa mengantukpun sering menjangkiti kita, saat dengar penjelasan guru di depan kelas. Hal lain, kita sering mengalami kesulitan untuk memfokuskan perhatian dan konsentrasi belajar. Kesulitan memfokuskan perhatian dan konsentrasi belajar di sekolah membuat kita tak mampu mencerna apa yang dijabarkan guru. Begitu juga, saat belajar sendiri membuat kita menjadi malas dan mengantuk.

Komponen Penggerak Belajar

Ada tiga komponen yang harus kita miliki, agar kita dapat melakukan kegiatan (proses) belajar, yaitu: Minat, Perhatian dan Motivasi.

Minat dapat diartikan sebagai keinginan yang kuat untuk memenuhi kepuasan kita, baik berupa keinginan memiliki atau melakukan sesuatu. Besarnya minat atau keberartian minat ini dapat dipandang dari 2 sisi, yaitu:

a. Minat sebagai sebab, yaitu tenaga pendorong yang merangsang kita memperhatikan objek tertentu lebih dari objek-objek lainnya.

b. Minat sebagai akibat, yaitu berupa pengalaman perasaan yang menyenangkan yang timbul sebagai akibat dari kehadiran seseorang, atau objek tertentu, atau sebagai hasil daripada partisipasi kita di dalam suatu bentuk kegiatan.

Mengingat pada kegiatan yang didorong oleh minat tentu mengandung unsur kegembiraan untuk melakukannya. Belajar pun dapat berlangsung dengan baik, jika didorong oleh minat yang kuat. Sebaliknya, aktivitas tanpa minat yang kuat akan menimbulkan suatu penolakan atau pertentangan dari dalam batin kita untuk segera mengabaikan aktivitas tersebut. Jika dipaksakan juga, akan memberi suatu kondisi yang tidak mengenakkan hati, sehingga menimbulkan rasa malas, bosan dan mengantuk. Akhirnya mudah terpengaruh untuk beralih ke aktivitas lain yang lebih menarik perhatian.

Perhatian adalah proses pemusatan pengerahan aktivitas tenaga psikis (pikiran) dan fisik terutama indera dan gerakan tubuh pada fokus tertentu. Pengerahan aktivitas pikiran dan fisik tersebut sangat dipengaruhi oleh kadar kesadaran yang turut serta pada aktivitas tersebut. Dengan kata lain, intensitas perhatian kita itu sangat didorong oleh kadar kesadaran yang turut pada aktivitas pengamatan kita tersebut, seperti adanya minat dan motivasi. Semakin tinggi intensitas perhatian kita pada suatu kegiatan akan semakin sukses kegiatan yang kita lakukan tersebut. Sebaliknya, jika perhatian kita lemah atau terpecah, maka menimbulkan aktivitas yang berkualitas rendah dan menimbulkan ketidakseriusan. Ketidakseriusan merupakan awal terbentuknya rasa malas dan bosan.

Motivasi adalah dorongan atau usaha untuk mewujudkan perbuatan dalam bentuk aktivitas mencapai kebutuhan atau tujuan tertentu. Untuk menggerakkan motivasi dari dalam diri kita, maka harus ada cukup alasan/motif tertentu yang merangsang perbuatan itu. Jadi alasan/motif yang kuatlah yang dapat memotivasi kita giat belajar. Sebaliknya, aktivitas yang tidak didasari motivasi yang kuat, maka akan menimbulkan ketidakseriusan dan perhatian tidak optimal, sehingga menimbulkan dorongan untuk mengalihkan aktivitas tersebut ke aktivitas yang lain.

Ketiga komponen minat, perhatian dan motivasi ini merupakan faktor-faktor yang ada pada setiap orang untuk melakukan aktivitas tertentu. Juga ketiga komponen ini saling mempengaruhi, sehingga bermutu atau tidaknya aktivitas kita itu sangat tergantung pada ketiga komponen yang mendasari aktivitas tersebut, termasuk aktivitas belajar. Dalam aktivitas belajar, jika ketiga komponen minat, perhatian dan motivasi tidak optimal, maka kita pun akan mengalami kesulitan melakukan konsentrasi belajar.

