Tampilkan postingan dengan label sukses belajar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sukses belajar. Tampilkan semua postingan

Jumat, 16 Agustus 2019

Siapa Bilang Menjadi Manusia Pembelajar Susah?





Manfaat Buku ini
Bagi Anda…


Siapa bilang menjadi manusia pembelajar susah? Tentu Anda menjadi penasaran membaca judul buku ini, bukan? Namun, pernyataan judul tersebut bukan isapan jempol semata. Lihatlah bagaimana Thomas Alva Edison yang hanya belajar secara otodidak mampu menemukan berbagai penemuan baru yang mampu merubah peradaban manusia. James Watt si penemu mesin uap dan mengawali revolusi industri.  Anda pun dapat mempelajari penemuan BJ Habibie, putra bangsa Indonesia yang telah mendapat pengakuan dunia. Contoh tokoh di atas, membuktikan menjadi manusia pembelajar itu mudah. Bagi mereka belajar bukan lagi jadi masalah, bahkan belajar dianggap sudah menjadi kebutuhan hidup sehari-hari. Belajar merupakan suatu keharusan. Jika tidak melakukan proses belajar sehari saja, membuat mereka menjadi gelisah dan merasa rugi bukan main.
            Tentu dalam hati kecil Anda terselip keinginan menjadi orang yang serba bisa, menjadi orang yang pintar, berprestasi dan sukses, bukan? Namun, harapan tersebut tidak mungkin terjadi karena sekonyong-konyong belaka dan bukan akibat dari suatu keajaiban yang datang dari langit. Tetapi fakta membuktikan, untuk meraih harapan-harapan tersebut harus melalui tahap-tahapan dari hasil proses belajar. Jika Anda selama ini selalu mengalami kesulitan atau menghadapi berbagai hambatan dalam melakukan proses belajar, itu disebabkan karena Anda belum memiliki metode yang tepat untuk melakukan kegiatan (proses) belajar. Belajar itu mudah dilakukan, jika Anda memiliki metode yang mampu mengorganisir pikiran, sikap dan perbuatan untuk mengarahkan dan menggiatkan step by step (tahapan) proses belajar secara berstruktur atau sistematis.
            Buku ini akan membantu Anda memperoleh metode menjadi manusia pembelajar. Di dalamnya berisi petunjuk yang memandu Anda mencari solusi permasalahan yang menghambat Anda untuk dapat melakukan kegiatan belajar dengan mengenali, mengidentifikasi dan menganalisa bentuk hambatan yang mengganggu proses belajar. Nah, secara keseluruhan dalam buku ini memberi petunjuk-petunjuk kepada Anda, sebagai berikut:
·                  Mengatasi Malas Belajar
·                  Cara Membangun Konsentrasi Belajar           
·                  Mengatasi Gangguan Belajar             
·                  Membangun Dorongan Berprestasi               
·                  Belajar Percaya Diri                                                 
·                  Metode Belajar                                   
·                  Belajar Eksperimen                                        
·                  Belajar Mendengar Aktif                                 
·                  Belajar Keterampilan Berbicara                     
·                  Belajar Mengatasi Rasa Tidak Suka Pada Guru
·                  Cara Menghadapi Ujian                                  
·                  Belajar Melihat Peluang dan Pengembangan Diri                    
·                  Belajar Mengarang Novel

Sistematis pengulasan yang dipergunakan buku ini cukup sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca. Buku ini disajikan tidak seperti buku referensi yang bersifat teoritis, melainkan mengungkap hal-hal nyata, praktis dan dilengkapi dengan contoh kasus. Pengulasan buku ini hanya meliputi 3 aspek, yaitu tinjauan latar belakang masalah, “mengapa” timbul kesulitan belajar pada diri Anda, dan “bagaimana” cara mengatasi masalah yang muncul tersebut.
            Tentunya, setelah Anda mampu memahami dan dapat mempraktikkan petunjuk-petunjuk dalam buku ini, maka Anda pun mengatahui bagaimana melakukan cara belajar yang praktis dan efektif. Karena itu, tidak ada alasan lagi bagi Anda untuk mengatakan belajar itu susah.
            Akhirnya pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dari penerbit yang telah mendukung mewujudkan penerbitan buku ini. Bagi sahabat yang ingin mendapatkan buku ini, tersedia di google play books.
Depok, 19 Januari 2009.
Penulis,
HENDRA SURYA

