Tampilkan postingan dengan label roman komedi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label roman komedi. Tampilkan semua postingan

Senin, 03 Januari 2022

Ilmu Penakluk Cewek



 Bab 1

“Wouuu…!” Tanpa sadar decak kagum meluncur dari bibir cowok keren itu.

 Yeah, tumben itu cowok! Matanya blingsatan juga lihat cewek yang satu ini, kayak gak pernah lihat cewek cakap saja. Atau cewek yang satu memang benar-benar beda kali. Dadanya pun berdebar-debar kencang pandang itu cewek. Dari balik kaca mobil, ia menatap ke arah cewek yang baru melintas di hadapannya. Dia pun jadi penasaran banget, ingin kenal itu cewek. Phuih, angannya…! Padahal cowok keren itu, tahunya hanya buku melulu lho... Aneh-nggak, kalau cowok keren itu belum pernah lakukan pedekate ama cewek?! Lucunya, dia sudah jadi anak kuliahan, semester lima lagi.  Huh, siapa yang mau percaya, tapi itu kenyataannya bookish…bookish!!! Ketika itu jam perkuliahan sedang berlangsung dan suasananya sangat hening sekali. Kebetulan dia sedang menanti seseorang di tempat parkir kampus itu. Hanya sayup-sayup terdengar ke luar suara Dosen menerangkan materi perkuliahan. Cuaca pun pagi itu sangat cerah mengiringi langkah itu cewek. Langkahnya begitu ringan…

Angan itu cowok terus menggoda dan matanya gak lekang memperhatikan itu cewek, sampai-sampai dia menjulurkan kepalanya keluar lewat jendela mobilnya. Sementara, cewek itu meleburkan diri ama teman-temannya di depan ruang perkuliahan anak sastra. Dilihatnya itu cewek dengan gembira setengah bercengkerama ama teman-temannya. Pendek kata, gerak-gerik tubuh itu cewek buat jatuh bangun hatinya...

Sementara itu, Toro temannya cowok itu muncul. Wow…! Dia begitu terbelalak lihat gerak-gerik aneh itu cowok. Toro menoleh lihat tu cewek yang jadi perhatian temannya. Toro pun setengah terpesona juga gitu lihat dengan jelas wajah cewek yang menggoda hati temannya itu. Sesaat kemudian, Toro menoleh memperhatikan temannya kembali. Dia langsung tersenyum geli lihat temannya yang satu ini. Makanya, timbul niat jailnya untuk menggoda itu cowok. Toro dengan berjingkat-jingkat menghampiri sobatnya itu.

“Hai Ridho!!! Siapa pula yang kamu perhatikan dari tadi tuh?” Tiba-tiba Toro dengan wajah kocaknya menegur dan menodong dengan jarinya, mengejuti dari balik mobil, sambil buka pintu mobil sebelah kiri.

Ridho pun tersentak dan terduduk, angannya langsung buyar. Dia langsung menoleh. Wow! Wajah Ridho langsung merah-padam, jengah. Namun, ada kesal di wajahnya. “Ah, kamu ganggu saja Toro!” gerutu Ridho.

“Payah kamu! Gak bisa buat orang senang dikit saja.”

 “Alaaa, janganlah kamu marah. Gak biasanya kamu seperti ini,” kilah Toro ringan, sambil menampar bahu Ridho. Lantas, Toro pun menggoda dengan pura-pura melongok ke arah kumpulan cewek yang telah mengusik hati Ridho, “Emangnya siapa sih yang telah menggoda hatimu itu?”

Ridho pun gak ingin menutupi gejolak hatinya, tatkala Toro menggodanya. Dia langsung tersenyum. Dia yakin Toro pun pasti akan mengagumi itu cewek yang telah menggetarkan hatinya.

“Toro, kamu kenal cewek yang baju pink itu?” Ridho balik tanya, sambil menunjuk ke arah cewek berbaju pink dan bercelana jeans merah jambu merk Lee Cooper yang berada di koridor ruang perkuliahan anak sastra.

“Oh itu, cewek yang telah menarik perhatianmu tadi! Wow…cakep juga tuh cewek, Dho! Tapiii…aku nggak kenal dia.”

Yeah! Dugaan Ridho nggak meleset, ternyata Toro terpesona juga, gitu lihat wajah itu cewek. Apalagi, cewek itu begitu menonjol di antara teman-temannya. Makanya, tanpa sadar decak kagum meluncur dari bibir Toro.

“Ck…ck…ck…!”