Konsentrasi Belajar

Berdasarkan penelaahan para ahli pendidikan, penyebab rendahnya kualitas dan prestasi belajar, sebahagian besar disebabkan oleh lemahnya kemampuan melakukan konsentrasi belajar. Padahal, bermutu atau tidaknya suatu kegiatan belajar atau optimalnya hasil belajar sangat tergantung pada intensitas kemampuan kita untuk melakukan konsentrasi belajar.

Ketidakberdayaan melakukan konsentrasi belajar ini, merupakan problematik aktual di kalangan pelajar. Kita sering kali mengalami pikiran bercabang (duplikasi pikiran), saat melakukan kegiatan belajar. Pikiran bercabang bisa muncul tanpa kita sadari. Tentunya kita pun merasa terganggu sekali saat tak mampu berkonsentrasi dalam belajar. Saat belajar, kadangkala tanpa kita undang muncul kepermukaan alam pikiran mengenai masalah-masalah lama, keinginan-keinginan lain atau yang terhambat menjadi pengganggu aktivitas belajar kita. Alhasil, kitapun beralih dan larut ke alam pikiran yang melintas tersebut.

Di sini perlu kita sadari, bahwa konsentrasi belajar itu tidak datang dengan sendirinya atau bukan dikarenakan pembawaan bakat seseorang yang dibawa sejak lahir. Melainkan konsentrasi belajar itu harus diciptakan dan direncanakan serta dijadikan kebiasaan belajar. Setiap orang pada dasarnya punya potensi dan kemampuan yang sama untuk dapat melakukan konsentrasi belajar.

Konsentrasi belajar itu maksudnya adalah pemusatan daya pikiran dan perbuatan pada suatu objek yang dipelajari dengan menghalau atau menyisihkan segala hal yang tidak ada hubungannya dengan objek yang dipelajari.

Suatu proses pemusatan daya pikiran dan perbuatan tersebut maksudnya adalah aktivitas berpikir dan tindakan untuk memberi tanggapan-tanggapan yang lebih intensif terhadap fokus atau objek tertentu. Fokus atau objek tertentu itu, tentunya telah melalui tahapan penyeleksian kualitas yang direncanakan. Prosedur tahapan penyeleksian akan kualitas objek yang direncanakan tak lain adalah pengembangan minat, motivasi dan perhatian pada objek belajar.

Penyebab-penyebab timbulnya kesulitan konsentrasi belajar, antara lain:

Ø Lemahnya minat dan motivasi pada pelajaran.

Ø Perasaan gelisah, tertekan, marah. Kuatir, takut, benci dan dendam.

Ø Suasana lingkungan belajar yang berisik dan berantakan.

Ø Kondisi kesehatan jasmani.

Ø Bersifat pasif dalam belajar.

Ø Tidak memiliki kecakapan dalam cara-cara belajar yang baik.

Untuk mengembangkan kemampuan konsentrasi belajar dibutuhkan, antara lain:

µ Kesiapan belajar (ready learning). Sebelum melakukan aktivitas belajar kita harus benar-benar dalam kondisi fresh (segar) untuk belajar. Untuk siap melakukan aktivitas belajar ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu kondisi fisik dan psikis. Kondisi fisik harus bebas dari gangguan penyakit, kurang gizi dan rasa lapar. Kondisi psikis harus steril dari gangguan konflik kejiwaan atau ketegangan emosional, seperti cemas, kecewa, patah hati, iri dan dendam. Masalah-masalah konflik kejiwaan ini harus diselesaikan terlebih dahulu. Pikiran harus benar-benar jernih, jika hendak melakukan kegiatan belajar.

µ Menanamkan minat dan motivasi belajar dengan cara mengembangkanImajinasi Berpikir”.

Untuk membangkitkan minat dan motivasi belajar, maka perlu kita ketahui:

1. Apa yang dipelajari,

2. Untuk apa mempelajari materi pelajaran yang hendak dipelajari,

3. Apa hubungan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari (manfaat mempelajari dan apa yang dapat kita lakukan dengan pengetahuan tersebut),

4. Bagaimana cara mempelajarinya.

Dengan mengetahui keempat hal tersebut di atas, kita akan belajar secara terarah atau lebih terfokus pada materi pelajaran. Kemudian untuk membangkitkan faktor intelektual-emosional belajar kita, maka perlu mengembangkan dan membiasakan “berimajinasi dalam berpikir”. Maksudnya, kita membiasakan untuk menjelajah dengan berusaha membayangkan gambaran bentuk yang dipelajari. Kemudian pikirkan unsur-unsur penting yang membentuk gambaran tersebut. Dengan demikian kita akan digiring pada pola belajar aktif dan kreatif.