Selasa, 21 Agustus 2018

Menjadi Manusia Pembelajar

https://play.google.com/store/books/details/Hendra_Surya_SIAPA_BILANG_MENJADI_MANUSIA_PEMBELAJ?id=w-pmDwAAQBAJ

-->Siapa bilang menjadi manusia pembelajar susah? Lihatlah bagaimana Thomas Alva Edison yang hanya belajar secara otodidak mampu menemukan berbagai penemuan baru yang mampu merubah peradaban manusia. Isaac Newton hanya gara-gara kejatuhan buah apel yang menimpa kepalanya, dia mampu menemukan hukum gaya gravitasi. Anda pun dapat mempelajari penemuan BJ Habibie, putra bangsa Indonesia yang telah mendapat pengakuan dunia. Contoh tokoh di atas, membuktikan menjadi manusia pembelajar itu mudah. Bagi mereka belajar bukan lagi jadi masalah, bahkan belajar dianggap sudah menjadi kebutuhan hidup sehari-hari. Belajar merupakan suatu keharusan. Jika tidak melakukan proses belajar sehari saja, membuat mereka menjadi gelisah dan merasa rugi bukan main.
Tentu dalam hati kecil Anda terselit keinginan menjadi orang yang serba bisa, menjadi orang yang pintar, berprestasi dan sukses, bukan? Namun, harapan tersebut tidak mungkin terjadi karena sekonyong-konyong belaka dan bukan akibat dari suatu keajaiban yang datang dari langit. Tetapi fakta membuktikan, untuk meraih harapan tersebut harus melalui tahap-tahapan dari hasil proses belajar. Jika Anda selama ini selalu mengalami kesulitan atau hambatan dalam melakukan proses belajar, itu disebabkan karena Anda belum memiliki metoda yang tepat untuk melakukan kegiatan (proses) belajar. Belajar itu mudah dilakukan, jika Anda memiliki metoda yang mampu mengorganisir pikiran, sikap dan perbuatan untuk mengarahkan dan menggiatkan step by step (tahapan) proses belajar.
Tentu Anda ingin jadi pintar, yang selalu disanjung, diidolakan karena prestasi yang menonjol, bukan?! Menjadi pecundang atau tidak menonjol tentu paling tidak mengenakkan dan kadangkala tidak dianggap orang (kata orang Jakarta, dikacangi). Padahal, setiap orang mempunyai kesempatan dan peluang yang sama baik untuk menjadi orang yang berprestasi. Janganlah Anda mengacu, menjadi orang yang berprestasi harus memiliki IQ (Intellegence Quetient) tinggi. Itu sudah basi!!!
Menurut Thomas Alva Edison, peranan IQ itu hanya 1% saja menunjang keberhasilan seseorang, namun yang 99% adalah kemauan dan kerja keras.
Tentu Anda pun berharap dapat melakukan kegiatan belajar dengan perasaan gembira. Kalau guru menerangkan pelajaran, maka Anda pun “langsung nyambung dan dengan mudah memahami apa yang dijabarkan. Anda pun betah berlama-lama memusatkan perhatian pada pelajaran. Pendek kata, mengikuti pelajaran seperti sama asyiknya menonton film kartun atau sinetron yang menjadi kegemaran Anda. Setelah mengikuti pelajaran sama dengan kemampuan Anda menjabarkan jalinan cerita film kartun/sinetron dengan baik dari awal sampai akhir cerita. Anda pun mampu memberi kritikan dan harapan pada cerita film tersebut. Begitu juga, setelah selesai mengikuti pelajaran Anda mampu menjabarkan dan mempraktikkan serta mengembangkan apa yang Anda pelajari dengan baik.
