Senin, 27 Agustus 2012

Cara Menembus Dunia Penerbit

Salah satu perbuatan mulia yang dianjurkan Allah Swt maupun di mata orang, ketika Anda mau berbagi pengalaman, pemikiran maupun pengetahuan, seperti melalui tulisan. Dengan tulisan Anda dapat membuka cakrawala dunia, mencerahkan pemikiran khalayak umum dan membuat orang yang tadinya tidak tahu menjadi tahu.

Namun tidak sedikit orang yang kebingungan, ketika naskah tulisan telah ada di hadapannya. Mau dikemanakan naskah tersebut? Mau dikirimkan ke penerbit buku?! Untuk menembus dunia penerbitan buku, ternyata bukanlah perkara yang mudah!!! Untuk memulai menulis saja bukan hal yang gampang, apalagi ditambah lagi dengan kesulitan untuk menerbitkannya. (Mungkin bagi penulis yang punya modal dapat menerbitkan sendiri dan bekerja sama dengan distributor buku, masalahnya selesai). Belum lagi masalah penjualan buku yang seret. Alih-alih ingin sukses jadi seorang penulis (Mimpi ingin seperti kayak JK Rowling atau Andrea Hirata), periukpun jadi terguling karena dari buku ternyata tak mampu untuk hidup. Kesulitan-kesulitan ini mungkin menjadi kendala terbesar membuat orang enggan menulis.

Pengalaman penulis sendiri tertatih-tatih menapak dunia penerbitan selama setahun. Pengalaman ketika memasukkan naskah kadang sungguh memilukan, dari yang dicuekin (kata orang Jakarta) oleh staf redaksi penerbit, menunggu berjam-jam (hanya sekedar menyodorkan naskah), naskah dicampakkan begitu saja, bahkan mengendap di gudang tanpa ada tindakan korektif, mengharap-harap jawaban penerbit yang lamanya bisa berbulan-bulan (walau sekedar jawaban, maaf naskah Anda belum sesuai dengan yang kami inginkan atau criteria kami).

Namun bagi Anda yang mempunyai tekad dan keinginan kuat menjadi penulis, janganlah berkecil hati. Kendala-kendala di atas jangan dijadikan momok dan menyurutkan tekad mulia Anda. Tanamkan di benak pikiran Anda, “Anda pasti bisa!!!” Dan untuk mewujudkan keinginan tersebut, Anda harus mengatur strategi yang efektif untuk menakhlukkan dunia penerbitan.
Jangan tiru cara (sebut saja ala Suhardi) menembus dunia penerbitan, walau kelihatannya cukup cerdik. Ala Suhardi mengirimkan naskah bukan dalam bentuk naskah utuh atau hanya mengirimkan sample naskah (bab tertentu saja) ke beberapa penerbit sekaligus. Cara ini memang kelihatannya sangat efektif. Namun kurang baik, sebab jika ada beberapa penerbit menghendaki naskah tersebut berbarengan, maka tentu ada penerbit yang dikecewakan. Hal ini tentu membuat penerbit yang dikecewakan tersebut menjadi tidak percaya kita lagi. Nama kita jadi di black list, sebagai penulis yang kurang baik.

Cara lain, seperti menggali informasi sebanyak mungkin tentang penerbit. Apalagi Anda mampu menjalin hubungan dan komunikasi dengan editor. Anda dapat menanyakan kriteria naskah yang dikehendaki penerbit yang bersangkutan, menanyakan trend dan arah penerbitan buku yang sedang dikembangkan penerbit. Bahkan, Anda dapat berdiskusi tentang ide Anda dan kesesuaian naskah yang dikehendaki dengan editor yang bersangkutan. Anda pun dapat meminta arahan editor tentang kepenulisan. Pendek kata, Anda dapat menggalil tip-tip menulis yang sesuai dengan penerbit yang bersangkutan. Pengalaman penulis, kini baru berupa ide saja sudah dapat ditawarkan ke editor, apakah layak atau tidak untuk diangkat menjadi topik penulisan.

Ingat, hubungan baik dengan editor mutlak dibutuhkan. Editorlah yang mempromosikan naskah kita layak atau tidak ke hadapan sidang redaksi (biasanya terdiri dari pimpinan redaksi, kabag pemasaran, promosi, produksi, distribusi maupun editor).

Kerjasama dengan Agency Literary perlu Anda perhitungkan. Agency akan memberi arahan tentang kelayakan naskah Anda sebelum ditawarkan ke penerbit. Namun, kemudahan yang Anda peroleh adalah Anda tak perlu susah-susah berurusan dengan penerbit. Tugas Agencylah yang memasarkan naskah buku Anda ke penerbit.

7 Kriteria Buku Yang Baik
Secara umum naskah buku yang baik memiliki setidaknya ada 7 kriteria yang dianggap layak untuk diterbitkan, antara lain:
  1. Naskah benar-benah mengandung ide orisinal, up to date, atau kontroversial yang diprediksi akan diperlukan atau menimbulkan antusias banyak orang.
  2. Naskah benar-benar bisa digarap dengan kemampuan, keahlian, serta wawasan yang dimiliki dan dikuasai penulis.
  3. Naskah dilengkapi dengan pengayaan (enrichment) dari berbagai sumber terpercaya, termasuk memasukkan pengalaman orang lain. Salah satu indikator buku berbobot memang dapat dilihat dari seberapa banyak referensi yang digunakan oleh pengarang/penulis dalam bukunya.
  4. Isi naskah  harus mudah dijual (saleable) karena dibutuhkan banyak orang sehingga investasi yang dikeluarkan dapat tertutupi.
  5. Naskah diposisikan lebih unggul daripada buku sejenis lain yang sudah lebih dulu terbit. Untuk itu, penulis/penerbit akan melakukan riset kompetitor (pesaing) untuk buku tersebut.
  6. Naskah ditulis dengan gaya penulisan yang tepat. Penulis/pengarang bisa menggunakan gaya-gaya revolusioner dalam menulis seperti yang dilakukan oleh Robert Kiyosaki (Rich Dad Poor Dad) atau Ken Blancard bersama Spencer Johnson (One Minute Manager) yang menulis buku manajemen dengan gaya bercerita seperti cerita pendek.
  7. Target sasaran pembaca Naskah harus jelas "siapa sasaran pembaca?". Semakin jelas sasaran pembaca  yang dituju, akan semakin menaikkan daya jual buku. Sasaran Pembaca  dapat dibagi atas: 1) jenis kelamin (gender); 2) tingkat usia (anak, remaja, dewasa, orang tua); 3) profesi (dokter, insinyur, seniman dsb.); 4) pendidikan (SD, SMP, SMA, mahasiswa, sarjana, pascasarjana); 5) kelas sosial (bawah, menengah, atas).
Semoga informasi sederhana dapat bermanfaat dan menambah wawasan Anda yang ingin menjadi penulis.


Wasalam,

Hendra Surya
085281085906