µ Cara belajar yang baik. Untuk memudahkan konsentrasi belajar dibutuhkan panduan untuk pengaktifan cara berpikir, penyeleksian fokus masalah dan pengarahan rasa ingin tahu. Juga, harus memuat tujuan yang hendak dicapai dan cara-cara menghidupkan dan mengembangkan rasa ingin tahu kita, hingga tuntas terhadap apa yang hendak dipelajari. Dengan kata lain, berusaha menyusun kerangka berpikir dan bertindak step by step dalam memecahkan masalah.

µ Lingkungan belajar harus kondusif. Belajar membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk memperoleh hasil belajar secara optimal. Harus diupayakan tempat dan ruangan yang apik, teratur dan bersih. Suasanapun harus nyaman untuk belajar.

µ Belajar aktif. Jika kita sulit berkonsentrasi belajar di sekolah atau sulit mengerti apa yang dijelaskan guru dan sebagainya, maka kita harus dapat mengembangkan pola belajar aktif. Kita harus aktif belajar dan berani mengungkapkan ketidaktahuan pada guru atau teman. Buang rasa sungkan, rasa malu dan rasa takut pada guru. Guru tidak akan memberi hukuman pada kita yang proaktif dalam belajar. Jika kita proaktif dalam belajar, maka kita akan mendapat perhatian khusus guru. Kita yang belajar yang proaktif akan menghalau timbulnya proses pengembaraan pikiran (duplikasi pikiran). Kita akan tetap fokus pada pelajaran. Intensitas konsentrasi belajar pun akan menjadi semakin optimal.

µ Perlu disediakan waktu untuk menyegarkan pikiran (resfreshing) saat menghadapi kejemuan belajar. Saat kita belajar sendiri di rumah dan menghadapi kesulitan (jalan buntu) mempelajari materi pelajaran, kadangkala menimbulkan rasa jemu dan bosan untuk berpikir. Jika hal ini terjadi, maka jangan paksakan diri kita untuk terus melanjutkan belajar. Jika dipaksakan akan menimbulkan kepenatan dan kelelahan, sehingga akan menimbulkan antipati untuk belajar. Jalan keluarnya kita harus menyediakan waktu 5-10 menit untuk beristirahat sejenak dengan mengalihkan perhatian pada hal lain yang bersifat menyenangkan dan menyegarkan. Jika kepenatan dan kelelahan daya pikir atau daya kerja otak kita hilang dan pikiran kembali fresh, maka kita dapat kembali melanjutkan pelajaran yang tertunda tersebut.

Membangun Percaya Diri


Orang tua mana yang tidak ingin anaknya, seperti bocah ajaib pengukir sejarah dunia Thomas Alva Edison, Albert Einstein, Marie Curie dan lain-lain. Atau seperti Taufik Hidayat (pemain bulu tangkis) dan pintarnya kayak BJ Habibie. Paling-tidak, anak punya semangat dan keberanian untuk mencontoh perilaku tokoh-tokoh tersebut meraih prestasi dalam hidupnya maupun mengaktualisasikan segenap kemampuan anak.

Namun kini yang jadi persoalan, bagaimana mewujudkan harapan tersebut menjadi suatu kenyataan? Jika kita perhatikan anak bermasalah dengan percaya dirinya. Anak selalu mengeluh dan mudah menyerah. Jika diminta untuk melakukan sesuatu, anak takut secara berlebihan dan merasa tak yakin dapat melakukannya. Apalagi keberanian anak, payah. Anak tak punya keberanian berkomunikasi dengan orang lain. Tidak itu saja, kita pun sering direpotkan banyak hal, karena anak tidak punya keberanian untuk melakukan/memenuhi sendiri setiap keinginan maupun kebutuhannya.

Tentunya tidak dapat dipungkiri anak yang tidak memiliki percaya diri, maka akan menghambat perkembangan prestasi intelektual, ketrampilan maupun kemandirian anak. Anak jadi tidak cakap dalam segala hal. Anak tidak punya keberanian untuk mengaktualisasikan segenap kemampuan yang dimilikinya. Kita tentu tidak menginginkan, jika anak menjadi serba tergantung pada orang lain, terutama dari orang tuanya. Kalau anak serba tergantung, bagaimana nantinya setelah dewasa?

