Tampilkan postingan dengan label Anak Agresif. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Anak Agresif. Tampilkan semua postingan

Rabu, 04 Agustus 2010

FROGGY

(Sindo, 5 Agustus 2010, Prof. Rhenald Kasali Ph.D)
Kalau tak ada perubahan, akhir 2011, masyarakat Indonesia dapat menyaksikan sebuah floatingcastle yang berdiri megah di salah satu sudut Kota BSD,Tangerang. Kastil itu menakjubkan, indah seperti yang sering kita lihat di negeri impian. Sebuah impian yang terus mengikuti seorang anak hingga dia tumbuh menjadi dewasa, membantu orang tuanya dalam bisnis, sampai dia menjadi pengusaha dan melakukan pembaruan. Fernando Iskandar, 29 tahun, menamakan kastil indah itu sebagai Froggy. Di situ dia menanamkan impiannya yang berawal dari cerita-cerita yang dibaca dari buku-buku bergambar bacaan anak-anak.

Sebuah gambar kastil yang dia sukai digunting, ditempel di lemari pakaian,di pintu kamar, dan dibawanya hingga ke kamar mandi. Namun lebih dari sekadar impian, dia pun bertindak. Seluruh uang tabungannya dari usaha-usaha yang dia rintis sebelumnya, dia tanam di Froggy. Dia mendekati Kak Seto dan menemui saya. Dia mencari tanah yang cocok dan menemukan arsitek kelas satu yang bisa menerjemahkan isi kepalanya.

Menelusuri Bakat

Adalah Jimmy Iskandar, orang tua yang hari itu penuh bahagia.Senin, 2 Agustus 2010, dia baru saja mengerti apa yang dilakukan putranya. Sejak era 1970-an Jimmy dikenal sebagai orang yang sangat ulet membangun usaha fotografi. Berkat ketekunannya itu dia berhasil memperkenalkan foto di atas kanvas yang amat diminati tokoh-tokoh masyarakat. Setiap kali saya mendatangi studionya,saya selalu menemukan foto-foto keluarga terkenal yang memilih difoto oleh Jimmy dan fotografer-fotografer andalannya di Tarzan Foto Studio. Bahkan Tarzan Foto pula yang dipercaya Istana Negara untuk memotret kepala-kepala negara yang berkunjung ke Indonesia. Mereka harus memotret secara sempurna dalam batasan waktu yang sangat terbatas. Tentu saja Fernando
dibesarkan dalam lingkungan fotografi yang sangat kental. Bedanya dia kini hidup di dunia digital yang serba cepat dan kaya bakat. Saat krisis menimpa Indonesia, dia pun tersadarkan, dia mencari mentor ke sana kemari sampai dia bertemu dengan pengusaha perempuan yang progresif,Dewi Motik.
Dia pun nyantrik (berguru), mengikuti Ibu Dewi Motik ke mana-mana,melihat bagaimana keputusan bisnis diambil. Dia menemukan sebuah dunia baru.“Di rumah saya yang lama, saya begitu besar sehingga dunia saya tampak kecil. Di luar, saya melihat dunia itu begitu besar sehingga diri saya tampak begitu kecil,”ujarnya. Bak katak yang hidup keenakan di dalam tempurungnya dia pun keluar dari zona nyaman itu. Dia meronta. Dia pun berkenalan dengan dimensi-dimensi yang lebih luas. Dari Kak Seto, dia belajar hal baru lagi, yaitu soal talenta anak-anak Indonesia yang terkurung dalam ambisi orang lain. Dia pun menemukan faktafakta yang mengejutkan dari teman-teman di sekitarnya. Banyak orang tersesat di rimba belantara antara bakat, sekolah, dan pekerjaan. Bakatnya A, sekolahnya C, dan kerjanya E.Semuanya tidak saling berhubungan. Maka sia-sialah sekolah. Tak pernahkah Anda melihat seorang anak berbakat melukis bersusah payah kuliah menjadi akuntan,dan saat bekerja dia lebih senang menjadi orang kreatif di biro iklan, namun istrinya mendesak agar menekuni profesinya sebagai akuntan. Tak banyak orang yang menyadari bahwa untuk berhasil seseorang harus memilih apa yang terbaik dari hidupnya. Bukankah lebih baik menjadi pelukis yang luar biasa daripada menjadi dokter atau akuntan yang biasa-biasa saja? Apakah kita menyadari hal ini?

