Bab 1
“Wouuu…!” Tanpa sadar decak kagum
meluncur dari bibir cowok keren itu.
Yeah, tumben itu cowok! Matanya blingsatan
juga lihat cewek yang satu ini, kayak gak pernah lihat cewek cakap saja. Atau
cewek yang satu memang benar-benar beda kali. Dadanya pun berdebar-debar
kencang pandang itu cewek. Dari balik kaca mobil, ia menatap ke arah cewek yang
baru melintas di hadapannya. Dia pun jadi penasaran banget, ingin kenal itu
cewek. Phuih, angannya…! Padahal cowok keren itu, tahunya hanya buku melulu
lho... Aneh-nggak, kalau cowok keren itu belum pernah lakukan pedekate
ama cewek?! Lucunya, dia sudah jadi anak kuliahan, semester lima lagi. Huh,
siapa yang mau percaya, tapi itu kenyataannya bookish…bookish!!! Ketika
itu jam perkuliahan sedang berlangsung dan suasananya sangat hening sekali.
Kebetulan dia sedang menanti seseorang di tempat parkir kampus itu. Hanya
sayup-sayup terdengar ke luar suara Dosen menerangkan materi perkuliahan. Cuaca
pun pagi itu sangat cerah mengiringi langkah itu cewek. Langkahnya begitu
ringan…
Angan itu
cowok terus menggoda dan matanya gak lekang memperhatikan itu cewek,
sampai-sampai dia menjulurkan kepalanya keluar lewat jendela mobilnya.
Sementara, cewek itu meleburkan diri ama teman-temannya di depan ruang
perkuliahan anak sastra. Dilihatnya itu cewek dengan gembira setengah bercengkerama
ama teman-temannya. Pendek kata, gerak-gerik tubuh itu cewek buat jatuh
bangun hatinya...
Sementara
itu, Toro temannya cowok itu muncul. Wow…! Dia begitu terbelalak lihat
gerak-gerik aneh itu cowok. Toro menoleh lihat tu cewek yang jadi perhatian
temannya. Toro pun setengah terpesona juga gitu lihat dengan jelas wajah cewek
yang menggoda hati temannya itu. Sesaat kemudian, Toro menoleh memperhatikan
temannya kembali. Dia langsung tersenyum geli lihat temannya yang satu ini.
Makanya, timbul niat jailnya untuk menggoda itu cowok. Toro dengan
berjingkat-jingkat menghampiri sobatnya itu.
“Hai
Ridho!!! Siapa pula yang kamu perhatikan dari tadi tuh?” Tiba-tiba Toro
dengan wajah kocaknya menegur dan menodong dengan jarinya, mengejuti dari balik mobil, sambil buka pintu mobil sebelah kiri.
Ridho pun
tersentak dan terduduk, angannya langsung buyar. Dia langsung menoleh. Wow! Wajah
Ridho langsung merah-padam, jengah. Namun, ada kesal di wajahnya. “Ah, kamu
ganggu saja Toro!” gerutu Ridho.
“Payah
kamu! Gak bisa buat orang senang dikit saja.”
Ridho pun
gak ingin menutupi gejolak hatinya, tatkala Toro menggodanya. Dia langsung
tersenyum. Dia yakin Toro pun pasti akan mengagumi itu cewek yang telah
menggetarkan hatinya.
“Toro,
kamu kenal cewek yang baju pink itu?” Ridho balik tanya, sambil menunjuk ke
arah cewek berbaju pink dan bercelana jeans merah jambu merk Lee Cooper yang berada di koridor ruang
perkuliahan anak sastra.
“Oh itu, cewek yang telah menarik perhatianmu tadi!
Wow…cakep juga tuh cewek, Dho! Tapiii…aku nggak kenal dia.”
Yeah!
Dugaan Ridho nggak meleset, ternyata Toro terpesona juga, gitu lihat wajah itu cewek.
Apalagi, cewek itu begitu menonjol di antara teman-temannya. Makanya, tanpa
sadar decak kagum meluncur dari bibir Toro.
“Ck…ck…ck…!”
Sesaat
kemudian, Toro noleh memperhatikan Ridho. Dia jadi tersenyum lihat wajah Ridho.