Kalau kita ingin membentuk atau meningkatkan rasa Percaya Diri anak, maka kita harus mengetahui terlebih dahulu unsur pembentuk Percaya Diri itu, agar memudahkan kita menentukan cara yang tepat dan efektif. Perlu kita pahami PD ini tak lain, bagian karakteristik kepribadian seseorang. Sedang proses pembentukannya atau peningkatan PD ini sangat dipengaruhi oleh faktor psikis maupun keterampilan teknis yang dimiliki seseorang.

KONSEP DIRI.

Faktor psikis pembentuk PD sebagai karakteristik kepribadian sangat terkait erat dengan konsep diri seseorang. Konsep diri ini merupakan bagian inti atau penting perkembangan kepribadian seseorang karena sebagai penentu bagaimana seseorang bersikap, berpikir, bertindak dan bertingkah laku. Melalui konsep diri inilah bagaimana seseorang memandang dirinya atau bercermin untuk melakukan penilaian atau mengukur kekuatan, kesanggupan, keberanian, keberartian segenap apa yang dimilikinya. Dengan demikian, pembentukan PD ini sangat tergantung dan dipengaruhi oleh konsep diri yang dimiliki seseorang. Dengan kata lain, semakin mantap konsep diri, maka pembentukan rasa PD pun semakin positif.

Unsur membentuk konsep diri ini meliputi perpaduan lima unsur, antara lain:

1. Self control. Self control ini mengatur power atau kekuatan dorongan dan keinginan dalam diri yang menentukan kesanggupan, keyakinan, keberanian, perasaan dan emosi dalam diri. Self control dalam diri ini yang memberi pengaruh gambaran konsep diri positif atau negatif. Jika kita ingin self control anak mantap maka kita harus mampu menanamkan pentingnya cara berpikir aktif, berpikir positif, memberi aspirasi maupun ambisi yang terarah pada anak.

2. Suasana hati yang sedang dihayati. Suasana hati yang sedang dihayati ini seperti senang, bahagia, cemas, atau sedih. Gambaran keadaan suasana hati atau perasaan sangat mempengaruhi pembentukan power seseorang. Efek senang dan gembira merupakan sumber energi yang meningkatkan power atau self kontrol, sehingga pematangan konsep diri pun semakin mantap, rasa PD pun positif. Sebaliknya, perasaan terpuruk, sedih, pesimis, cemas, marah dan kesal malah membebani hati, sehingga mempengaruhi, menyedot atau menurunkan power atau self control, sehingga konsep diri pun jadi negatif dan membuat orang tidak PD. Oleh karena itu, perlu kita hembuskan perasaan riang, gembira dan senang anak dalam menghadapi berbagai kegiatan atau masalah. Kita ajarkan keterampilan mengatasi masalah pada anak, agar dirinya tidak terpuruk ke dalam kesedihan hati, agar tidak jadi pemurung dan pesimistis. Biasakan anak untuk mengembangkan senyumnya dalam menghadapi maupun mengerjakan segala sesuatu, agar dadanya lapang dan proses bernalarnya berjalan secara penuh. Ingat, senyum manis dapat meningkatkan energi psikis seseorang.

3. Citra fisik. Kondisi fisik seseorang sangat mempengaruhi suasana hati maupun self controlnya. Jika penerimaan terhadap kondisi fisik cukup memuaskan, maka suasana hati maupun self controlnya meningkat, sehingga konsep diri yang terbentuk pun positif. Misalnya, anak menyadari bentuk tubuhnya ideal, maka citra fisiknya jadi positif. Berbeda jika sebaliknya, kalau anak melihat bentuk tubuhnya tidak ideal, maka anak jadi resah dan sibuk memikirkan atau menyesali kondisi fisiknya tersebut. Alhasil, anak jadi merasa rendah diri, cemas dan sebagainya. Di sinilah tugas kita untuk membimbing anak agar mau menerima realita kondisi fisiknya. Kalau kondisi fisiknya tidak bisa diperbaiki, maka anak perlu disadarkan dan dialihkan untuk memikirkan kelebihan atau potensi lain dari dirinya. Kekurangan di satu sisi, bukan berarti menutup kemungkinan kelebihan yang dimiliki anak. Jika potensi atau kelebihan lain anak dapat dimunculkan, maka citra dirinya pun meningkat. Kekurangan yang ada pada dirinya, bukan masalah lagi dan sudah tidak berarti apa-apa lagi. Ingat setiap manusia itu ada kelebihan dan kekurangannya. Berilah contoh-contoh riil pada anak, seperti para tokoh dunia, artis, presenter yang begitu PD padahal kondisi fisiknya begitu tidak ideal.