Di era materialisme seperti saat ini orang lebih berani mengikuti arus daripada keluar dengan kekuatan dirinya. Semua ingin cepat-cepat menghasilkan ketimbang melakukan investasi pada bakatnya.Di sisi lain,kita menemukan orang-orang sukses abad ini ternyata terdiri atas orang-orang yang berani menantang arus besar itu, hidup sebagai outlier yang keluar dari kotaknya. Kak Seto menyambung. ”Apa jadinya bila seorang Albert Einstein yang senang matematika, sedari kecil dipaksa orang tuanya mengikuti American Idol? Atau apa jadinya kalau Picasso yang suka melukis dianggap bodoh karena tak senang matematika? Demikian juga dengan Michael Angelo yang senang membuat patung namun dipaksa orang tuanya menjadi dokter?” Dari kajian-kajian yang ada mengenai talenta, sekarang jelaslah bahwa pendidikan yang menyamaratakan dapat mematikan telenta.

Seperti rumput yang dipangkas sama tingginya, anak-anak yang dilahirkan dengan talenta yang berbeda berteriak. Mereka hidup tertekan, tidak bisa berbicara lain selain ikut maunya orang-orang dewasa.Mereka hidup dalam pasungan dan terkungkung dalam kesulitan. Dapat dibayangkan hari tua anak-anak yang dibesarkan dalam kurungan bakat yang demikian adalah hari tua yang kering, melakukan apa yang tidak diinginkan. Hari-hari tidak bahagia, tanpa senyum,penuh keluhan.

Edutography

Lantas apa hubungannya antara kastil Froggy dengan bakat tadi? Inilah yang disambung Froggy dalam konsep ”edutography”, yang memadukan kombinasi education, entertainment, dan photography. Berbeda dengan Tarzan Photo yang memotret foto kenangan, Froggy justru memotret masa depan. Froggy menggali bakat anak-anak dengan pendekatan multidimensi sampai ditemukan apa yang sesungguhnya menjadi lentera jiwa mereka. Pekerjaan ini menjadi tanggung jawab Kak Seto. Lebih dari itu, bakat-bakat itu perlu digerakkan, saya sendiri termasuk orang yang sangat berhatihati dalam memandang bakat. Maklum saja generasi saya adalah generasi yang terkurung, sulit meletupkan energi-energi yang terpancar dari bakat yang merupakan pemberian Tuhan. Bagi orang segenerasi saya, bakat hanyalah sekadar potensi belaka.

Jadi apalah artinya mengenal bakat kita kalau potensi itu gagal “menemukan pintunya?” Tetapi bagi anak-anak saya, sejalan dengan kemajuan dalam temuan-temuan baru dan teknologi digital, saya pun mendukung eksplorasi yang tiada henti terhadap talenta-talenta hebat yang terpendam di hati paling dalam anakanak Indonesia.Lebih dari sekadar mengeksplorasi, anak-anak itu harus ditumbuhkan myelin-nya agar mereka tidak diam di tempat, melainkan terus bergerak mencari dan menemukan pintunya.

Mereka harus menyentuh, bahkan mendobrak pintu-pintu itu. Temuan-temuan terbaru di dunia digital, dibantu para pendidik terdepan,mestinya bisa membantu anak-anak itu mengembangkan mimpi-mimpinya. Pada Froggy saya menaruh harapan agar anakanak kita mampu menemukan potensi dan menggapai pintu masa depan dengan bahagia.