Sesaat kemudian, Toro noleh memperhatikan Ridho. Dia jadi tersenyum lihat wajah Ridho. Dia tahu betul, Ridho belum pernah nembak cewek, keberaniannya dikit payah. Selama ini Ridho suka memendam perasaan kagumnya ama cewek. Di otaknya hanya ada kamus belajar-belajar melulu! Wajarlah kalau Ridho sampai hari gini belum punya pacar… Walau boleh dibilang pergaulannya nggak ada masalah tuh. Kesempatan ini nggak boleh dibiarkan, batin Toro. Dengan setengah meledek dia berkata, “Tapi kamu punya nyali nggak tuk dekati tuh cewek?”

“Sontoloyo kamu, Toro! Jangan remehin aku!!!” sergah Ridho, sambil memalingkan wajahnya.

Tahu nggak? Wajah Ridho memerah. Dia jadi tersenyum kecut. Gemas hatinya dengar ledekan sahabat karibnya itu.

“Buktiinlah…kalau kamu berani!!!” timpal Toro, sambil menyeringai.

“Oke! Kalau aku berhasil dapatkan tuh cewek, apa taruhannya?” tantang Ridho. Hatinya semakin panas, diledek oleh Toro.

“Oh, kamu mau unjuk nyali rupanya!” sambut Toro setengah tertawa. “Boleh juga tuh…! Kalau kamu berhasil gaet tuh cewek, akan kutraktir kamu sebulan. Terserah kamu pilih, mau makan bakso, hamburger atau yang lainnya. Tapiii… kamu harus buktikan kemampuanmu ini dalam waktu dua Minggu,”

Wow…! Ridho jadi garuk-garuk kepala. Tapi gitu lihat Toro cengar-cengir langsung Ridho berkata mantap.

“Aku terima tantanganmu!!!”

Lalu Ridho pun mengusungkan tangannya menyambut tantangan Toro.

“Oke, deal!!!”

Toro pun menyambut tangan Ridho dan tersenyum. Dalam hati dia menertawai Ridho. Lalu Toro menepuk bahu Ridho mengalihkan perhatiannya.

 “Nah, sekarang buruan. Entar kita nggak ketemu Ibu Mega lagi di rumahnya.”

Kebetulan memang mereka berdua bermaksud untuk temui Ibu Mega, Dosen Pembimbingnya.

Dengan terpaksa Ridho menstarter mobilnya dan segera beranjak dari pelataran parkir kampus itu. Ridho merasa berat mengalihkan perhatiannya, sukmanya benar-benar sudah terbetot ama itu cewek. Apalagi Ridho, yang namanya pacaran belum pernah dia lakukan. Lihat cewek yang telah memikat hati, tentu terasa berat untuk meninggalkannya. Kalau dia boleh pilih, ingin rasanya untuk menghampiri cewek yang telah menggoda hatinya itu, ketimbang temui Dosen Pembimbingnya yang dikenal galak. Hati Ridho pun semakin gundah. Apalagi tiba-tiba di tengah jalan, Toro berkomentar.

 “Paling-paling, kamu patah hati Dho?”

“Mengapa pula kamu berkata seperti itu Toro?” Dipandangnya wajah Toro dengan penasaran.

“Aku gak bermaksud ngecilkan hatimu, Dho. Aku hanya sekedar ingatkan kamu. Kayaknya cewek tadi, bukan sembarang cewek deh. Dari gayanya kulihat dia cewek yang sudah matang. Aku yakin banyak cowok yang telah berlabuh di hatinya.”

“Alaaa, jangan berprasangkalah kamu, Toro! Sebelum janur kuning menghias di depan rumahnya, berarti kan masih ada peluang, Toro,” kilah Ridhco, membesarkan hati. Dia pun tersenyum kecut. Apa pun yang dikatakan Toro, maka Ridho sudah nggak peduli. Dia telah bertetapan hati untuk mengenal itu cewek. Dia pun menduga, paling-paling Toro sengaja untuk melemahkan hatinya saja, agar kalah taruhan.

“Aku kasihan ama kamu, Ridho. Otakmu boleh kuakui, tapi masalah cewek, kamu itu seperti bau kencur. Entar kamu salah pilih lagi,” ujar Toro memanas-manasi Ridho.

 “Sudahlah Toro, gak perlu jeles gitu ah,” tukas Ridho. Ridho nggak ingin dipojokkan Toro terus. Walau dia gak dapat memungkiri ucapan Toro itu.

“Ya sudah, terserah kamu lah! Kamu yang menjalani ini!” sahut Toro menutup pembicaraan.

Untuk kelanjutan kisahnya dapat diperoleh di Aplikasi: KBM di play store.