4. Citra sosial. Salah satu unsur yang mempengaruhi pematangan konsep diri adalah bagaimana penilaian dan penerimaan lingkungan sosial terhadap diri anak. Penerimaan dan penilaian anak yang supel, cerdas dan hebat dapat meningkatkan konsep diri anak secara positif. Sebaliknya, penerimaan lingkungan yang buruk terhadap anak, seperti anak dianggap nakal, bodoh, jelek dan sebagainya dapat melukai hati anak dan diartikan sangat dalam membekas di hati anak. Anak pun jadi menilai negatif dirinya, merasa tak berharga atau tak pantas dan rendah diri. Anak jadi memiliki konsep diri negatif dan rasa percaya dirinya sangat lemah. Oleh karena itu, sikap melecehkan dan memojokkan anak patut kita hindari sejak dini.

5. Citra diri (self image). Citra diri ini merupakan gambaran yang meliputi:

b. nilai profil diri, seperti tingkat kecerdasan, status sosial, ekonomi dan peranan dalam lingkungan sosial,

c. cita-cita ideal anak yang ingin dicapai dan seberapa besar pengaruh tokoh-tokoh ideal yang diidolakan, baik yang ada di lingkungan atau idola fantasi,

d. keberartian diri (kebanggaan diri) terhadap nilai peran diri di lingkungan.

Untuk meningkatkan citra diri anak, maka anak perlu kita hargai, kita tingkatkan nilai perannya dalam lingkungan keluarga maupun pergaulannya. Jika nilai peran anak cukup berarti, maka konsep dirinya pun semakin mantap dan rasa percaya dirinya tinggi.

Perpaduan kelima unsur di atas inilah yang memberi gambaran bagaimana konsep diri terbentuk. Dengan memperhatikan kelima unsur yang membentuk konsep diri ini, maka kita dapat memperhitungkan langkah-langkah yang tepat mengarahkan pembentukan konsep diri positif pada anak agar tumbuh percaya diri anak. Sebaiknya, pembentukan karakter kelima unsur di atas dilakukan sejak dini, agar muncul persistensi (menetap) dari karakter dan sifat-sifat dasar anak. Sebab, karakter dan sifat-sifat dasar anak akan menetap pada usia remaja.

Masalah selanjutnya, adalah bagaimana memantapkan atau meningkatkan konsep diri anak? Point-point penting untuk melakukan pedekate atau langkah-langkah penting yang harus diperhatikan untuk mengatasi, merubah dan meningkatkan konsep diri positif anak:

o Jangan bertindak kasar atau memaksakan pemikiran atau kehendak.

o Lakukan pendekatan kasih sayang pada anak.

o Utamakan kesabaran dan kemauan membangun komunikasi dengan anak secara dua arah.

o Sentuhlah titik peka anak dengan kata-kata sanjungan yang membesarkan hati anak, agar dirinya mau terbuka dan mau menerima buah pikiran kita. Ingat, anak akan lebih terbuka jika diperhatikan, dipahami dan dimengerti.

o berilah dukungan emosional pada anak, seperti memeluk, mengelus rambutnya dan sebagainya.

o Untuk mendapatkan tempat dan agar ucapan kita diperhatikan anak, maka kita terlebih harus mampu memberi efek senang “ego” anak karena diperhatikan, dianggap penting, dihargai dan ditonjolkan nilai perannya, sehingga harga dirinya meningkat.

o Gali letak kelemahan anak, upayakan sikap optimis anak agar dirinya mau menghargai dirinya sendiri.

Aspek keterampilan teknis.