RHENALD KASALI
Ketua Program MM UI

http://www.seputar- indonesia. com/edisicetak/ content/view/ 342610/38/

Kamis, 19 Februari 2009

Gemar Bertanya

Kita kadangkala kewalahan dan pusing mendapat berondongan pertanyaan si kecil yang gemar bertanya. Adakalanya, pertanyaan yang diajukan cukup sederhana, namun sulit untuk menjawabnya. Misalnya, “Darimana adik lahir, Ma…?” Kita sampai tidak tahu, bagaimana cara menjawab pertanyaan yang diajukan anak tersebut. Kita sulit menentukan kata yang cocok untuk menjawab pertanyaan anak itu. Kita merasa tabu untuk mengatakan jawaban yang sebenarnya pada anak seusia balita (2-5 tahun). Kita sulit melukiskan alat produksi atau alat vital perempuan pada anak. Sedangkan anak membutuhkan jawaban yang memuaskan dirinya. Kalau kita menjawab sekenanya, takut dapat menyesatkan anak dan jawaban itu menjadi masalah di kemudian hari. Sampai-sampai kita tidak dapat menemukan kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan anak. Pendek kata, kita sering dihinggapi kebuntuan kata setiap menghadapi teror pertanyaan anak. Kita pun menjadi tidak sampai hati melihat anak menjadi muram dan cemberut karena tidak mendapat jawaban yang memuaskan rasa ingin tahunya.

Di lain hal, kita kadangkala tidak siap untuk menerima berondongan pertanyaan si kecil. Misalnya, di saat kita lelah sehabis bekerja, sedang sibuk mengerjakan sesuatu, sedang menerima tamu dan sedang ada masalah. Karena ketidaksiapan kita tersebut dan tidak ingin direpotkan oleh anak, acapkali kita berlaku kasar pada anak. Pertanyaan anak, malah kita tanggapi dengan bentakan atau tidak dipedulikan, sehingga anak terdiam atau menangis. Anak pun menjadi kecewa berat.

Adakalanya kita tidak sabar mendengar berbagai pertanyaan anak dan malas untuk menjawab, sehingga kita terangsang untuk mematahkan atau mengalihkan pertanyaan anak. Pertanyaan anak itu sangat merepotkan dan memusingkan kepala, karena dianggap sudah sangat mengganggu orang tua.

Namun apa yang telah kita lakukan terhadap anak yang gemar bertanya, apalagi pertanyaan berantai tak putus-putus tersebut dengan sikap kasar, mematahkan, tak peduli atau mengalihkan pertanyaan anak, maka kita sesungguhnya telah mematikan dan menghambat pertumbuhan dan perkembangan tunas-tunas intelektual anak. Padahal, kegemaran anak bertanya menunjukkan anak yang kreatif. Kreativitas berpikir sangat dibutuhkan dalam pengembangan dorongan berprestasi pada anak.

Nah, sebelum terlambat, maka kita perlu mencari cara menghadapi anak yang gemar bertanya, agar dapat kita arahkan dengan benar dan bermanfaat dalam proses belajar anak. Untuk itu, kita perlu lebih dalam mengetahui mengapa anak suka bertanya dan bagaimana cara yang tepat menghadapi pertanyaan anak, agar bermanfaat bagi anak.

Mengapa anak gemar bertanya?

Pertanyaan anak kecil mungkin kita anggap sebagai hal yang sangat merepotkan karena kita kesulitan untuk mencari jawaban yang tepat dan praktis serta dapat dipahami (dimengerti) oleh daya nalar anak. Namun kita yang merasa terganggu dengan pertanyaan-pertanyaan anak, sebaiknya kita mau melihat lebih jauh ke depan. Pertanyaan anak ini, jika dikelola, diarahkan dengan benar akan sangat bermanfaat dalam proses belajar anak.

Timbulnya pertanyaan-pertanyaan anak memberi petunjuk atau pertanda pertumbuhan fungsi nalar anak berkembang sangat baik. Potensi kecerdasan anak pun kelihatan cukup menonjol. Di mana kepekaan anak terhadap rangsangan sangat tinggi, sehingga anak selalu tertantang mengeksplorasi “rasa ingin tahu”-nya. Anak selalu mencari informasi pengetahuan, pengertian dari apa saja yang menarik perhatiannya dengan “metoda bertanya”.

Tumbuh-kembangnya metoda bertanya anak ini, sangat tergantung pada sejauh mana kepuasan yang diperoleh anak atas jawaban pertanyaan yang diajukannya. Semakin terbuka nara sumber memberi pencerahan atas rasa ingin tahu anak, maka anak semakin terangsang mengeksplorasi rasa ingin tahunya. Semakin berlanjut metoda bertanya anak, maka semakin berkembang fungsi-fungsi nalar anak dan semakin cerdas kemampuan berlogika anak.