Namun kini yang menjadi persoalan, bagaimana mewujudkan harapan tersebut menjadi suatu kenyataan?
Padahal, saat Anda mengikuti pelajaran tidak jarang dihinggapi oleh perasaan jemu, bosan dan malas. Bahkan saat mendengar penjelasan guru di depan kelas rasa mengantuk pun sering menjangkiti Anda, bukan? Hal lain, Anda sering mengalami kesulitan untuk memfokuskan perhatian dan konsentrasi belajar. Kesulitan memfokuskan perhatian dan konsentrasi belajar di sekolah membuat Anda tak mampu mencerna apa yang dijabarkan guru. Begitu juga, saat belajar sendiri membuat Anda menjadi malas dan mengantuk.
Untuk itu, buku ini siap membantu Anda memperoleh metoda menjadi manusia pembelajar. Buku ini akan memberi petunjuk yang memandu Anda cari solusi permasalahan yang menghambat Anda untuk dapat melakukan kegiatan belajar yang mengasyikan dengan mengenali, mengidentifikasi dan menganalisa bentuk hambatan yang mengganggu proses belajar Anda.
Nah, secara keseluruhan dalam buku ini memberi petunjuk-petunjuk kepada Anda, sebagai berikut:
Mengatasi Malas Belajar
Cara Membangun Konsentrasi Belajar
Mengatasi Gangguan Belajar
Membangun Dorongan Berprestasi
Belajar Percaya Diri
Metoda Belajar
Belajar Eksperimen
Belajar Mendengar Aktif
Belajar Keterampilan Berbicara
Belajar Mengatasi Rasa Tidak Suka Pada Guru
Cara Menghadapi Ujian
Belajar Melihat Peluang dan Pengembangan Diri
Sistematis pengulasan yang dipergunakan buku ini cukup sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca. Buku ini disajikan tidak seperti buku referensi yang bersifat teoritis, melainkan bersifat hal-hal nyata, praktis dan dilengkapi dengan contoh kasus. Pengulasan buku ini hanya meliputi 3 aspek, yaitu tinjauan latar belakang masalah, “mengapa” timbul kesulitan belajar pada diri Anda, dan “bagaimana” cara mengatasi masalah yang muncul tersebut. Buku ini diterbitkan 29 JULI 2009,oleh Penerbit ELEX MEDIA KOMPUTINDO.
Tentunya, setelah Anda mampu memahami dan dapat mempraktikkan petunjuk-petunjuk dalam buku ini, maka Anda pun mengatahui bagaimana melakukan cara belajar yang praktis, efektif dan mengasyikan. Karena itu, tidak ada alasan lagi bagi Anda untuk mengatakan belajar itu susah.
Jika Anda berminat untuk memiliki buku ini, kini sudah tersedia ebooknya. Anda tinggal mengklik google play store ini.
Wasalam Penulis,
Hendra Surya
hp: 085281085906