Suatu hal yang kadang tidak terpikirkan oleh kita dan menjadi inti masalah bagi sebahagian orang. Orang mengalami kebingungan ketika hendak melakukan sesuatu. Kebingungan bukan soal keberanian untuk berbuat atau mencoba, tetapi lebih terletak pada bagaimana proses untuk memulai sesuatu itu yang berat.

Bagi anak yang mengalami kesulitan untuk memulai berbuat sesuatu lebih disebabkan anak tidak tahu menyusun jalan pikirannya untuk melakukan proses kegiatan yang hendak dilakukan tersebut. Anak belum mampu menyusun tahapan-tahapan untuk melakukan suatu kegiatan hingga kegiatan dapat diwujudkan dan diselesaikan. Di sinilah pentingnya aspek keterampilan teknis, yaitu kemampuan menyusun kerangka berpikir dan berbuat secara terfokus, terarah dan terukur step by step untuk melakukan proses kegiatan.

Aspek keterampilan teknis tersebut meliputi pengetahuan taktis, metodis dan imajinatif.

1. Taktis. Taktis mengandung arti upaya mengarahkan proses berpikir, bertindak cepat dan efektif secara terukur dan terarah langsung menuju objek sasaran usaha. Taktis ini menunjukkan kecekatan dan keterampilan mengelola pemikiran untuk bertindak cepat dan tepat dalam memproses suatu rangsangan yang dihadapi.

Untuk melatih pengetahuan taktis ini dengan membiasakan anak mengamati atau melakukan observasi segala sesuatu secara detail.

2. Metodis, Metodis mengandung arti prosedur bagaimana cara menggerakkan proses penalaran dan tindakan efektif dalam memproses pokok masalah, sehingga dapat mengurai, menyusun, menimbang dan memecahkan pokok masalah dalam bentuk pola tindakan atau prakarsa.

Untuk melatih pengetahuan metodis, membiasakan dengan cara analisis (mengurai unsur), sintesis (menyusun) dan evaluasis (menilai). Cara efektif untuk melatih pengetahuan metodis anak dapat dilakukan dengan membiasakan memberi contoh langsung dalam penyelesaian suatu soal (masalah) atau pekerjaan atau melibatkan anak langsung dalam pemecahan masalah.

3. Imajinatif, Imajinatif mengandung arti cara berpikir kreatif dalam menelaah dan memecahkan pokok masalah dengan memperhitungkan kemungkinan yang mungkin dapat dimunculkan mengatasi pokok masalah.

Untuk memudahkan anak berpikir kreatif dalam mengobservasi atau pengamatan adalah dengan cara membayangkan gambaran bentuk objek masalah dan pikirkan unsur-unsur penting yang membentuk gambaran atau sesuatu yang dapat mempengaruhi gambaran tersebut melalui proses analisis, sintetis dan evaluasis.

Anak tak boleh ragu mengembangkan pikiran kreatifnya untuk mengkaji berbagai kemungkinan dari banyak sisi dalam mencari kunci jawaban masalah yang dihadapinya (Kalau begini bagaimana ya? Atau kalau begitu bagaimana ya jadinya? Kalau dibuat seperti ini, bagaimana jadinya dan bagaimana mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan lain yang terjadi ya? Kalau mereka tidak setuju dengan usul saya ini, alternatif lain bagaimana yang bagus saya kemukakan pada mereka ya? Dari banyak alternatif ini, mana yang terbaik dan pantas dikemukakan?).

Kini sudah saatnya, kita memikirkan dan meningkatkan kualitas interaksi dengan anak dan kualitas interaksi yang sengaja diaktualisasikan atau dimunculkan secara terencana dan sistematis untuk membentuk persistensi karakter dan sifat dasar anak sejak dini. Karena menurut para ahli psikologi perkembangan persistensi karakter dan sifat dasar anak mulai menetap ketika anak memasuki usia remaja. Begitu juga, jika kita menghendaki anak memiliki sifat-sifat dasar yang menunjang kemampuan percaya dirinya, maka rencanakanlah pola interaksi yang konstruktif dengan anak sejak dini.