Bagaimana cara menghadapi anak gemar bertanya?

Berbahagialah kita, jika mempunyai anak yang gemar bertanya. Anak yang gemar bertanya berarti anak menunjukkan kecerdasan yang menonjol dan semangat untuk maju. Anak termotivasi untuk mencari informasi pengetahuan sebanyak-banyaknya. Metoda bertanya yang selalu dipergunakan anak dapat merangsang tumbuhnya imajinasi dan kreativitas berpikir anak, jika mendapat dukungan dan pengarahan yang baik.

Untuk mendukung rasa ingin tahu anak yang sedemikian besar ini, maka langkah-langkah yang dapat kita lakukan, antara lain:

Pertama, Jangan mematikan semangat bertanya anak.

Kita mungkin tidak menyadari hal ini, namun jika kita sering melarang anak bertanya dan malas menjawab pertanyaan yang diajukan anak, sebenarnya kita telang menghambat berkembangnya kemampuan fungsi nalar dan kemampuan berlogika anak serta mematikan imajinasi dan kreativitas berpikir anak.

Kedua, Biarkan anak bertanya.

Jika anak bertanya, maka kita harus bersedia meluangkan waktu dan memberi dukungan emosional pada anak (seperti memeluk, memegang bahu anak, menatap langsung mata anak dan memberi senyuman manis untuk menyatakan rasa senang atas pertanyaan anak) serta memberi penguatan/pujian atas pertanyaan anak. Kemudian usahakan untuk memberikan jawaban yang benar, ringkas dan mudah dipahami anak. Jika tidak dapat dijawab langsung, gunakan perumpamaan atau ilustrasi untuk memudahkan.

Ketiga, Beri kebebasan bertanya pada anak.

Untuk mengembangkan kreativitas berpikir anak, maka kita harus memberi kebebasan anak untuk bertanya apa saja yang menarik perhatian dan minatnya. Kita pun harus siap meluangkan waktu dan melayani keingin tahuan anak.

Keempat, Mengembangkan rasa ingin tahu anak.

Untuk mengarahkan dan mengembangkan rasa ingin tahu anak, maka sering-seringlah mengajak anak untuk mengamati langsung berbagai hal. Kita bisa mengajak anak ke tempat-tempat yang merangsang rasa ingin tahu anak. Misalnya, ke kebun binatang, Planetarium, Sea World, pantai, gunung dan sebagainya.

Kelima, Ajak anak untuk mendengarkan cerita yang menarik perhatian dan minat anak.

Untuk merangsang rasa ingin tahu, imajinasi dan kreativitas berpikir anak, kita dapat mengajak anak menonton cerita (film/TV) bersama atau kita dapat bercerita secara interaktif dengan anak. Kita dapat melibatkan anak secara emosional dalam mengamati isi cerita. Kita dapat merangsang anak berpikir dengan cara memberi komentar atau bertanya.

Keenam, Sediakan fasilitas bermain anak yang merangsang imajinasinya.

Untuk mengembangkan rasa ingin tahu anak dan kreativitas anak, maka kita dapat menyediakan mainan yang merangsang daya imajinasi anak. Seperti mainan building block (balok susun), Puzzle, mewarnai gambar dan lain-lain. Namun sebaiknya jangan mainan yang sudah jadi.

Demikianlah langkah-langkah yang dapat kita kembangkan untuk menghadapi dan mengarahkan anak yang gemar bertanya. Jangan merasa terbebani untuk melayani anak. Namun ingatlah, bahwa hasilnya sebanding dengan pengorbanan yang kita lakukan. Anak akan tumbuh dan berkembang menjadi anak yang cerdas. Kemampuan berlogika anak pun akan terus berkembang dan sangat bermanfaat untuk kehidupan anak setelah dewasa nanti. Mana tahu anak menjadi seorang pemikir dan penemu yang dapat mengukir sejarah peradaban manusia di kehidupan mendatang.