Orang tua mana yang tidak
ingin anaknya, seperti bocah ajaib pengukir sejarah dunia. Sebut saja seperti Thomas Alva Edison, Albert Einstein, Marie Curie
dan lain-lain, atau seperti Bagas Rahman Dwi Saputra atau Bagas
Icil (penyanyi idola cilik
2013). Taufik Hidayat (pemain
bulutangkis) dan pintarnya seperti BJ
Habibie. Paling-tidak, anak punya semangat dan keberanian untuk mencontoh
perilaku tokoh-tokoh tersebut meraih prestasi dalam hidupnya maupun
mengaktualisasikan segenap kemampuan anak.
Namun kini yang jadi persoalan,
bagaimana mewujudkan harapan-harapan orang tua tersebut menjadi suatu
kenyataan? Jika kita perhatikan, anak bermasalah dengan percaya dirinya. Anak
selalu mengeluh tak punya kemampuan apa-apa. Ketika belajar anak mudah menyerah
dan mengeluh sulit belajar. Jika diminta untuk melakukan sesuatu, anak takut
secara berlebihan dan merasa tak yakin dapat melakukannya. Apalagi keberanian
anak payah. Kita sering direpotkan oleh perilaku anak di saat ada banyak teman
sebaya di dekatnya. Anak malah takut bermain bersama dan anak terus berlindung
di balik tubuh orang tuanya. Anak tak punya keberanian berkomunikasi dengan
orang lain. Untuk menyampaikan keinginannya saja anak tak berani. Apalagi
berbicara di depan banyak orang. Tidak itu saja, kita pun sering direpotkan
banyak hal karena anak tidak punya keberanian untuk melakukan/memenuhi sendiri
setiap keinginan maupun kebutuhannya.
Tentunya kita tidak dapat
memungkiri anak yang tidak memiliki percaya diri, akan menghambat perkembangan
prestasi intelektual, keterampilan maupun kemandirian anak. Anak jadi tidak
cakap dalam segala hal. Anak tidak punya keberanian untuk mengaktualisasikan
segenap kemampuan yang dimilikinya. Kita
tentu tidak menginginkan, jika anak menjadi serba tergantung pada orang lain,
terutama dari orang tuanya. Kalau anak serba tergantung, bagaimana nantinya
setelah dewasa?
Mengingat begitu
pentingnya membangun kemampuan percaya diri pada perkembangan anak sebagai
sumber energi (kekuatan) diri anak untuk dapat mengaktualisasikan dirinya
secara utuh, maka anak membutuhkan bantuan kita. Peran orang tua sangat vital
dalam menumbuhkan percaya diri anak karena orang tualah yang Paling berpengaruh
dan terdekat hubungannya dengan anak. Tapi banyak terjadi, orang tua kurang
menyadari perannya dalam membangun percaya diri anak. Malah sebaliknya, orang
tualah menjadi penyebab tidak berkembangnya percaya diri anak karena anak
terlalu dimanja, tidak dibina dan dilatih.
Kita kurang menyadari anak mengalami kesulitan membangun percaya
dirinya.
Kemungkinan lain, kita
salah menanggapi ketidakmampuan anak mengembangkan percaya dirinya karena
terlalu merepotkan orang tua. Tidak jarang kita bertindak reaktif pada anak
yang tidak memiliki percaya diri. Kita kerap kali marah-marah, menjewer,
memukul, mencubit atau berkata kasar yang sangat memojokkan anak. Padahal,
sikap reaktif kita tersebut tidak langsung mengubah anak menjadi percaya diri.
Malah, sebaliknya. Anak semakin tidak mampu mengembangkan percaya dirinya dan
anak menjadi sangat tertekan. Akibatnya anak menjadi semakin tidak berdaya (hopeless).
Oleh karena itu, kita
harus membantu anak memahami kesulitan, kelemahan dan hambatannya dalam
membangun percaya dirinya. Kemudian kita mencarikan solusi untuk mengatasi
hambatan anak dalam membangun percaya dirinya.
Untuk itu, buku ini
memuat petunjuk-petunjuk praktis dan efektif untuk mengatasi hambatan membangun
percaya diri pada anak. Secara keseluruhan dalam buku ini memberi
petunjuk-petunjuk kepada kita:
- Cara mengembangkan konsep diri positif anak.
- Cara mengembangkan kemampuan membangun penampilan diri anak.
- Cara mengembangkan kemampuan anak mampu berbuat sesuatu.
- Cara mengeksplorasi kemampuan intelektual atau belajar anak.
- Cara mengembangkan kemampuan menghadapi ujian.
- Cara mengembangkan kemampuan kreativitas anak.
- Cara mengembangkan kemampuan berbicara anak.
- Cara mengembangkan kemampuan mendengar anak.
- Cara mengembangkan kemampuan bergaul atau bersosialisasi anak.
- Cara mengembangkan kemampuan pengendalian diri, menangani konflik atau tekanan.
- Cara mengembangkan kemampuan mandiri anak.
Sistematis pengulasan yang dipergunakan
buku ini cukup sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca. Buku ini disajikan
tidak seperti buku referensi yang bersifat teoritis, melainkan mengungkap
hal-hal nyata, praktis dan dilengkapi dengan contoh kasus. Pengulasan buku ini
hanya meliputi 3 aspek, yaitu tinjauan
latar belakang masalah, “mengapa” timbul masalah yang
menyebabkan terjadinya kesulitan membangun percaya diri pada anak, dan “bagaimana”
cara mengatasi masalah yang muncul tersebut.
Tentunya, setelah kita mampu memahami
dan dapat mempraktekkan petunjuk-petunjuk dalam buku ini, maka kita pun
mengetahui bagaimana menyikapi perilaku, melakukan pendekatan dan mengarahkan
perilaku anak dengan baik. Oleh karena itu, tidak ada alasan lagi bagi kita
untuk merasa kuatir atau cemas terhadap kemampuan percaya diri anak.
Untuk mengetahui petunjuk luarbiasa buku ini, maka Anda dapat mengklik link di bawah ini:
Cara Luarbiasa Membuat Pede (Percaya Diri) Anak
Ebook buku ini dapat dibeli di Google Play Store dan pembayarannya dapat mempergunakan pulsa HP.