Salah
satu perbuatan mulia yang dianjurkan Allah Swt maupun di mata orang, ketika
Anda mau berbagi pengalaman, pemikiran maupun pengetahuan, seperti melalui
tulisan. Dengan tulisan Anda dapat membuka cakrawala dunia, mencerahkan
pemikiran khalayak umum dan membuat orang yang tadinya tidak tahu menjadi tahu.
Namun
tidak sedikit orang yang kebingungan, ketika naskah tulisan telah ada di
hadapannya. Mau dikemanakan naskah tersebut? Mau dikirimkan ke penerbit buku?!
Untuk menembus dunia penerbitan buku, ternyata bukanlah perkara yang mudah!!! Untuk
memulai menulis saja bukan hal yang gampang, apalagi ditambah lagi dengan
kesulitan untuk menerbitkannya. (Mungkin bagi penulis yang punya modal dapat
menerbitkan sendiri dan bekerja sama dengan distributor buku, masalahnya
selesai). Belum lagi masalah penjualan buku yang seret. Alih-alih ingin sukses
jadi seorang penulis (Mimpi ingin seperti kayak JK Rowling atau Andrea Hirata),
periukpun jadi terguling karena dari buku ternyata tak mampu untuk hidup.
Kesulitan-kesulitan ini mungkin menjadi kendala terbesar membuat orang enggan
menulis.
Pengalaman
penulis sendiri tertatih-tatih menapak dunia penerbitan selama setahun. Pengalaman
ketika memasukkan naskah kadang sungguh memilukan, dari yang dicuekin (kata
orang Jakarta) oleh staf redaksi penerbit, menunggu berjam-jam (hanya sekedar
menyodorkan naskah), naskah dicampakkan begitu saja, bahkan mengendap di gudang
tanpa ada tindakan korektif, mengharap-harap jawaban penerbit yang lamanya bisa
berbulan-bulan (walau sekedar jawaban, maaf naskah Anda belum sesuai dengan
yang kami inginkan atau criteria kami).
Namun
bagi Anda yang mempunyai tekad dan keinginan kuat menjadi penulis, janganlah
berkecil hati. Kendala-kendala di atas jangan dijadikan momok dan menyurutkan
tekad mulia Anda. Tanamkan di benak pikiran Anda, “Anda pasti bisa!!!” Dan
untuk mewujudkan keinginan tersebut, Anda harus mengatur strategi yang efektif
untuk menakhlukkan dunia penerbitan.
Jangan tiru cara (sebut saja ala Suhardi) menembus dunia penerbitan, walau kelihatannya cukup cerdik. Ala Suhardi
mengirimkan naskah bukan dalam bentuk naskah utuh atau hanya mengirimkan sample
naskah (bab tertentu saja) ke beberapa penerbit sekaligus. Cara ini memang
kelihatannya sangat efektif. Namun kurang baik, sebab jika ada beberapa
penerbit menghendaki naskah tersebut berbarengan, maka tentu ada penerbit yang
dikecewakan. Hal ini tentu membuat penerbit yang dikecewakan tersebut menjadi
tidak percaya kita lagi. Nama kita jadi di black list, sebagai penulis yang kurang baik.
Cara
lain, seperti menggali informasi sebanyak mungkin tentang penerbit. Apalagi
Anda mampu menjalin hubungan dan komunikasi dengan editor. Anda dapat
menanyakan kriteria naskah yang dikehendaki penerbit yang bersangkutan,
menanyakan trend dan arah penerbitan buku yang sedang dikembangkan penerbit.
Bahkan, Anda dapat berdiskusi tentang ide Anda dan kesesuaian naskah yang
dikehendaki dengan editor yang bersangkutan. Anda pun dapat meminta arahan
editor tentang kepenulisan. Pendek kata, Anda dapat menggalil tip-tip menulis
yang sesuai dengan penerbit yang bersangkutan. Pengalaman penulis, kini baru
berupa ide saja sudah dapat ditawarkan ke editor, apakah layak atau tidak untuk
diangkat menjadi topik penulisan.
Ingat,
hubungan baik dengan editor mutlak dibutuhkan. Editorlah yang mempromosikan
naskah kita layak atau tidak ke hadapan sidang redaksi (biasanya terdiri dari pimpinan
redaksi, kabag pemasaran, promosi, produksi, distribusi maupun editor).
Kerjasama
dengan Agency Literary perlu Anda perhitungkan. Agency akan memberi arahan
tentang kelayakan naskah Anda sebelum ditawarkan ke penerbit. Namun, kemudahan
yang Anda peroleh adalah Anda tak perlu susah-susah berurusan dengan penerbit. Tugas
Agencylah yang memasarkan naskah buku Anda ke penerbit.
7
Kriteria Buku Yang Baik
Secara umum
naskah buku yang baik memiliki setidaknya ada 7 kriteria yang dianggap layak
untuk diterbitkan, antara lain:
- Naskah benar-benah mengandung ide orisinal, up to date, atau kontroversial yang diprediksi akan diperlukan atau menimbulkan antusias banyak orang.
- Naskah benar-benar bisa digarap dengan kemampuan, keahlian, serta wawasan yang dimiliki dan dikuasai penulis.
- Naskah dilengkapi dengan pengayaan (enrichment) dari berbagai sumber terpercaya, termasuk memasukkan pengalaman orang lain. Salah satu indikator buku berbobot memang dapat dilihat dari seberapa banyak referensi yang digunakan oleh pengarang/penulis dalam bukunya.
- Isi naskah harus mudah dijual (saleable) karena dibutuhkan banyak orang sehingga investasi yang dikeluarkan dapat tertutupi.
- Naskah diposisikan lebih unggul daripada buku sejenis lain yang sudah lebih dulu terbit. Untuk itu, penulis/penerbit akan melakukan riset kompetitor (pesaing) untuk buku tersebut.
- Naskah ditulis dengan gaya penulisan yang tepat. Penulis/pengarang bisa menggunakan gaya-gaya revolusioner dalam menulis seperti yang dilakukan oleh Robert Kiyosaki (Rich Dad Poor Dad) atau Ken Blancard bersama Spencer Johnson (One Minute Manager) yang menulis buku manajemen dengan gaya bercerita seperti cerita pendek.
- Target sasaran pembaca Naskah harus jelas "siapa sasaran pembaca?". Semakin jelas sasaran pembaca yang dituju, akan semakin menaikkan daya jual buku. Sasaran Pembaca dapat dibagi atas: 1) jenis kelamin (gender); 2) tingkat usia (anak, remaja, dewasa, orang tua); 3) profesi (dokter, insinyur, seniman dsb.); 4) pendidikan (SD, SMP, SMA, mahasiswa, sarjana, pascasarjana); 5) kelas sosial (bawah, menengah, atas).
Semoga informasi sederhana dapat bermanfaat dan menambah
wawasan Anda yang ingin menjadi penulis.
Wasalam,
Hendra Surya
085281085906