Rabu, 18 Februari 2009

Menjadi Manusia Pembelajar

Siapa bilang menjadi manusia pembelajar susah? Lihatlah bagaimana Thomas Alva Edison yang hanya belajar secara otodidak mampu menemukan berbagai penemuan baru yang mampu merubah peradaban manusia. Isaac Newton hanya gara-gara kejatuhan buah apel yang menimpa kepalanya, dia mampu menemukan hukum gaya gravitasi. James Watt si penemu mesin uap dan mengawali revolusi industri. Anda pun dapat mempelajari penemuan BJ Habibie, putra bangsa Indonesia yang telah mendapat pengakuan dunia. Contoh tokoh di atas, membuktikan menjadi manusia pembelajar itu mudah. Bagi mereka belajar bukan lagi jadi masalah, bahkan belajar dianggap sudah menjadi kebutuhan hidup sehari-hari. Belajar merupakan suatu keharusan. Jika tidak melakukan proses belajar sehari saja, membuat mereka menjadi gelisah dan merasa rugi bukan main.

Tentu dalam hati kecil Anda terselit keinginan menjadi orang yang serba bisa, menjadi orang yang pintar, berprestasi dan sukses, bukan? Namun, harapan tersebut tidak mungkin terjadi karena sekonyong-konyong belaka dan bukan akibat dari suatu keajaiban yang datang dari langit. Tetapi fakta membuktikan, untuk meraih harapan-harapan tersebut harus melalui tahap-tahapan dari hasil proses belajar. Jika Anda selama ini selalu mengalami kesulitan atau menghadapi berbagai hambatan dalam melakukan proses belajar, itu disebabkan karena Anda belum memiliki metoda yang tepat untuk melakukan kegiatan (proses) belajar. Belajar itu mudah dilakukan, jika Anda memiliki metoda yang mampu mengorganisir pikiran, sikap dan perbuatan untuk mengarahkan dan menggiatkan step by step (tahapan) proses belajar.

Jika Anda seorang pelajar tentu ingin menjadi pintar, yang selalu disanjung, diidolakan karena prestasi yang menonjol, bukan?! Menjadi pecundang atau tidak menonjol tentu paling tidak mengenakkan dan kadangkala tidak dianggap orang (kata orang Jakarta, dikacangi). Padahal, setiap orang mempunyai kesempatan dan peluang yang sama baik untuk menjadi orang yang berprestasi. Janganlah Anda mengacu, menjadi orang yang berprestasi harus memiliki IQ (Intellegence Quetient) tinggi. Itu sudah basi!!!

Menurut Thomas Alva Edison, peranan IQ itu hanya 1% saja menunjang keberhasilan seseorang, namun yang 99% adalah kemauan dan kerja keras.

Jika harapan tersebut dapat diwujudkan, tentu akan membuat hati merasa senang sekali. Begitu juga, orangtua, adik, abang, kakak dan sebagainya tentu merasa bangga. Prestasi dan kemampuan yang Anda miliki dapat dijadikan symbol, kebanggaan dan kebahagiaan keluarga. Kelebihan yang Anda miliki menjadi bahan cerita dan bahan untuk membanggakan keluarga yang tak habis-habisnya.

Tentu Anda pun berharap dapat melakukan kegiatan belajar dengan perasaan gembira. Kalau guru menerangkan pelajaran, maka Anda pun “langsung nyambung” dan dengan mudah memahami apa yang dijabarkan tersebut. Anda pun betah berlama-lama memusatkan perhatian pada pelajaran. Pendek kata, mengikuti pelajaran seperti sama asyiknya menonton film kartun atau sinetron yang menjadi kegemaran Anda. Setelah mengikuti pelajaran sama dengan kemampuan Anda menjabarkan jalinan cerita film kartun/sinetron dengan baik dari awal sampai akhir cerita. Anda pun mampu memberi kritikan dan harapan pada cerita film tersebut. Begitu juga, setelah selesai mengikuti pelajaran Anda mampu menjabarkan dan mempraktikkan serta mengembangkan apa yang Anda pelajari dengan baik.

Namun kini yang menjadi persoalan, bagaimana mewujudkan harapan-harapan tersebut menjadi suatu kenyataan?