Rabu, 25 Juli 2018

Cara Membuat Anak Sukses Belajar



https://play.google.com/store/books/details/Hendra_Surya_Cara_Luarbiasa_Membuat_PEDE_Percaya_D?id=_SplDwAAQBAJ
Kalau kita menelaah kualitas produk lembaga pendidikan kita tentu sungguh memprihatinkan. Coba bayangkan, dalam praktek proses pembelajaran di kelas terlihat persentasi anak yang menguasai materi pembelajaran sangat kecil sekali. Apalagi, kalau SDM gurunya sangat rendah, bagaimana pula output yang dihasilkannya?
            Tentu kehadiran bapak-ibu di sini punya keinginan yang kuat untuk memperoleh teknik atau cara praktis meningkatkan kualitas putra-putri bapak-ibu, bukan?
            Sebenarnya, untuk menjadi manusia pembelajar itu sederhana. Namun, kadangkala kita sendiri yang membuat rumit atau ruwet. Sebab, kita harus berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang benar. Inti untuk menjadi manusia pembelajar itu tak lain adalah membentuk mindset belajar asyik dan sadar metode. Apapun yang akan anak perbuat akan terasa mudah dilakukan, jika anak menyukai apa yang anak lakukan dan mempergunakan metode.
            Ingat, rasa suka, senang, gembira merupakan motor penggerak dari apa yang akan anak lakukan. Sebaliknya, jika hendak belajar sudah dilandasi oleh perasan berat, beban kewajiban, tertekan dan enggan bersifat melemahkan dan cenderung tidak menghasilkan sesuatu, walaupun dipaksakan hasilnya tidak optimal.
            Lantas, pertanyaannya bagaimana membuat anak menjadi mencintai atau gemar belajar?
Usaha yang harus kita lakukan untuk menarik perhatian dan minat anak untuk belajar, pertama kita harus bisa melakukan pendekatan personal terhadap anak. Kehadiran kita di hadapan anak tidak diartikan atau dicurigai sebagai bentuk intervensi atau mendikte anak untuk belajar. Melainkan usaha membangun komunikasi dan interaksi yang baik dengan anak secara timbal balik. Kita harus dapat menjadi mitra dialog anak. Begitu juga, kita harus dapat menciptakan suasana hubungan yang dirasakan anak tidak saja dalam bentuk hubungan antara orang tua dengan anak. Melainkan, merasakan juga bentuk hubungan sebagai teman dialog anak yang setara untuk mendiskusikan, mendengar dan membangun dialog interaktif berbagai masalah anak, baik masalah yang bersifat menyenangkan maupun masalah yang paling tidak mengenakkannya.
Kemudian kita dengan sabar berupaya menggiring “keterbukaan pikiran anak” terhadap pemikiran yang merangsang daya nalarnya dan mau menerima bentuk pemikiran kita dan tantangan yang menarik rasa ingin tahunya, sehingga terbentuk minat dan perhatian anak untuk belajar. Keterbukaan pikiran anak bisa terjadi, jika anak dalam keadaaan senang, gembira dan bersemangat. Hal ini dapat kita lihat di mana ia mau mengemukakan apa yang dia rasakan, baik mengenai hobinya, permainan, maupun cerita yan digemarinya dan sebagainya. Di sinilah saat kita memanfaatkan peluang keterbukaan pikiran anak tersebut. Caranya kita bisa mengajukan pertanyaan yang dapat menggiring rasa ingin tahunya. Kita harus bisa membuat anak merasa tertantang untuk melakukan eksplorasi proses pembelajaran. Diharapkan anak termotivasi untuk menguasai atau memiliki kemampuan tertentu sesuai dengan stimulus yang diterimanya. Di samping itu, kita harus mengemukakan cita rasa enaknya mengusai kemampuan tertentu dari hasil proses belajar anak, atau dengan kata lain membangkitkan sense of learning di hati anak, sehingga muncul kepermukaan hati anak rasa keterbutuhan akan belajar menguasai sesuatu.
Pertanyaan-pertanyaan penggiring yang dapat kita ajukan kepada anak, seperti:
-      Bagaimana rasanya, jika kamu bisa memiliki kelebihan seperti Si Anu (tokoh tertentu yang dikaguminya) , ya...? Ibu yakin, kamu bisa juga seperti dia. Amir...! Caranya bagaimana ya, Mir? Dia bisa, tentu kamu pun bisa ya Mir?
-          Bagaimana menurutmu reaksi teman-temanmu, jika kamu jadi si Anu ya?
-          Asyik juga kalau kamu bisa merancang permainan seperti ini, ya?
-          Bagaimana ya caranya membuat/meraihnya?
-          Apa yang harus dilakukan menurutmu, agar seperti...?
