Keinginan Presiden SBY untuk membentuk Komite Inovasi Nasional merupakan terobosan yang cukup brilian. Kita harus mendukungnya agar bangsa dan Negara Indonesia mampu bangkit dan sejajar dengan Negara maju. Kalau kita mau mempelajari sejarah bagaimana bangsa Jepang bisa menjadi bangsa dan Negara maju seperti sekarang ini. Ingat, masa Restorasi Meiji yang dilakukan oleh Kaisar Mutsuhito yang dikenal dengan gelar Tenno Meiji. Di mana pada awal masa itu bangsa Jepang jauh ketinggalan dari AS dan bangsa Eropa. Namun dengan inovasi berbagai bidang (lini) dalam waktu cukup singkat Jepang menjadi Negara maju dan dapat mengangkat dirinya sejajar dengan negara-negara barat. Bangsa Jepang mampu, mengapa bangsa Indonesia yang jauh lebih besar dari Jepang ini tidak?!
Komite Inovasi Nasional yang dimaksud harus menjadi wadah para innovator, merumuskan bagaimana kerangka berpikir, bersikap dan berbuat menjadi pelaku innovator, memikirkan, mengarahkan dan menyediakan sarana/prasarana para innovator, maupun menghimpun dan mengembangkan penemuan para innovator untuk membangun kemajuan Negara Indonesia.
Mari kita dukung keinginan Presiden SBY untuk membentuk Komite Inovasi Nasional. Sejalan dengan hal tersebut, pendidikan nasional kita pun perlu inovasi agar mutu pendidikan nasional dapat ditingkatkan dan melahirkan para innovator muda yang diharapkan mampu mengangkat kemajuan Negara Indonesia.
Salah satu aspek yang perlu inovasi dalam kerangka peningkatan mutu pendidikan nasional adalah mendobrak tradisi belajar peserta didik kita. Kalau kita perhatikan, peserta didik kita masih menjadi objek belajar. Bagaimana kita harus mengarahkan peserta didik kita menjadi subjek belajar. Untuk itu, perlu inovasi yang dapat dipergunakan peserta didik agar dirinya mampu menjadi subjek belajar, walau pendidikan melalui system klasikal.
Sebagai konstribusi yang perlu diperhitungkan dan harus ada adalah sebuah panduan metodologi belajar bagi peserta didik. Selama ini dirasakan belum adanya panduan yang riil untuk membantu peserta didik untuk mengetahui bagaimana belajar itu harus dilakukan. Bagaimana cara merespon stimulus yang dihadapkan padanya, merencanakan belajar dan sistematis belajar, baik belajar dalam bimbingan guru maupun belajar mandiri. Bagaimana peserta didik membangun proses penalaran, sikap dan psikomotornya.
Untuk dapat mengorganisir jalan pikiran, mengendalikan pikiran dan mengarahkan pikiran, sikap dan psikomotor dengan baik dalam belajar, peserta didik mutlak membutuhkan metodologi belajar yang efektif. Metodologi belajar tersebut menjadi “alat” atau “kail” yang mengatur dan mengorganisir step by step jalan pikiran yang digunakan untuk menangkap, mengamati, mencerna, menginterpretasikan, menafsirkan, merangkai dan menyimpulkan ilmu pengetahuan dengan baik. Dengan perkataan lain anak dengan alat tersebut dapat mengerti apa yang dipelajarinya, mengetahui bagaimana mempelajarinya dan mampu mengoperasionalkan ilmu yang diperolehnya.
Tentu diharapkan peserta didik memiliki metode belajar yang efektif sebagai panduan cara berpikir, sikap dan psycho motornya dalam belajar untuk mengurai atas objek yang dipelajari. Peserta didik mampu memahami bentuk operasional yang menghubungkan antarunsur yang dipelajari secara menyeluruh membentuk sebuah pengertian. Juga, membantu menjembatani komunikasi timbal-balik dengan pemberi stimulus belajar (guru). Pada diri peserta didik pun terus terpacu untuk membangun jalan pikirannya untuk menjadi atau menguasai sesuatu hingga tuntas. Dan yang lebih essensial lagi pada siswa sadar akan dirinya yang belajar, sehingga belajar dilakukan dengan penuh larutan kegembiraan untuk belajar.
Demikianlah saya sampaikan saran ini dengan maksud sebagai bahan masukan pemikiran begitu “urgen”nya sebuah panduan metodologi belajar bagi peserta didik dalam meningkatkan prestasi dan mutu pendidikan di Indonesia. Saya berharap pihak yang terkait mau memikirkan, menyusun, memperkenankan dan menggerakkan pengembangan metodologi belajar bagi peserta didik sekolah di Indonesia.
Wasalam,
Hendra Surya
(Penulis Menjadi Manusia Pembelajar)