Dia tahu betul, Ridho belum pernah nembak cewek, keberaniannya dikit payah.
Selama ini Ridho suka memendam perasaan kagumnya ama cewek. Di otaknya hanya
ada kamus belajar-belajar melulu! Wajarlah kalau Ridho sampai hari gini belum
punya pacar… Walau boleh dibilang pergaulannya nggak ada masalah tuh.
Kesempatan ini nggak boleh dibiarkan, batin Toro. Dengan setengah meledek dia
berkata, “Tapi kamu punya nyali nggak tuk dekati tuh cewek?”
“Sontoloyo
kamu, Toro! Jangan remehin aku!!!” sergah Ridho, sambil memalingkan wajahnya.
Tahu
nggak? Wajah Ridho memerah. Dia jadi tersenyum kecut. Gemas hatinya dengar
ledekan sahabat karibnya itu.
“Buktiinlah…kalau
kamu berani!!!” timpal Toro, sambil menyeringai.
“Oke!
Kalau aku berhasil dapatkan tuh cewek, apa taruhannya?”
tantang Ridho. Hatinya semakin panas, diledek oleh Toro.
“Oh, kamu
mau unjuk nyali rupanya!” sambut Toro setengah tertawa. “Boleh juga tuh…! Kalau
kamu berhasil gaet tuh cewek, akan kutraktir kamu sebulan. Terserah kamu pilih,
mau makan bakso, hamburger atau yang lainnya. Tapiii… kamu harus buktikan kemampuanmu ini dalam waktu dua Minggu,”
“Aku
terima tantanganmu!!!”
Lalu
Ridho pun mengusungkan tangannya menyambut tantangan Toro.
“Oke,
deal!!!”
Toro pun
menyambut tangan Ridho dan tersenyum. Dalam hati dia menertawai Ridho. Lalu
Toro menepuk bahu Ridho mengalihkan perhatiannya.
“Nah, sekarang buruan. Entar kita nggak ketemu
Ibu Mega lagi di rumahnya.”
Kebetulan
memang mereka berdua bermaksud untuk temui Ibu Mega, Dosen Pembimbingnya.
Dengan
terpaksa Ridho menstarter mobilnya dan segera beranjak dari pelataran parkir
kampus itu. Ridho merasa berat mengalihkan perhatiannya, sukmanya benar-benar
sudah terbetot ama itu cewek. Apalagi Ridho, yang namanya pacaran belum pernah
dia lakukan. Lihat cewek yang telah memikat hati, tentu terasa berat untuk
meninggalkannya. Kalau dia boleh pilih, ingin rasanya untuk menghampiri cewek
yang telah menggoda hatinya itu, ketimbang temui Dosen Pembimbingnya yang
dikenal galak. Hati Ridho pun semakin gundah. Apalagi tiba-tiba di tengah
jalan, Toro berkomentar.
“Paling-paling, kamu patah hati Dho?”
“Mengapa
pula kamu berkata seperti itu Toro?” Dipandangnya wajah Toro dengan penasaran.
“Aku gak bermaksud ngecilkan hatimu, Dho. Aku hanya sekedar ingatkan kamu. Kayaknya cewek tadi, bukan
sembarang cewek deh. Dari gayanya kulihat dia cewek yang sudah matang. Aku
yakin banyak cowok yang telah berlabuh di hatinya.”
“Alaaa,
jangan berprasangkalah kamu, Toro! Sebelum janur kuning menghias di depan
rumahnya, berarti kan masih ada peluang, Toro,” kilah Ridhco, membesarkan
hati. Dia pun tersenyum kecut. Apa pun yang dikatakan Toro, maka Ridho sudah
nggak peduli. Dia telah bertetapan hati untuk mengenal itu cewek. Dia pun
menduga, paling-paling Toro sengaja untuk melemahkan hatinya saja, agar kalah
taruhan.
“Sudahlah Toro, gak perlu jeles gitu
ah,” tukas Ridho. Ridho nggak ingin dipojokkan Toro terus. Walau dia gak dapat
memungkiri ucapan Toro itu.
“Ya
sudah, terserah kamu lah! Kamu yang menjalani ini!” sahut Toro menutup pembicaraan.
Untuk kelanjutan kisahnya dapat diperoleh di Aplikasi: KBM di play store.