-          Mengapa bisa begitu Aldi?
-          Bagaimana cara mengatasi masalah itu, Bud?
-          Apa yang terjadi seandainya.. .?
-          Bagaimana seharusnya, ya...?
Contoh-contoh seperti pertanyaan tersebut tentu dapat memberi sugesti pada anak. Secara tak langsung kita membangkitkan dan menggerakkan hasrat ingin tahu dan mendorong anak untuk berpikir secara positif dan terarah pada satu tujuan. Di sini kita harus kreatif menciptakan pertanyaan yang dapat merangsang minat, motivasi dan perhatian anak. Kita harus jeli melihat dan memanfaatkan situasi dan suasana yang terbangun pada saat kita berhadapan dengan anak.
Dengan bangkitnya hasrat ingin tahu anak ini, tentu memudahkan kita untuk mengarahkan anak pada kegiatan belajar. Anak pun dapat memahami dengan belajar dia mengerti dan bisa berbuat sesuatu.
Jangan lupa, kita haus senantiasa memberi penguatan kepada anak, bahwa dirinya mampu berbuat atau mempelajari segala sesuatu. Tanamkan kepada anak bahwa dirinya punya nilai plus tersendiri atau kecakapan khusus yang perlu digali dan dikembangkan. Kemudian kita dapat membangkitkan minat dan perhatian anak pada pelajaran dengan mempergunakan pertanyaan perangsang, seperti:
-          Sekarang kita belajar apa, Mir?
-          Untuk apa kita belajar ini...?
-          Mengapa itu perlu kita pelajari, Mir?
-          Apa yang bisa kita perbuat dengan mengetahui materi pelajaran itu?
-          Bagaimana cara mempelajarinya, Mir?
Dengan mengajukan pertanyaan seperti di atas, berarti kita telah berusaha untuk memokuskan perhatian anak dan mengarahkannya pada tujuan untuk mempelajari suatu materi pelajaran. Dengan mengembangkan perhatian secara terpusat tersebut, bisa membangkitkan minat belajar anak. Anak pun akan merasa tertantang untuk mempelajari pelajaran itu lebih lanjut. Dengan kata lain, timbulnya minat dan berkembangnya keinginan untuk menguasai kecakapan tertentu dari hasil proses belajar, tentu menjadi motif atau alasan yang cukup kuat bagi anak untuk memotivasi dirinya melakukan pembelajaran. Penting diperhatikan: luangkan waktu kita sebanyak mungkin untuk mendampingi anak dan mendiskusikan materi pelajaran anak.
Bagaimana membangkitkan sadar metode pada anak?
Coba bayangkan, kita melihat jaringan komponen computer yang menghasilkan data-data yang sungguh menakjubkan, tentu bagi yang awam terlihat ruwet dan memusingkan kepala. Tapi bagi yang ahli computer, dia memandangnya biasa saja. Karena dia mengetahui rangkaian operasional jaringan computer tersebut.
            Nah, sebenarnya untuk memahami apa yang dipelajari, anak tidak boleh dalam keadaan pikiran pasif dan pikiran kosong dengan menampung mentah-mentah apa yang diberikan atau disajikan. Sebab, jika pikiran pasif, maka anak mudah kehilangan konsentrasi. Sebab, pikiran mudah bercabang atau menerawang pada ingatan atau pikiran lain yang tidak ada hubungannya dengan apa yang dipelajari. Parahnya, anak pun mudah terjebak belajar menghafal. Ingat, belajar menghafal membuat pengetahuan yang peroleh sangat rendah atau tataran yang terbangun hanya pada tingkatan ingatan belaka atau sekedar mengingat saja. Makanya, .agar materi yang diberikan dapat anak mengerti atau pahami, maka anak perlu tahu bagaimana cara membangun koneksi atau mempersiapkan simpul-simpul syarat otaknya dengan informasi yang diberikan padanya. Atau dengan kata lain, cara anak membangun asosiasi atau hubungan intelektual antara stimulus dan respon otaknya. Caranya anak itu harus membiasakan diri bersikap dan berpikir aktif, yaitu merangsang daya nalar untuk menghubungkan daya tangkap dengan informasi baru yang dibahas. Anak sejak dini diajarkan untuk belajar berpikir abstrak sesuai dengan tingkat penalarannya. Anak berusaha merangkai, menyusun, menggiring atau menyusun asosiasi jalan pikiran secara terfokus. Caranya, buka pikiran dan giring (arahkan) pikiran secara taktis dan terfokus pada pokok masalah dengan mempertanyakan objek yang anak pelajari. Misalnya, apa itu/ini? Mengapa bisa begitu? Apa yang mau dikatakannya? apa maksudnya? bagaimana rangkaiannya? bagaimana kelanjutannya, ? darimana memulainya? apa saja unsur yang membentuk atau membangunnya? bagaimana bentuk rangkaiannya? siapa pencetusnya? dan sebagainya, hingga tuntas. Proses berpikir demikian yang dinamakan berpikir taktis.