Padahal, saat Anda mengikuti pelajaran di sekolah tidak jarang dihinggapi oleh perasaan jemu, bosan dan malas. Bahkan saat mendengarkan penjelasan guru di depan kelas rasa mengantuk pun sering menjangkiti Anda, bukan? Hal lain, Anda sering mengalami kesulitan untuk memfokuskan perhatian dan konsentrasi belajar. Kesulitan memfokuskan perhatian dan konsentrasi belajar di sekolah membuat Anda tak mampu mencerna apa yang dijabarkan guru. Begitu juga, saat belajar sendiri membuat Anda menjadi malas dan mengantuk. Nah, anda jangan kuatir untuk mengatasi hal tersebut, maka jawabannya Anda harus mempunyai metoda belajar yang efektif.

Untuk itu, saya siap membantu Anda memperoleh metoda menjadi manusia pembelajar. Saya akan memberi petunjuk yang memandu Anda cari solusi permasalahan yang menghambat Anda untuk dapat melakukan kegiatan belajar dengan mengenali, mengidentifikasi dan menganalisa bentuk hambatan yang mengganggu proses belajar Anda. Bukan itu saja, saya siap memantu Anda untuk membuka mata pengembangan diri dan melihat peluang….

Harus Anda ingat, tidak ada hal yang tidak mugkin selama Anda mau berusaha…

Cacat Bukan Akhir Dari Segala-galanya...

Dulu ketika kecil, saya penderita gagap parah. Untuk mengucapkan satu kata saja susahnya bukan main, seperti orang yang memikul beban yang sangat luarbiasa beratnya. Namun, saya punya mimpi ingin menjadi seperti Thomas Alva Edison. Walau selalu mendapat pelecehan dan tidak dianggap orang, saya bertekad menerobos rintangan tersebut dan ingin menjadi orang yang mampu berkarya. Kuncinya, saya harus belajar. Juga saya belajar secara otodidak mengatasi gagap saya, ternyata saya berhasil…

Hal yang membahagiakan, kegigihan saya belajar mampu melampaui kemampuan orang-orang yang biasa melecehkan saya. Prestasi saya di sekolah cukup memuaskan. Kini, saya mampu mewujudkan mimpi saya melalui berbagai karya cipta dan menjadi speaker. Saya membuktikan kekurangan atau cacat bukan akhir dari segala-galanya…

Kini, saya dikenal sebagai pengarang buku:

  • Percaya Diri Itu Penting (Elex Media Komputindo, 2007).
  • Tim Penyusun, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Sejak Usia Dini, (BNN, 2007).
  • Agar Perkawinan Menjadi Langgeng (Bhuana Ilmu Populer, 2006).
  • Kiat Membina Anak Agar Senang Berkawan (Elex Media Komputindo, 2006).
  • Kiat Mengatasi Penyimpangan Perilaku Anak 2 (Elex Media Komputindo, 2005).
  • Rahasia Membangun Percaya Diri (Elex Media Komputindo, 2004).
  • Kiat Mengatasi Penyimpangan Perilaku Anak (Elex Media Komputindo, 2004).
  • Kiat Mengajak Anak Belajar dan Berprestasi (Elex Media Komputindo, 2003).
  • Kiat Mengatasi Kesulitan Belajar, (Elex Media Komputindo, 2003)

Fiksi (Novel):

  • Reinhart, Titisan Lima Ksatria Agung Eirounos, (Pustaka Obor Populer, 2007).
  • Cinta Sang Idola, (Pustaka Obor Populer, 2007)
  • Biarkan Aku Memilih (Elex Media Komputindo, 2006).


Proses penerbitan:

  • Siapa Bilang Menjadi Manusia Pembelajar susah?
  • Siapa Bilang Menjadi Pribadi Unggul Susah?

Silahkan kementar di blog saya ini...

Saya tunggu ya...

Semoga bermanfaat.

Selasa, 17 Februari 2009

My first Post

Hello word...

Wow...menyenangkan sekali memiliki media baru untuk bereksperesi. Dengan harapan agar menjadi panduan untuk meniti hari-hariku serta menyertai langkah-langkah menyongsong indahnya dunia...

Melalui blog ini media bagiku meretas kegelisahanku tuk memandu insan-insan menjadi manusia pembelajar dan berprestasi... Juga memandu insan yang terbelenggu dalam kesulitan belajar, sulit konsentrasi belajar, tidak percaya diri, tidak terampil mengatasi masalah dan pengembangan diri...


Silahkan tinggalkan komentar, apa pun itu, demi kenyamanan dan kegembiraan yang bisa Anda temui di sini....

Terima kasih.