Kelanjutan berpikir taktis, yaitu berpikir metodologis. Berpikir Metodologis mengandung arti kemampuan menyusun kerangka berpikir secara step by step atau menyusun prosedur kerja bagaimana cara menggerakkan proses penalaran dan tindakan efektif dalam memproses pokok masalah, sehingga dapat mengurai, menyusun, menimbang dan memecahkan pokok masalah dalam bentuk pola tindakan atau prakarsa.
Pendek kata, tanamkan pada anak pemikiran bagaimana cara membuat sesuatu mudah dikuasai atau dikerjakan. Fokuskan pada belajar proses yang menguatkan, seperti kata sugesti kamu bisa, kamu mampu, kamu dapat menyusun langkah bertahap untuk menyelesaikannya. (Catatan hindari penggunaan kata yang membebani dan melemahkan semangat belajar, seperti kamu harus belajar keras, ulet dan sebagainya). Walau kata-kata tersebut mempunyai makna membangun, namun dapat menimbulkan makna antiklimaks.
Untuk melatih pengetahuan metodologis, membiasakan diri dengan cara analisis (mengurai unsur), sintesis (menyusun) dan evaluasis (menilai). Cara efektif untuk melatih pengetahuan metodologis dapat dilakukan dengan membiasakan diri menyontoh langsung dalam penyelesaian suatu soal (masalah) atau pekerjaan atau melibatkan diri langsung dalam pemecahan masalah. Atau mengembangkan pemikiran berdasarkan tujuan, sebab-akibat, pernyesuaian maupun mempergunakan difinisi operasional disiplin ilmu tertentu (rumus) dan sebagainya.
Kemudian, Berpikir Imajinatif-Kreatif. Ini mengandung arti cara berpikir kreatif dalam menelaah/memecahkan pokok masalah dengan memperhitungkan kemungkinan yang mungkin dapat dimunculkan mengatasi pokok masalah.
Untuk mudah berpikir kreatif dalam mengobservasi adalah dengan cara membayangkan gambaran bentuk objek masalah dan pikirkan unsur-unsur penting yang membentuk gambaran (sesuatu) yang dapat mempengaruhi gambaran tersebut melalui proses analisis, sintetis dan evaluasis.
Subjek Belajar tak boleh ragu mengembangkan pikiran kreatif untuk mengkaji berbagai kemungkinan dari banyak sisi dalam mencari kunci jawaban masalah yang dihadapi (Kalau begini bagaimana ya? Atau kalau begitu bagaimana ya jadinya? Kalau dibuat seperti ini, bagaimana jadinya dan bagaimana mengantisipasi kemungkinan lain yang terjadi ya? Kalau mereka tidak setuju dengan usul saya ini, alternatif lain bagaimana yang bagus saya kemukakan pada mereka ya? Dari banyak alternatif ini, mana yang terbaik dan pantas dikemukakan?).
Untuk membangkitkan atau motivasi penggunaan metode belajar, maka dilakukan dengan cara merangsang daya nalar untuk mengorganisir pola pikir dengan memokuskan perhatian pada:
  1. Apa yang akan dipelajari,
  2. Untuk apa mempelajari materi pelajaran tersebut,
  3. Apa hubungan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari (manfaat  mempelajari dan apa yang dapat kita lakukan dengan pengetahuan tersebut),
  4. Bagaimana cara mempelajarinya,  
  5. Kemudian, bangkitkan faktor intelektual-emosional dengan mengembangkan dan membiasakan “berimajinasi dalam berpikir”. Maksudnya, subjek belajar membiasakan untuk menjelajah dengan berusaha membayangkan gambaran bentuk yang dipelajari. Kemudian pikirkan unsur-unsur penting yang membentuk gambaran tersebut. Dengan demikian subjek belajar akan digiring pada pola belajar aktif dan kreatif. By Hendra Surya [Penulis Buku: Rahasia Membuat Anak Cerdas dan Manusia Unggul, Cara Cerdas (Smart) Mengatasi Kesulitan belajar, Cara Belajar Orang Genius, Strategi Jitu Mencapai Kesulitan Belajar, Menjadi Manusia Pembelajar, dan lain-lain.]
 Catatan: 
Pembaca dapat mendapatkan petunjuk lebih rinci melalui ebook: 
Strategi Jitu Mencapai Kesulitan Belajar
Cara Cerdas (Smart) Mengatasi Kesulitan Belajar
Cara Belajar Orang Genius
Jadilah Pribadi Yang Unggul
Cara Membuat "Pede" (Percaya Diri) Anak

Ebook tersebut dapat dibeli di google play store dan pembayaran dapat mempergunakan pulsa Hp...

Wasalam,
Hendra Surya